Kita berkeliling hotel melihat menu yang di tawarkan, aku mengikuti saja apa yg Mayang mau, dia tak ingin makan berat lebih memilih roti dan minuman coklat panas, aku pesan kopi hitam panas dan beberapa roti, kita menikmati di area gazebo, sarapan di temani kota Bandung kala pagi menjelang siang. Mayang mengenakan jeans ketat membentuk kaki dan bokong indahnya sempurna, di padu tanktop warna jingga di tutup sweater warna gelap senada dengan jeans yg dia pakai. Setelah dia bertanya, banyak tentang kota Bandung, aku ajak dia untuk keluar hotel dan menelusuri kota, di sepanjang jalan dia selalu memeluk ku. Mayang tak pernah ragu bergandengan tangan atau merangkul tangan ku, bahkan pinggang ku, sepintas orang akan tau perbedaan umur kita terpaut jauh. Seolah dia tak peduli, dia type cewe yg romantis, dewasa juga tenang, aku kagum akan sikapnya, tempat-tempat yg ingin dia kunjungi bangunan bersejarah, gedung tua, cafe di alam terbuka, pasar seni, jalan braga, dan jalan Riau, kalo urusan belanja perempuan sudah biasa, mau yg unik dan murah. Makanan mau coba yg lagi ramai di sosial media. Tapi tidak harus selalu mahal terkadang ketika harus antri panjang, dia lebih memilih tak jadi. Untuk dalam kota hari itu, kita berhasil dapat empat tempat sekaligus, sedang untuk luar kota kita rencana ambil besok. Kita menikmati kota Bandung sampai sore. Malamnya kita habiskan di ruang hotel. Menikmati honeymoon.
Ternyata besoknya aku harus tinggalkan Mayang jalan sendiri, besok aku ada meeting tentang proyek di Cihampelas, Mayang memilih jalan sendiri karena acaranya kemungkinan dari pagi sampai sore. Mayang minta Olga pagi, dan aku siap menemani dia Olga. Ke GOR ITB, samping kebun binatang.
Pagi itu udara segar bandung masih bisa kita nikmati, tidak terlalu dingin, selesai joging memutar track 4 kali, sangat menguras tenaga bagi ku, hingga kupat tahu dan 3 kue balok mampu mengisi perutku.
"Kamu beneran engga mau nongkrong di ciwalk aja, sambil nunggu aku meeting." Tawar ku agar tak perlu dia sendiri pergi.
"Udah biar mas Nu tenang, aku jalan sendiri aja, ada grab kok santai aja" jawab Mayang tetap ingin jalan sendiri.
"Kabarin aku ya kalo kamu pergi kemana aja" pesan ku sambil agak berat melepas dia sendiri di Bandung. Dari hotel dia minta di antar ke BIP dan aku langsung ke ciwalk lewat pasopati. Benar saja hampir setengah hari kita diskusi tentang proyek pembangunan Rumah sakit di sekitar Padalarang. Jam tiga aku selesai. Tadi jam dua aku dapat WA dari Rima sudah di hotel. Jadi aku tak perlu mengabarkan dia lagi, aku langsung ke hotel. Sampai di kamar aku lihat dia sedang tidur dengan daster tipis dan No bra, ingin rasanya mengganggu tidurnya. Tapi aku tau dia lelah. Aku putuskan untuk mandi dan duduk santai di sofa, ambil memandang dia tidur. Aku menikmati tubuh Mayang lewat mata ku, kulitnya bersih putih ber cahaya, dengan bentuk yg masih kencang semua. Lekuk tubuhnya di sisi manapun tampak enak di lihat. Tak bosan aku memandangnya. Ingin rasanya membuat video saat dia tidur dan aku mencumbunya hingga kita bercinta. Tapi itu terlalu beresiko, kenikmatan yg ku dapat tak sebanding dengan resiko yg harus aku terima. Mayang mulai menggerakkan badannya, Mengapa di mataku selalu saja tampak indah setiap gerakannya, ia mengambil hp dan mengecek jam, masih belum dia sadari kalo aku sudah duduk di sofa, dari pada dia terkejut aku menyapanya
"Selamat menjelang sore Mayang cantik" sapa ku lembut. Dia menoleh ke arah ku, sambil senyum dan kembali rebah di atas bantal.
"Dari tadi ya, kok engga bangunin aku sih " wajahnya senyum tapi masih menempel mesra ke bantal yg dia peluk, tanganya melambai ke arah aku, sambil meminta aku tidur di sebelahnya.
"Siiiniiii" suaranya manja, selalu bisa membuatku patuh dengan segala keinginannya. Aku hampiri dia, kini aku hanya mengenakan kaos dan boxer, rasa sejuk setelah mandi masih bertahan. Mayang menyingkirkan bantalnya, kini dada ku yg di peluk, kakinya naik menjepit pahaku bagai memeluk guling. Aku mencium keningnya, mengelus rambutnya. Dia meraba dada ku dan jarinya bermain di puting ku. Sambil dia bercerita kemana saja, dan menikmati keliling jalan merdeka, mampir ke taman Badak putih, sambil menunjukan foto di hp nya, dia bilang pengen punya foto kita berdua, tapi segera dia sendiri yg meluruskan, bahwa kisah kita hanya boleh di nikmati kita berdua, bila ada orang lain yg coba masuk atau mengetahui akan beresiko kita tak mungkin lagi bersama. Dari pada hal itu terjadi, dia memilih merahasiakan kisah ini hanya untuk kita berdua. Aku memeluk tubuhnya, dan bilang maaf bila itu harus di alami oleh Mayang.
"Ini semua mau aku, aku yg memulai, bila harus meminta maaf, aku lah yg harus meminta maaf ke mas Nu, hingga kita jadi saling cinta dan sayang." Dia menatapata ku
"Kita nikmati bersama, waktu yg sudah menyatukan kita.sampai kapan kita tak ada yg bisa memastikan. Yg bisa aku lakukan hanya berusaha menjaga hubungan kita tetap terjalin, juga cinta yg kita miliki tetaplah saling kita jaga." aku berusaha jujur mengatakan apa yg kurasakan.
"Aku sayang banget sama mas Nu" sambil dia berusaha tidur di atas tubuhku.
"Makasih sayang, aku juga sayang banget sama Mayang" aku mencium keningnya.
"Terus kamu mau kemana sore ini?" Tanya ku sambil memeluknya.
"Engga mau kemana-mana mau berdua kamu aja" jawabnya sambil mencium dada ku.
"Beneran engga mau jalan?" Tangan ku mengelus rambutnya yg tampak tak teratur karena bangun tidur, kalo jujur jadi tampak lebih sexy.
"Iya, aku ke sini cuma pengen bebas berdua mas Nu aja, pengen terus begini" sambil dia memeluk aku. Aku hanya memandangi dia. Masih saja aku tak percaya kalo Mayang sangat menginginkan aku. Sempat berpikir dia hanya sekedar melepas beban pikirannya, atau sekedar mengisi kekosongan bahkan mungkin karena dia baru saja putus dari pacarnya, dan ingin melupakan mantanya. Tapi makin kesini rasa sayang dan cintanya makin di perlihatkan. Aku jadi makin mengenal dirinya, makin sayang dengan Mayang.
" Udaaaah, engga mau kalo cuma di liatin aja. Aku sekarang ada di sini, bukan cuma ada di pikiran mas Nu" dia cemberut. Dia naik ke atas tubuh aku, kini tubuhnya berada di antara kaki ku. Aku merangkul pinggulnya
Dia mulai menciumi leher ku, dada ku, dan saat menjilati dan menggigit lembut puting ku, ada rasa menjalar, dia asik mencumbui aku, saat mulai ke perut, aku meminta dia memutar tubuhnya, agar aku bisa menjilati vaginanya, aku tarik lepas CDnya, dia melepas boxer ku. Sepasang paha mulus berada di depan wajahku, vagina berwarna pink siap di cumbu. Tangan ku merangkul pahanya agar tetap terbuka, aku mulai menciumi aroma vagina Mayang, menjilati belahan liangnya coba menghisap klitorisnya nya dan menari lidahku di situ dengan lincah.
"Aaaahhhh masss" Mayang bergelinjang menahan rangsangan yg ku buat, rasa geli dan nikmat bersatu selangkangannya main menekan wajah ku saat lidahku mulai masuk ke dalam liang senggamanya.
Tak mau kalah, penis ku di jilati sekitar kepala dan lubang, ini daerah paling sensitif, rasa ngilu dan nikmat, mulut kecilnya coba memasukan kepala penisku. Karena tak bisa masuk semua, jemarinya mengurut dan mengocok batang penis ku, rasanya hangat ketika kepala penis masuk ke mulutnya. Cukup lama kita melakukan oral sex dengan gaya 69, kepalanya di kelaminku dan sebaliknya kelaminya di kepala ku.
"Masssss... Udaaaah.." Mayang coba meminta aku untuk berhenti mencumbu, dia menginginkan segera melakukan ML.
"ayoooo iiiihhhh Masss" Mayang mulai merengek manja. Aku menuruti maunya. Aku melepaskan rangkulan di pahanya. Tubuhnya berputar, dia mencium bibirku, dan mengeluarkan lidahnya menari di mulutku aku membalas menghisap lidahnya, aku segera memutar tubuhnya, kini dia berada di bawah, sambil ku beralih menciumi lehernya dan telinganya. Pahanya ku buka dan mulai menggesek an kepala penisku di liang senggama yg mulai tampak basah. Saat akan bersiap-siap aku masukan kakinya Rima mengunci di pinggang ku, perlahan aku masukan kepala penis ku.
"Aaaauuuuwwwwww"
"Aaaahhhh" Rima menikmati proses masuknya dengan desahan panjang, matanya terpejam, saat telah sempurna masuk semua, aku mulai menggenjotnya. Saat ku hentakan kedalam payudaranya bergoyang indah saat ku tarik dan ku hentakan lagi. Payudara itu makin indah di liat aku menikmati payudaranya, meremas dan menjilati putingnya, bergantian saat yg kanan di remas yg kiri ku hisap puting , begitu juga sebaliknya.
"Uuuhhh mass. Enak bangettt" Mayang makin belingsatan. Aku makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba melambat, sedetik kemudian mempercepat lagi. Tak butuh lama Mayang mulai mengeraskan otot - otot nya, ini pertanda.
"Mas Nu... Aku mau keluarrrr"
" Ayo barengan.."
"Aaaahhhh, ga bisa di tahannnnn iiih" Mayang mulai kejang-kejang dan menyemprotkan cairan hangatnya, aku masih memacu cepat penis ku keluar dan masuk. Tak lama berselang.
"Aaaahhhhh" aku menarik ke luar penisku dan menyemburkan banyak sperma di perutnya. Aku terkulai di samping tubuhnya.
Tangan mungil itu sedang merangkulku, wajahnya yg imut dengan bibir kecil dan mata bulat, sedang menatapku bertopang di dada ku, senyumnya selalu saja mampu menghadirkan pelangi di hidup ku.
"Cape ya??, Mau Mayang pijitin engga" Mayang meraba-raba punggung ku dan mengurut sebisanya.
"Engga kok, lemesnya karena terlalu nikmat ML sama kamu" tangan ku mengelus rambutnya, yang tak teratur selesai bercinta
"Aku juga ngerasa bahagia aja kalo ada di deket Mas Nu"
" Aku udah menemukan prioritas hidup aku, yg lain hanya sekedar pelengkap aja" sambung Mayang sambil jemarinya menelusuri alis di wajahku. Aku mengecup keningnya. Tak mau berkata-kata, takut menghancurkan kebahagiaanya. Aku hanya memeluk tubuh polosnya. Mengusap punggungnya. Ada sesuatu yg lembut mengganjal di bawah lengan ku, ternyata CD cantik milik Mayang yg tadi dia kenakan. Saat Mayang masih memeluk ku, aku meneliti CD itu, dan tepat di posisi vaginanya tadi ada cairan membasahinya. Aku menciumnya, aromanya khas, Mayang bangkit dan melihat apa yg aku lakukan.
"Iiihhh mas Nu lagi apa??" Ia menatap CDnya di tanganku dan berada dekat wajahku, ia berusaha meraih benda itu dari tangan ku. Aku berusaha menghindar dan menyembunyikan di belakang tubuhku, dia tetap meraih, Mayang menaiki tubuhku duduk di pangkuanku, tanganya tetap ingin mengambil CD nya
"Mas Nu... Itu basah, jijik iiiih, sini balikin" wajahnya tampak malu dan memerah.
"Buat aku boleh ya" aku memohon menatap matanya. Dia menatap aku, dengan wajah yg bingung.
"Kan mas Nu udah punya yg waktu kita pergi pertama kali??" Mayang yg bertubuh polos ada di pangkuan ku menatap ku dalam.
"Pengen punya lagi aja." Jawab ku sambil senyum.
"Itu kotor mas, bekas aku pake tidur dan keringetan, kena cairan tadi juga" Mayang menatap ku memelas.
"Tapi aku suka, May.." jawab ku.
"Gimana kalo aku cuci dulu, nanti aku kasih kamu" Mayang berusaha mengambil CD di tangan ku.
"Mayang dengerin aku, justru kalo di cuci aromanya hilang"
"Iiiih mas Nu jorok"
"Jadi boleh ya" aku memaksa.
"Terserah Mas Nu, orangnya juga boleh di bawa kok, lebih enak bisa bobo bareng setiap hari" dia memeluk ku, dan membenarkan posisi penisku agar lurus yg tadinya wakeup tapi miring di bawah bokongnya.
" Mas Nu mau lagi??" Dia senyum dan mulai mengelus kepala penisku yang tertindih vagina Mayang.
"Selalu mau kalo udah nempel gini" jawab ku, sambil menyembunyikan CD nya di bawah bantal dan tangan ku merangkul pinggulnya, mengelus bokongnya, meremasnya.
"Yuk" jawab Mayang yg mulai menggerakkan pinggulnya, maju dan mundur, bagai di urut. Nikmatnya perlakukan Mayang. Aku menarik punggungnya, agar payudara itu lebih dekat ke wajah ku. Sambil memainkan puting dengan lidah ku, meremas, menghisap.
Kita bercinta lagi, kali ini Mayang di posisi atas. Dia pandai membuat penisku bagai di buai dan di urut, rasanya makin membesar dan gagah berdiri. Lincah pinggulnya menari di atas tubuhku, tak butuh waktu lama untuk mencapai klimaks. Sore hingga malam hari selalu aja kita isi dengan berpelukan, bercumbu dan bercinta.
Pagi itu saat bangun tidur, aku melihat Mayang duduk di dekat kaca. Memandang ke jendela dengan tatapan kosong. Aku menghampiri, tampak matanya berkaca-kaca, aku memeluknya dari belakang, ia tak menyadari ke hadiran ku. Ia menoleh ke arah ku, coba menghapus air matanya.
"Kenapa?." Aku berbisik di telinganya. Dia hanya diam, malah mata itu makin meneteskan air mata. Aku mulai menduga-duga apa yg terjadi.
"Kalo kamu tak mau membicarakan, aku akan terus bermain dengan prasangka ku, yg berujung akan menyalahkan apa yg telah aku perbuat dengan kamu" aku tak kuasa melihat dia menangis. Aku mulai bersimpuh di hadapannya dan memeluk dia, dia memeluk ku erat dan tangisannya makin pecah. Aku membiarkan semua terjadi, biar air mata itu mengurangi beban dalam benak atau hatinya. Setiap air yg menetes di pundak ku. Bagai luka terkena air laut. Rasanya menyayat. Rasanya itu seperti telah membuat dia terluka, tangisan itu menggambarkan lukanya.
"Mas Nu, sayang engga sama Mayang?" Di sela tangisannya dia mulai berucap.
"Aku sayang kamu, apa yg mesti mas buktikan agar kamu tak ragu" aku coba menenangkan apa yg menjadi pikirannya
"Mas yakin mau membuktikan nya?" Mayang mulai menatap ku syahdu.
"Ada apa Mayang?" Tanya ku, aku mulai gelisah atas pertanyaannya.
"Aku mau, mas bawa aku pergi jauh. Aku engga mau pulang" Mayang memeluk aku dan mulai menangis lagi.
"Mayang, ada masalah apa di rumah??" Aku mulai menangkap Sumber masalahnya.
"Mayang engga mau pulang" hanya itu yg dia ucapkan. Aku hanya bisa terdiam tak mungkin aku melakukan itu meski aku mencintai. Aku hanya membangkitkan dia dari duduk tetap memeluknya. Semakin erat dia memeluk aku.
"Semua masalah pasti ada jalan keluarnya, terkadang kita harus bisa berpikir jernih. Untuk bisa mendapatkan jalan keluar yg terbaik, bila belum juga bertemu dengan jalan terbaik, mungkin di bicarakan kepada orang yg kamu percaya. Dengarkan apa yg dia sarankan, bila belum juga memuaskan hasilnya, kamu bisa duduk dalam diam di keheningan, ceritakan semua ke galauan hati mu, kalo masih saja belum ada jalan keluar. Kamu cukup diam menyaksikan masalah itu akan selesai seiring waktu," aku diam sejenak.
" Masalah itu hadir dalam hidup, untuk mendewasakan kita, atau untuk kita meredam ambisi kita yg terlalu besar, atau untuk mengingatkan jalan yg kita pilih, atau teguran kita untuk lebih bersabar lagi, tinggal kamu menebak masalah ini, harus di selesaikan dengan yg mana." Aku coba menerka saja.
" Aku hanya mau selalu bersama mas Nu" Mayang kembali menangis. Tak tau lagi aku harus berkata apa, aku hanya diam. Percuma menebak-nebak apa masalahnya. Dan bagaimana bisa aku ambil keputusan bila hanya ingin terus bersama aku. Apa aku harus menikahinya atau harus aku pergi jauh membawa dia. Dan meninggalkan kehidupan aku yg sudah terbina bersama istriku. Rasanya tak mungkin bila harus memilih. Saat ini rasanya tak mungkin aku berbicara dengan Mayang, dia tetap memilih menyembunyikan masalah yg sedang dia hadapi. Perlahan aku lepaskan pelukannya. Karena aku tak mau mengambil keputusan salah atas masalah yg sedang dia hadapi. Dan aku tak mengerti mengapa dia tak mau bercerita. Ego ku mulai timbul merasa di pusingkan dengan masalah yg aku tak tau apa masalahnya.
"Kamu tetep memilih tidak mau bercerita, atas apa yg sedang terjadi, lebih memilih aku harus membaca apa yg ada dalam pikiran kamu. Mohon maaf aku tak bisa melakukan itu." Aku memilih mengambil rokok ku dan pergi ke teras luar kamar hotel. Aku tak mau, terbawa suasana membingungkan yg sedang dia alami. Dia menatap ku bingung, dan terdiam atas sikap yg aku lakukan. Lebih dari satu jam dia tetap tak menghampiri aku. Aku kembali menghampirinya.
"Ada apa Mayang?? Kenapa?" Aku mulai tak bisa berpikir jernih. Dia diam tak mau menatap aku. Semakin membuat aku bingung, aku tak mau ini berlarut-larut.
"Baik, kalo kamu tetap tak mau bercerita. Hanya meminta aku untuk membawa kamu pergi, aku akan kena pasal penculikan yg di laporkan oleh ayah dan Bunda kamu. Dan kalo sampai masalah itu terjadi. Aku tetap tak bisa hidup bersama mu, karena aku di penjara. Dan kamu tak bisa membantu aku, atau mengurangi hukuman ku. Yg di tuduh penculikan. Aku mengambil keputusan. Membalikan kamu pulang ke Jakarta hari ini" Mayang tetap diam tak bergeming seolah tak mendengar apa yg aku bicara kan. Aku berkemas dengan marah . Semua barang aku masukan kedalam tas ransel ku. Aku masih melihat dia diam di tempatnya.
"Aku tunggu kamu di lobby" aku keluar kamar dengan membawa ransel ku. Di lobby aku tenangkan hati ku dengan berdiam di restoran yg ada di lobby, aku hanya memesan minuman dingin dan cemilan.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação