"Kau bilang kita tidak akan pergi ke istana," ujar Rose, bingung mengapa mereka sampai di istana.
"Kita memang tidak. Ini adalah rumahku, Rose. Bagaimana bisa ini disebut istana?"
Rose menunggu Zayne tertawa. Istana di rumahnya lebih besar dari yang ia lihat sekarang, namun tetap saja, rumah di hadapannya terlalu besar untuk satu orang sehingga ia hanya bisa berasumsi bahwa ini adalah istana.
Rose melihat lagi tapi masih tidak bisa menemukan apa yang dibutuhkan satu orang dengan rumah sebesar itu. Apakah itu karena dia masih pangeran? Apakah dia perlu terus hidup seperti yang pernah dia lalui?
"Sudah kusebutkan sebelumnya bahwa kadang tentara saya datang ke sini untuk berlatih. Tanah tempat kamu berdiri sekarang dan yang di belakang perkebunan itu telah diberikan padaku. Tanah itu milik kakekku sebagai tempat pelariannya dari istana dan ketika aku menyatakan aku akan meninggalkan istana, tanah tersebut diberikan kepadaku. Sesuatu yang tidak disukai oleh saudaraku," jelas Zayne.