Terlihat Ah-duken membuka pintu untuk seseorang yang sudah ada di luar, hanya seorang pria dengan baju rapinya.
"Selamat pagi Tuan Ah-duken, aku kemari sesuai dengan apa yang aku katakan di ponsel tadi," kata pria itu, sebut saja dia adalah klien yang membeli lukisan Ah-duken.
Lalu Ah-duken mengangguk dan mempersilahkan nya untuk memilih lukisan yang sudah tertata rapi.
"Wah, wah, bagus sekali... Ngomong ngomong kau masih menjualnya secara ilegal yah.... Kenapa tidak minta peresmian penjualan dulu?" tatap Klien.
"Maafkan aku tapi, itu sungguh sangat sulit, sepertinya ada dendam antara dia dan aku," balas Ah-duken.
"Haha.... Kalau begitu aku tak perlu lama lama memilih karena tidak terbatas...." kata klien, tapi ia terdiam ketika melihat salah satu lukisan yang tertutup kain merah di sana. Sudah di pastikan itu adalah lukisan darah yang di buat Ah-duken dari darah manusia asli. Tapi klien tidak menyadari nya, dia hanya berpikir curiga.
--
Setelah melakukan transaksi jual beli lukisannya, Ah-duken kembali menutup pintu sambil membawa segepok uang di tangan nya, tapi pikirannya terus terpikirkan oleh Arisha.
"(Akhir akhir ini aku benar benar merasa sangat aneh, kenapa aku terus di hantui hantu itu. Apa orang yang aku bunuh telah menghantuiku tapi apa hubungannya dengan Arisha?)" dia terdiam.
Lalu memutuskan untuk ke tempat di saat di mana dia bertemu Arisha.
Dia berjalan ke tepi dermaga laut itu dengan keadaan desa yang tidak berubah, semuanya tetap sama saja. Lalu dia terdiam melihat tempat dimana dia dan Arisha duduk bersama.
"(Kau adalah teman yang baik.... Arisha... Tapi sayangnya...)" dia terdiam dan berjalan ke sebuah makam. Di sana banyak tempat makam milik orang yang sudah mati dan membuatnya berhenti di sebuah makan yang sudah lama. Di batu nisan itu tertulis nama Arisha.
Lalu Ah-duken berlutut mengambil sebuah bunga kecil dari sakunya. "Arisha, maafkan aku.... Aku tak mengunjungi mu lagi saat itu... Aku tahu kau kesepian tanpa aku, sekarang kau tidak perlu kesepian Arisha, aku sudah di sini. Ingat saat kita pertama kali bertemu, kau benar benar imut Arisha," kata Ah-duken yang berbicara pada batu nisan makam Arisha.
"(Arisha sudah pergi sejak aku dan ayah pergi, saat itu umurku sudah 18 tahun dan berniat mengunjunginya tapi semuanya membeitahuku, Arisha melompat dari atas jurang tinggi di laut ini. Aku juga tidak tahu apa yang membuatnya begitu,)" dia menghela napas panjang. Rupanya itulah yang terjadi mengapa di perlihatkan langsung makam Arisha bukan orang nya. Ternyata tubuhnya sudah menjadi mayat begitu lama.
". . . Arisha.... Bisa aku katakan sesuatu, aku membunuh orang dan aku tidak bisa mengakuinya, apa yang harus kulakukan Arisha?" tatap Ah-duken dengan sedih dan khawatir. Ia lalu menutup mata putus asa. Tapi tiba tiba ada cahaya kecil muncul di depannya berubah menjadi seorang gadis manis dan itu adalah Arisha. Ah-duken membuka mata dengan terkejut dan tak percaya.
"Ah-duken..." roh Arisha mengapung di depannya dan semakin terbang tinggi.
"Arisha!!" Ah-duken berdiri dan akan menangkap tangan Arisha agar tidak pergi tapi apa daya, Arisha hanya roh yang tidak bisa di gapai.
"Arisha tunggu.... Aku mohon jangan pergi!"
"Jangan khawatir Ah-duken, aku masih di sini... Katakan saja padaku apa yang terjadi padamu," Arisha terbang mendekat menyentuh pipi Ah-duken.
"Arisha..." dia sedih dan seketika meneteskan air mata. "Maafkan aku.... Aku benar-benar buruk."
"Tak perlu menyalahkan dirimu... Ah-duken," Arisha menjadi memeluknya.
"Apa yang harus kulakukan... Dia terus menghantuiku.... Apa aku harus menyerahkan diriku, biarkan aku menyusul mu Arisha... Aku benar benar minta maaf."
"Ah-duken.... Tetaplah cintai hatimu sendiri tanpa aku, datang lah kemari selalu Ah-duken. Yang harus kau lakukan adalah ambil pilihan termudah dan jalani semuanya sesulit apapun itu nanti," kata Arisha yang mencium kening Ah-duken dan menghilang begitu saja.
Tetesan air mata terakhir telah jatuh, Ah-duken menengadah melihat langit yang sebentar lagi mendung. "(Arisha.... Aku tahu kau menangis setelah aku.... Maaf kan aku.... Arisha... Aku melanggar janjiku.... Kenapa kau mengatakan ini begitu saja padaku Arisha... Aku mohon katakan sesuatu... Aku ingin bertemu denganmu,)" Ah-duken semakin menekan dirinya untuk tidak menangis hingga membuat wajah yang tertekan. Ia berlutut putus asa dan hujan ikut turun.
Arisha bunuh diri karena dia juga tertekan pada lingkungannya, dia ingin sekali pergi ke kota dan menikmati indahnya, dia menunggu Ah-duken sangat lama jadi yah.... Ini semua juga karena salah Ah-duken sendiri tidak datang dan malah sibuk dengan pengerjaannya meneruskan pekerjaan ayahnya. Di saat itu juga rasa kecewa muncul di hati Arisha, dia mulai menganggap Ah-duken lupa dengan janjinya. Karena tidak kuat dengan semua tekanan di dunianya yang kurang bebas dengan tanpanya kota, dia menjadi bunuh diri dan membuat dirinya sendiri tak bisa bertemu Ah-duken.
Kekecewaan terbesarnya adalah kehilangan semuanya, hanya karena dia tak melakukanya dengan cepat. Dia selalu menunda sesuatu termasuk bertemu dengan Arisha dan membunuh pencuri itu.
"(Aku benar benar menyesal akan ini.... Arisha, aku akan menyerahkan diriku,)" dia berdiri dan berbalik tapi tiba tiba tangannya tertahan sesuatu dan ia melihat ke belakang dan rupanya itu roh Arisha yang menahannya. "Ah-duken.... Kau mau melanggar janjimu lagi?!"
"Tapi aku sudah melanggarnya."
"Jika kau menyerahkan dirimu.... Kau tidak akan bisa menemui ku lagi disini Ah-duken, aku mohon jangan pergi," tatap Arisha yang perlahan juga menangis. Lalu Ah-duken terdiam dan tersenyum kecil.
"Baiklah.... Aku akan di sini... Menemanimu.... Arisha, biarkan aku menyiapkan segalanya," kata Ah-duken lalu Arisha ikut tersenyum dan mengganguk.
Roh nya hilang begitu saja dan di saat itu juga senyum Ah-duken memudar. "(Maafkan aku... Aku tak bisa terus tersenyum,)" dia berjalan pergi begitu saja.
Satu minggu kemudian apartemen milik Ah-duken telah kosong, semua orang mulai bergosip soalnya.
"Dimana Ah-duken itu, apa dia pindah?"
"Jangan jangan kabur, apa dia penjahat?"
"Kau benar, banyak lukisan yang ilegal di tinggal di tempatnya."
"Sekarang apakah dia jadi buronan polisi?"
"Mungkin."
--
Belum lama sekali, ada banyak laporan mengenai Ah-duken. Mereka melaporkan bahwa dia penjual gambaran ilegal, dan pembunuhan mayat itu, ditemukan oleh orang dan meminta agen FBI dan agensi melakukan penyelidikan hingga mereka berhasil menangkap Ah-duken.
"(Astaga.... Pastinya sekarang mereka yang meremehkan ku malah tambah meremehkan ku, aku gagal menunjukkan bahwa diri ku bisa meraih impian ku, kini malah ada di sell besi.)"
Saat ini, ia ada di sel besi. "(Ini aku... Ah-duken... Rasanya sangat aneh sekali jika aku sudah di tuntut masuk kemari hanya karena kasus pembunuhan berencana, tapi bisa saja aku keluar dari sini. Aku memiliki kemampuan yang baik di sini,)" dia terdiam berpikir. Lalu ada yang lewat dari sel besi nya yakni Hycan yang berhenti berjalan dengan tatapan dingin nya.
Ia melihat Ah-duken yang duduk di sel besi dengan keadaan menyedihkan sekali.
"Hei.... Kau yang nama nya Ah-duken?" tatap Hycan. Lalu Ah-duken berdiri dan mendekat. "Ada apa?"
"Aku tahu kita akan bertemu, aku membuat jam bicara di sini jadi ayo ikuti aku ada sesuatu yang harus ku ajak bicara dengan mu," kata Hycan. Tapi hal itu membuat Ah-duken bingung.
Tak lama kemudian salah satu penjaga penjara membuka sel Ah-duken. "Kau di beri waktu 1 jam untuk bicara," tatap nya lalu pergi.
Dengan masih bingung, Ah-duken menoleh ke Hycan yang ada di lorong besi lain.
"Apa yang kau tunggu sebenarnya, ayo cepat," kata Hycan dengan tatapan serius lalu Ah-duken berjalan mengikutinya di ruangan bicara.
"Aku Hycan, dari agen besar Amerika Serikat kedua. FBI, CIA dan agensi yang lain nya, apa kau tahu kenapa orang sepenting aku datang pada mu yang merupakan penjahat amatir?"
"Aku tidak mengerti," Ah-duken masih menatap dengan tatapan polos nya.
"Sebenar nya, kasus pertama mu. Dari orang yang kau anggap pencuri rumah mu dan kau yang telah menghabisinya seperti seorang psikopat, dia adalah salah satu anggota terbaik dalam agen kami. Dia keluar dan mencoba menjadi penjahat amatir kelas kakap, dan sekarang dia tak kembali lagi untuk menjalankan misi besar dan penting. Aku masih tidak percaya, anggota terbaik ini telah kau habisi dalam satu keberuntungan," kata Hycan.
"Apa?! Jadi dia adalah?!!!" Ah-duken terkejut tak percaya.
"Hal ini akan membuat beban untuk mu, sebagai gantinya kau harus menjadi pengganti nya, aku akan membantumu dan berpura pura lah menjadi dia."
"Apa... Kenapa aku harus?"
"Karena dia adalah anggota terbaik... Aku harap kau bisa menggantikan nya, jika kau setuju aku akan mengganti semua tentang mu. Termasuk identitas dan nama sekaligus," kata Hycan.
"Aku tidak terampil dalam hal anggota agen manapun."
"Apa kau tahu arti dari agen terbaik. Agen terbaik adalah dia yang memiliki kekuatan penjahat, bukan kekuatan menolong... Aku harap kau mengerti."
"Tapi, kenapa harus aku?"
"Kenapa harus kamu? Aku bisa tahu segala hal termasuk kemampuan mu.... Besok pagi aku akan menjemput mu, kau akan bebas dari sini jika kau patuh dengan perintah ku," tatap Hycan. Lalu dia melihat jam tangan. "Aku akan pergi," dia berjalan pergi begitu saja setelah melihat ke jam tangan.
Ah-duken masih terdiam tak percaya. "(Apa yang harus kulakukan.... Aku tak terampil dalam hal ini,)" dia menjadi bingung lalu melihat ke arah meja di samping nya tepat ada kotak misterius. Ia bingung dan karena penasaran ia membukanya. Rupanya di dalam ada buku kecil identitas dan baju jas setelan hitam.
Di buku itu adalah identitas milik seseorang yang di bilang terbaik oleh Hycan. Yang di bicarakan tadi dan memiliki informasi yang tidak main main.
Tertulis nama SAMUEL, BERPANGKAT A/0 DALAM MILITER, BERUMUR 26 TAHUN, MERUPAKAN ORANG TUNGGAL.
"(Samuel.... Pangkat militer yang segitu merupakan pangkat yang sangat tinggi.... Kenapa aku harus membohongi diriku sendiri....)"