"Jangan tinggalin aku. Kamu di sini aja."
Bahkan sekarang Hans menarik Aleysa ke dalam pelukannya. Tubuh Aleysa tepat berada di dada Hans. Detak jantung Hans sangat terdengar dengan jelas. Sekarang Aleysa tidak bisa melakukan apa-apa.
"Ya ampun. Baru kali ini aku sedekat ini sama Hans. Jantung aku rasanya berdetak ga karuan. Tapi perlakuan Hans ini sebenarnya emang untuk aku atau Emily ya yang dia maksud?" pikir Aleysa di dalam hatinya.
******
Sedangkan di ruang makan sekarang ini sudah kumpul semua anggota keluarga dari Hasn. Termasuk ada Catline di sana. Hanya Hans dan Aleysa saja yang tidak ada di sana.
"Hans dan Aleysa dimana? Kenapa dia ga sarapan bareng sama kita?" tanya Neneknya Hans yang belum mengetahui jika saat ini Hans sedang jatuh sakit.
"Hans lagi sakit Mom. Dia lagi di rawat sama Aleysa di kamar."
"Hans sakit? Sakit apa dia? Kenapa dia ga langsung di bawa ke rumah sakit aja? Nenek tuh khawatir banget sama keadaan dia."
"Kata Aleysa si Hans nya masih belum sadar gitu. Masih setengah sadar. Mau dibawa ke rumah sakit juga kan masih susah pastinya. Jadinya lagi di urusin sama Aleya dulu. Nanti kalo Hans nya udah sadar baru mau dibawa. Nanti tinggal minta tolong aja sama Ershad."
"Oh yasudah kalo gitu. Semoga aja Hans ga kenapa-kenapa."
"Iya Mom."
Sarapan pun dilanjut. Karena mereka semua mempunyai kesibukan sendiri-sendiri setelah ini. Terutama Mamahnya Hans yang akan menggantikan Hans di kantor selama Hans jatuh sakit. Tidak lama kemudian datang Emily dengan percaya dirinya tanpa rasa malu ke rumah Hans dan langsung menghampiri keluarga besar Hans yang sedang sarapan bersama.
"Selamat pagi semuanya," sapa Emily.
"Emily?"
Semua orang yang ada di sana sangat terkejut dengan kedatangan Emily di rumah itu.
"Emily. Kamu ngapain datang ke sini?" tanya Neneknya Hans.
"Nenek jangan marah-marah dulu Nek. Saya datang ke sini karena saya mau berangkat kerja bareng sama Pak Hans. Soalnya kita kan lagi tinjau proyek. Kasihan kan kalo Pak Hans harus ke kantor dulu."
"Emangnya kamu ga bisa berangkat sendiri ke proyek gitu? Biar kak Hans juga langsung pergi ke proyek dari rumah," jawab Catline.
"Maaf, ini bukan urusan kamu."
"Dasar wanita ular."
"Sudah, sudah. Stop!"
Mamahnya Hans berusaha memberhentikan pertengkaran antara Emily dan Catline.
"Kamu Emily, kamu sekarang ini ga bisa berangkat bareng Hans. Hari ini saya yang akan menggantikan Hans. Karena sekarang ini Hans sedang sakit."
"Apa? Pak Hans sakit, Bu? Dia sakit apa?"
"Udah deh ga usah sok perhatian. Dia udah punya istri. Istrinya bisa urusin dia," jawab Catline kembali.
"Sekali lagi saya tidak bicara dengan kamu ya anak kecil."
"Udah, kamu datang ke sini karena mau berangkat kerja ke tempat proyek kan? Yaudah ayo kita berangkat sekarang juga. Daripada nanti terlambat."
"Tapi Bu..."
"Ayo. Cepat. Atau saya tinggal kamu."
"Ba... Baik Bu."
Akhirnya Emily bisa keluar juga dari rumah itu. Sekarang Emily sudah pergi dengan Mamahnya Hans untuk ke tempat proyek baru perusahaan milik keluarga Hans.
******
Sekarang Emily sedang berada di dalam mobil bersama dengan Mamahnya Hans. Mereka berdua sedang berada di jalan menuju ke tempat proyek. Di sepanjang perjalanan Emily terus melamun. Seperti sedang ada yang dipikirkan olehnya.
"Hans sakit apa ya? Dan Aleysa yang udah ngerawat dia? Kok Hans mau-maunya si di rawat sama Aleysa? Kenapa dia ga telepon aku aja gitu untuk minta tolong supaya aku bisa rawat dia. Dan dengan senang hati pasti aku akan rawat dia," pikir Emily di dalam hatinya.
Tiba-tiba saja lamunan Emily tersadar karena Mamahnya Hans.
"Emily. Kamu kenapa ngelamun kaya gitu? Kamu lagi mikirin apa?"
"Engga Bu. Saya ga lagi mikirin apa-apa."
"Jangan bilang kamu lagi mikirin Hans ya. Udah deh kamu itu udah bukan siapa-siapanya Hans lagi. Hans udah punya istri. Jadi lebih baik kamu jauh-jauh dari Hans."
Emily hanya terdiam. Sekarang Emily semakin merasa kesal karena ucapan dari Mamahnya Hans barusan.
"Kurang hajar. Berani-beraninya Bu Ira bicara seperti itu ke aku. Aku ga akan pernah jauhin Hans. Aleysa harus berhasil aku singkirkan," ucap Emily di dalam hatinya.
Kemudian Emily langsung mengambil handpy yang ada di tasnya. Kemudian Emily mengirimkan pesan kepada anak buahnya.
[Kalian semua culik Aleysa. Wanita yang kemarin kalian gagal jagain dia. Gimana caranya saya ga mau tahu. Kalian harus berhasil culik dia dan jangan sampai dia kabur lagi.]
Tidak lama kemudian anak buahnya itu langsung membalas pesan singkat darinya.
[Baik Bu. Laksanakan.]
Sekarang ini perasaan Emily sudah sedikit tenang. Karena Emily sudah memberikan tugas baru kepada anak buahnya untuk Aleysa.
******
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Aleysa masih tertidur di atas dada yang bidang milik Hans. Karena tadi Hans sendiri yang menarik Aleysa ke pelukannya. Sehingga Aleysa bisa sedekat ini dengan Hans. Tetapi ketika Hans tersadar dari tidurnya, Hans merasa sangat terkejut karena di pelukannya ada sosok Aleysa yang sedang tertidur di sana.
"Aleysa, kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya Hans sambil terkejut karena melihat ada Aleysa di sampingnya. Bahkan Hans sempat mendorong Aleysa begitu saja. Aleysa yang sedang tertidur seketika langsung terbangun dari tidurnya.
"Kamu udah sadar Hans? Akhirnya kamu udah sadar. Gimana? Ada yang sakit ga?" tanya Aleysa sambil memegang kening Hans untuk memastikan apakah Hans masih demam atau tidak. Tetapi tangan Aleysa langsung ditepis begitu saja oleh Hans.
"Kamu mau ngapain? Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku?"
"Maaf Hans. Aku cuma mau mastiin aja apa demam kamu udah turun atau belum? Soalnya tadi kamu demamnya tinggi banget. Tapi setelah di kompres, akhirnya demam kamu turun juga."
Hans terdiam. Dia seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Udah deh kamu ga usah sok perhatian sama saya. Saya juga ga butuh perhatian dari kamu. Lebih baik kamu jauh-jauh dari saya. Saya mau siap-siap berangkat kerja."
"Tapi Hans. Kamu kan belum pulih. Kamu masih harus istirahat. Hans...."
Aleysa berusaha untuk menahan Hans supaya dia tidak pergi ke kantor dulu hari ini. Tetapi Hans mengabaikannya begitu saja.
"Kenapa seketika Hans langsung berubah sikapnya setelah dia sadarkan diri? Atau jangan-jangan tadi itu Hans bicara seperti itu karena emang dia ga sadar. Dan bisa jadi yang Hans maksud itu adalah Emily. Bukan aku. Aku ga boleh merasa bahagia dulu," pikir Aleysa di dalam hatinya.
******
Sekarang ini Hans sudah rapih dengan pakaian kantornya. Ketika Hans hendak pergi ke kantor, Hans bertemu dengan Neneknya di ruang keluarga.
-TBC-
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação