Asia berdiri di ambang pintu, matanya terbelalak dalam kekagetan dan kepanikan saat dia melihat pemandangan mengerikan di ruangan. Melihat mayat yang tergeletak di lantai, Wajahnya pucat dan napasnya terengah-engah.
Freed yang tergeletak di lantai, tubuhnya terasa rapuh dan terpukul akibat serangan Kendo. Meskipun dalam keadaan yang teramat lemah, keinginannya untuk bertahan hidup masih menyala dalam pandangannya yang terhalang oleh rasa sakit yang menghantui setiap serat tubuhnya. Dengan napas yang tersengal-sengal, matanya memandang ke arah Asia yang muncul di ambang pintu, membawa keberadaannya sebagai secercah harapan bagi Freed.
Freed, dengan usahanya yang terakhir, mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk berbicara saat Asia mendekat. Suaranya terdengar rapuh dan serak, namun tetap terdengar jelas di keheningan yang memenuhi ruangan.
Asia yang mendengar suara panggilan Freed kemudian menoleh. Dia terkejut melihat Freed yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang rapuh, dan wajahnya mencerminkan penderitaan yang mendalam akibat serangan yang dia alami.
"Issei!, Kendo!…"
Ia semakin terkejut lagi dengan kehadiran Kendo yang sedang memegang pedang bercahaya merah dan sebuah pistol berwarna perak dan hitam. Issei, di sisi lain, lengan kirinya ditutupi dengan sarung tangan metalik berwarna merah.
"A-asia, tolong…"
Sebelum Asia sempat mengatakan apapun, terdengar suara lemah dan penuh kesakitan dari Freed. Mendengar itu, Asia segera tersadar dari kebingungannya.
Asia kemudian melangkah maju ke arah Freed. Meskipun masih ada kebingungan di matanya, dia segera mengesampingkan pikiran tersebut. Sekarang ada orang yang terluka di depannya, dan dia tidak bisa mengabaikannya.
"Asia, tunggu! jangan-"
Issei yang melihat Asia mendekat ke arah Freed, segera mengulurkan tangannya untuk menghentikannya, namun Kendo segera mengambil langkah cepat, menempatkan tangannya di atas bahu Issei dengan tegas.
Issei menatap Kendo dengan kebingungan dimatanya. saat ingin bertanya, dia melihat Kendo menggelengkan kepalanya. Ada sesuatu dalam ekspresi Kendo yang membuat Issei mengerti bahwa dia harus mempercayakan keputusan ini padanya.
Issei mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih penuh dengan keraguan dan kekawhatiran terhadap Asia. Setelah kendo melihat Issei mengangguk, Kendo kemudian fokus pada Asia sudah berlutut di samping Freed. Tangan Kendo yang memegang Faiz Phone dalam mode pistol tetap siaga, siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Asia meletakkan tangannya di atas tubuh Freed yang masih berdarah, cahaya hijau lembut mulai terpancar dari kedua telapak tangannya. Cahaya itu mengalir dengan tenang, perlahan-lahan menutup luka-luka Freed dan mengurangi rasa sakitnya.
Dalam beberapa detik, seluruh luka di tubuh Freed sembuh. Merasakan tubuhnya kembali dipenuhi kekuatan, Freed bangkit perlahan dan kemudian dia berbisik.
"Aku tidak percaya... kau benar-benar menyembuhkanku…"
Namun, dalam sekejap, ekspresi Freed berubah menjadi kejam. Dengan gerakan cepat, dia meraih pergelangan tangan Asia dan menariknya dengan kasar.
"Aaaaa!!"
"Terima kasih atas bantuannya, asistenku, Asia~"
"Apa yang kau lakukan?!"
Issei berteriak ke arah Freed, matanya melebar karena terkejut. Dia segera melangkah maju, tetapi Freed sudah menempelkan pedang cahaya miliknya ke leher Asia.
"Hehe, iblis disana, Jangan mendekat atau aku akan menghabisinya di sini sekarang!"
Freed tersenyum licik, menekan pisau lebih dekat ke kulit Asia yang membuatnya meringis kesakitan. Kemudian dia melihat kearah Kendo yang telah mengarahkan Faiz Phone tepat dikepalanya.
"Terutama manusia disana, kau sungguh manusia sampah. Bukan saja kau bekerja sama dengan iblis, tapi kau juga melukai pendeta sepertiku. Ooh sungguh penuh dosa~"
Kendo tidak mengendurkan posisinya mendengar perkataan Freed, dia hanya tersenyum tipis dan membalas.
"Sebagai orang yang kalah dan hampir mati beberapa saat yang lalu, bukan saja dia tidak tau terimakasih, tapi tuan pendeta kita juga menyendra penyelamatnya. Sungguh luar biasa, bukan begitu, Issei"
Issei, yang berdiri di samping, hanya mengangguk setuju. Issei merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat Freed dengan kegilaan di matanya menyandera Asia.
Pikiran dan emosinya berputar-putar dalam kekacauan. Bagaimana bisa Freed, yang baru saja diselamatkan oleh Asia, begitu cepat berbalik melawannya? Kebencian dan kemarahan menggelegak di dalam dirinya, bercampur dengan kekhawatiran mendalam untuk keselamatan Asia.
Dalam keadaan kebuntuan ini, tiba-tiba cahaya merah terang menyinari ruangan, membuat semua orang tersentak. Lingkaran sihir berwarna merah muncul dengan posisi vertikal di tengah-tengah ruangan, memecah kebuntuan yang menegangkan.
Kemunculan yang mendadak ini menyebabkan Asia, Issei, Kendo, dan Freed teralihkan. Semua mata tertuju pada cahaya dan lingkaran sihir yang berputar dengan intensitas yang lambat.
Kendo, yang selalu waspada, menyadari peluang ini. Tanpa ragu, dia segera memanfaatkan keadaan ini dan mengarahkan Faiz Phone ke arah Freed. Dengan cepat dan presisi, dia menembak kedua tangan Freed.
Freed menjerit kesakitan ketika peluru energi mengenai pergelangan tangannya, membuat Freed terhuyung mundur, mencoba menahan rasa sakit yang luar biasa di kedua tangannya.
Kendo bergerak maju dengan cepat, menggenggam tangan Asia dan menariknya ke arah Issei agar menjauh dari Freed.
"Ayo, cepat!"
Asia, meskipun terkejut, mengikuti arahan Kendo dan segera berlari menuju Issei. Issei yang akhirnya tersadar, meraih tangan Asia, menariknya ke belakangnya dengan perlindungan yang kuat.
"Kau baik-baik saja, Asia?"
Asia mengangguk mendengar perkataan Issei.
"Terima kasih, Issei. Terima kasih, Kendo"
Kendo, memastikan Asia sudah aman, segera mengarahkan kembali Faiz Phone, siap untuk menembak Freed lagi. Namun, sebelum dia bisa melakukannya, sebuah siluet muncul dari lingkaran sihir yang bercahaya merah tersebut, bergerak cepat ke arah Freed dengan pedang terhunus.
Siluet itu menebas ke arah Freed dengan kekuatan dan kecepatan luar biasa. Freed, merasakan ancaman serangan itu, segera mengabaikan rasa sakit di tangannya dan menahan serangan tersebut dengan pedang miliknya.
Dentingan logam terdengar saat pedang-pedang itu bertemu, menghasilkan percikan api.
Menggunakan momentum serangan tersebut, Freed melompat mundur, menjauhkan dirinya dari penyerang. Mata Freed berkilat dengan kemarahan, namun dia tahu bahwa situasinya semakin tidak menguntungkan.
Issei yang melihat siluet tersebut dan mengenali siapa itu, dia memanggil namanya dengan kaget.
"Kiba!"
Kiba, yang mendengar panggilan itu, segera menoleh dan tersenyum.
"Hyoudou, aku datang membantu,"
Dari lingkaran sihir yang masih bercahaya, muncul seorang perempuan berambut hitam panjang. Akeno melihat keadaan di ruangan dan dengan senyum tipis di bibirnya.
"Astaga, kelihatannya berbahaya"
Setelah Akeno muncul, seorang perempuan berambut putih dengan wajah datar keluar dari lingkaran sihir. Koneko melihat ke arah Freed dengan pandangan tajam, sedikit ketidaksenangan terlihat di wajah datarnya dan berguman.
"Exorcist"
Issei yang melihat kedatangan teman-temannya merasa lega. Perasaan cemas yang tadi melingkupi hatinya perlahan menghilang. Kendo, yang melihat situasinya telah membaik, menurunkan senjatanya. Dia menyadari bahwa mereka telah mengatasi situasi ini bahkan tanpa bantuannya yang lebih lanjut.
Freed, yang sekarang semakin terpojok, menatap para pendatang baru dengan tatapan penuh kebencian. Tanpa memperdulikan bahwa posisinya tidak menguntungkan, dia tertawa keras dengan cara yang gila dan vulgar.
"Aku melihat semua iblis ada di sini! Haha, ini akan menyenangkan!"
Kiba yang mendengar itu, melirik Issei dan Kendo sejenak sebelum kembali menatap Freed dengan pandangan tajam.
"Maaf, tapi mereka berdua adalah teman kami. Kami tidak bisa diam melihatmu menyerna mereka!"
Mendengar itu, Freed kemudian tersenyum lebar, senyum yang penuh dengan kebencian dan kegilaan.
"Aku suka itu! Lalu kenapa? Dia di bawah dan kau yang di atas? Apa hubungan kalian seperti itu? Haha! Kalian benar-benar pasangan yang lucu!"
Kiba membalas dengan nada dingin, matanya tak pernah melepaskan pandangan dari Freed.
"Tak kusangka seorang pendeta bisa berkata tidak sopan seperti itu."
Freed tertawa lagi, matanya berkilat dengan kegilaan.
"Huh! Jangan sombong, iblis sialan. Akü tidak mau diajari oleh iblis! Sudah menjadi tujuan hidupku untuk memburu hama sepertimu! Jadi cukup diam saja dan biarkan Baku membunuhmu!"
Akeno yang berada di belakang Kiba, dia tersenyum namun memandang Freed dengan tatapan penuh intimidasi.
"Bahkan dalam kalangan iblis juga punya peraturan"
Merasakan tatapan Akeno, Freed mengabaikannya dan malah memeluk dirinya sendiri dengan tangan yang masih berdarah dan senjatanya yang masih dia pegang.
"Aku suka tatapan tajammu! Mungkinkah ini cinta? Atau niat membunuh? Ini sangat menarik! Aku suka perasaan ingin membunuh dan terbunuh!"
"kalau begitu, lenyaplah"
Saat Freed selesi berbicara, sebuah suara perempuan membalasnya. Bersamaan dengan munculnya suara itu, sebuah bola sihir bewarna hitam kemerahan muncul dan mulai menyerang lokasi diamana Freed berdiri.
Freed melihat bola sihir itu mendekat dengan cepat, instingnya segera memaksa dia untuk bergerak. Dia melompat ke samping, menyelamatkan diri dari serangan yang mengerikan itu.
Namun, energi hitam itu tidak berhenti begitu saja dan kemudian mengenai sofa dan meja dibelakang Freed, menciptakan dentuman gelap yang menggetarkan udara. Kemudian kedua benda itu lenyap tanpa meninggalkan debu sedikitpun.
Kendo yang sedari tadi sedang mengamati disamping Issei, kemudian melihat ke perempuan berambut merah yang telah menurunkan tangannya. Riaslah yang menembakkan bola sihir kearah Freed.
Melihat daya mancur yang disebabkan oleh serangan Rias, Kendo menyadari bahwa dia telah meremehkan ketua klubnya. Serangan yang dilancarkan Rias tadi dapat menyebabkan kerusakan pada pertahanan armor Faiz miliknya yang sudah diperkuat olehnya 10 kali lipat lebih keras dari pada berlian.
Walaupun armor Faiz tidak akan hancur secara langsung bila terkena serangan telak dari serangan Rias, namun itu juga akan menyebabkan 3 persen kerusakan pada armor Faiz, ini cukup mengagumkan.
Dilihat dari Rias yang masih tenang, Kendo yakin dia masih bisa mengeluarkan serangan seperti itu puluhan kali. Kendo tidak yakin apakah ini kasus khusus pada Rias atau memang semua iblis tingkat atas memiliki tingkat kerusakan sepeti Rias.
Namun walau begitu, Ini tetap membuat Kendo harus mulai mengulas kembali tingkat ancaman mahluk supranatural dunia ini.
Rias yang telah menurunkan kembali tangannya kemudian menoleh sebentar pada Asia, kemudian kearah Issei dan Kendo. Matanya dipenuhi permintaan maaf pada mereka berdua.
"Maafkan aku, Issei, Kendo. Aku tidak tahu ada Exorcist sesat disini. Aku tidak menyadarinya karena ada penghalang yang dipasang hingga tadi"
Mendengar permintaan maaf Rias, Kendo dan Issei menggelengkan kepala mereka. Melihat ini, Rias kembali mendapatkan tatapan percaya dirinya. Kemudian dia memandang ke arah Freed, matanya mendingin.
"Sudah keputusanku untuk tidak menunjukkan belas kasihan kepada siapapun yang telah menerobos wilayah kekuasan Gremory. Khususnya, aku tidak tahan ketika penjahat cabul sepertimu masuk kewilayahku"
Setelah mengatakan itu, disekitar tubuh Rias muncul gelombang energi sihir berwarna merah, membuat Freed yang melihat itu mundur selangkah. Sebelum Rias bergerak, Koneko mendeteksi sesuatu dan memberitahu Rias.
"Ketua, sekelompok Malaikat jatuh akan datang"
Mendengar perkataan Koneko, Rias merenung sebentar sebelum akhirnya memberi perintah pada Akeno.
"Akeno, siapkan perpindahan. Kita akan kembali"
Akeno mengangguk, anggota yang lain kemudian mendekati posisi Akeno.Saat teleportasi sudah selesai, Rias kemudian melihat kearah Asia yang dibawa oleh Issei.
"Issei, dia tidak bisa dibawa bersama kita"
"Apa!!"
Mendengar perkataan Rias, Issei sangat terkejut. Sebelum dia melontarkan pertanyaan, Rias memberitahu alasannya.
"Hanya iblis yang bisa menggunakan lingkaran sihir perpindahan. Dan lagi lingkaran sihir ini hanya bisa memindahkan aku dan pelayanku"
Mendengar perkataan Rias, Kendo mengerti bahwa dia telah dianggap pelayan oleh Rias. Jadi Kendo mendapat izin dari Rias walaupun dia bukan Iblis, sedangkan Asia yang merupakan orang luar jelas tidak bisa.
Masalahnya terletak pada tingkat kepercayaan Rias pada Asia, saat Rias berbicara tentang penghalang matanya melirik sebentar pada Asia. Asia lah yang memasang penghalang disini, jadi Rias tidak bisa mempercayainya.Kendo kemudian melirik Asia.
Sebagai orang yang terlibat, Asia juga mengetahui alasannya. Jadi betapapun enggannya dia, Asia tetap melepaskan tangannya dari Issei, kemudian dia keluar dari area lingkaran sihir tersebut.
Melihat tindakan Asia, Issei segera ingin menariknya kembali. Namun, Kendo menahannya dengan kuat. Issei yang tidak bisa lepas hanya bisa berteriak dengan putus asa.
"Asia!!"
Asia mendengar teriakan Issei dan berhenti sejenak. Dia berbalik, wajahnya penuh dengan air mata yang mengalir deras, tetapi dia tetap tersenyum pada Issei, seakan mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Issei, mari kita bertemu lagi nanti. Kendo juga…"
Issei merasakan hatinya seakan hancur melihat ekspresi Asia. Setiap air mata yang mengalir di pipi Asia membawa kepedihan yang mendalam baginya.
Kendo, yang masih menahan Issei, merasakan kesedihan yang mendalam. Dia tidak sanggup melihat wajah Asia saat ini, jadi dia memalingkan kepalanya, tidak ingin menyaksikan penderitaan yang terpancar dari gadis yang berani itu.
Sesaat kemudian, lingkaran sihir dilantai dibawah kaki Kendo dan yang lainnya mulai bersinar merah kemudian mereka menghilang dan hanya menyisakan Asia dan Freed diruangan tersebut.
Keesokan harinya, Kendo bangun dan mulai membersihkan diri, kemudian pergi keruang tamu untuk menyapa kedua orang tuanya dan sarapan. Diruang tamu Issei tidak ada, saat Kendo bertanya pada orang tuanya, mereka billing Issei keluar pagi-pagi sekali ke taman.
Mengetahui hal itu, Kendo segera mengerti. Pikirannya langsung melayang pada kejadian semalam, itu pasti mempengaruhi Issei. Kendo bisa merasakan bahwa pikiran Issei pasti dipenuhi dengan kekhawatiran tentang Asia.
Namun, Kendo tidak pergi mencari Issei. Dia memutuskan untuk pergi ke ruang kerjanya. Begitu dia tiba di ruang kerja, dia langsung menuju meja utama. Kendo kemudian memanggil Stella, AI buatannya.
"Stella, buka File SB-555W Faiz Axel"
"Ya tuan"
Beberapa saat kemudian, layar hologram muncul didepan Kendo. File SB-555W Faiz Axel berisi gambar Sebuah jam tangan dan Axel Mission Memory yang didalamnya terdapat informasi tentang Faiz Axel Armor. Sebuah armor tambahan milik Kamen Rider Faiz yang berfokus pada kecepatan gerakan.
Dalam serial Kamen Rider Faiz memiliki parameter kemampuan, yaitu:
Kekuatan pukulan : 3,75 t
Kekuatan Tendangan : 7,5 t
Tinggi Lompatan Maksimum : 52,5 m.
Kecepatan Lari Maksimum : 100m per 0,0058 detik.
Didunia ini, kendo juga melakukan hal yang sama pada Axel Form untuk meningkatkan kekuatan armor ini sebanyak 10 kali lipat dan untuk kecepatan lari meningkatkan sebanyak 5 kali lipat.
Setelah memutuskan hal ini, Kendo mulai bekerja.
Layar hologram materialisasi di depan Kendo, memperlihatkan desain detil dari jam tangan dan Axel Mission Memory. Di dalamnya, terdapat data yang mencakup semua aspek tentang Faiz Axel Armor, sebuah peningkatan signifikan untuk Kamen Rider Faiz yang memfokuskan pada kecepatan gerakan.
Dengan parameter kemampuan Faiz yang sudah ada sebagai titik awal, Kendo mulai melakukan proses peningkatan. Menggunakan algoritma canggih dan komputasi tingkat tinggi, dia menginisiasi proses restrukturisasi Axel Form untuk meningkatkan kekuatan armor hingga sepuluh kali lipat dari standar sebelumnya.
Setelah menetapkan peningkatan kekuatan, Kendo beralih ke aspek kecepatan. Dengan menggunakan metode modul akselerasi berbasis nanoteknologi dan integrasi sistem stabilisasi baru, ia mengatur ulang sistem propulsi dan mekanisme gerak Faiz dengan presisi nano-meter. Hasilnya adalah peningkatan kecepatan lari sebanyak lima kali lipat dari sebelumnya.
Dengan peningkatan tersebut, parameter kemampuan Kamen Rider Faiz dalam Axel Form setelah ditingkatkan :
Kekuatan pukulan: 37,5 t
Kekuatan tendangan: 75 t
Tinggi lompatan maksimum: 525 m
Kecepatan lari maksimum: 100m per 0,0012 detik
Proses pengerjaan Axel Armor selesai diwaktu siang, lebih lama 3 jam dari yang diharapkan Kendo. Meregangkan tubuhnya sebentar, Kendo kemudian mengambil jam tangan dan Axel Mission Memory yang telah selesai dibuat menggunakan 3D printer nano.
"Stella, lakukan kalibrasi akhir dan tes sinkronisasi"
"Kalibrasi akhir dan tes sinkronisasi sedang dilakukan… Semua sistem berfungsi optimal"
Mendengar laporan itu, Kendo mengangguk puas. Dia memeriksa sekali lagi untuk memastikan semua komponen dan sistem berjalan dengan baik. Setelah yakin, Kendo menyimpan jam tangan dan Axel Mission Memory di ruang khusus miliknya.
Dia keluar dari ruang kerja menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, Kendo melihat Issei terhuyung-huyung masuk, dengan kondisi pakaiannya robek.
Issei terjatuh ke sofa dengan lemah. Melihat keadaan Issei, Kendo terkejut, dia menanyakan pada Issei apa yang terjadi. Mendengar pertanyaan Kendo, IIssei berbaring di sofa, menutupi matanya dengan tangannya dan menceritakan apa yang terjadi.
Di sana, dia bertemu Asia, Issei memutuskan untuk mengajak Asia makan di sebuah restoran. Setelah makan, Issei mengajak Asia bersenang-senang di game center.
Mereka bermain berbagai permainan, tertawa bersama, dan berfoto di booth foto. Issei juga memenangkan boneka untuk Asia, yang membuatnya semakin bahagia. Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah Asia, dan Issei merasa puas melihat betapa gembiranya Asia.
Setelah selesai bermain, mereka membeli minuman dan duduk di tepi kolam di taman. Di sana, Asia mulai menceritakan kisah hidupnya kepada Issei.
Dia besar di sebuah gereja kecil di kota kecil di Eropa. Ketika masih kecil, para biarawati menemukannya sedang menangis di depan gereja dan Asia tumbuh besar di sana.
Saat Asia berusia delapan tahun, ada seekor anjing terluka yang berjalan menuju gereja. Melihat itu, Asia berdoa seorang diri, dan keajaiban terjadi—anjing itu sembuh.
Tak lama kemudian, Asia dibawa ke gereja besar di kota lain, di mana dia diminta untuk menyembuhkan luka dan penyakit dari seluruh umat Kristen di seluruh dunia. Asia merasa sangat senang karena kekuatannya dapat membantu orang lain.
Namun, suatu hari, Asia bertemu dengan seorang laki-laki yang tergeletak di gang yang sepi. Tanpa ragu, Asia menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan orang itu.
Ternyata, orang yang disembuhkannya adalah seorang iblis. Karena hal itu, Asia dicap sebagai penyihir oleh orang-orang di gereja dan diusir dari sana. Dia akhirnya sampai ke Jepang, tanpa memiliki tempat tujuan, hingga diambil oleh malaikat jatuh.
Asia melanjutkan ceritanya dengan berbagi mimpi-mimpinya pada Issei. Dengan mata yang bersinar penuh harapan, dia bercerita bahwa karena tidak memiliki teman selama ini, dia sangat ingin memiliki banyak teman. Dalam mimpinya, dia dan teman-temannya akan bersama-sama membeli bunga dan buku.
Setelah Asia selesai bercerita, Issei tersenyum lembut padanya. Tanpa ragu, dia berkata bahwa dia dan Asia sudah menjadi teman. Mendengar hal itu, Asia terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca dengan kebahagiaan yang mendalam.
Namun kebahagian mereka terganggu dengan kedatangan Yuuma, Malaikat jatuh, dia menangkap Asia dan menyisakan Issei.
Setelah mendengar cerita Issei, Kendo terdiam, Issei, yang sebelumnya tenggelam dalam kesedihan dan rasa bersalah, mengangkat wajahnya perlahan.
"Kendo... aku... aku tidak tahu harus bagaimana, tapi aku akan melakukan apa saja untuk menyelamatkannya"
Kendo menatap lantai dengan mata yang penuh intensitas, seolah mencari jawaban di permukaan lantai yang dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan badai emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Setelah tenang, Kendo akhirnya mengangkat kepalanya dan menepuk pundak Issei.
"Kita akan menyelamatkan Asia. tapi sebelum itu ada yang harus aku lakukan"
Setelah itu Kendo bangkit, berjalan kekamarnya untuk memakai seragam Akademi Kuoh. Setelah itu turun kembali keruang tamu.
"Issei, setelah kau menenangkan emosimu. Datanglah ke ruang klub"
Setelah memberikan instruksi kepada Issei, Kendo melangkah keluar dari rumah menuju sekolah. Dalam perjalanan, Kendo mengingat kembali cerita Issei, kemudian rasa amarah dan kecewa memenuhi hatinya ditunjukkan pada anggota gereja yang membuang Asia.
Namun, di antara kemarahan dan kekecewaan yang memenuhi hatinya, Kendo merasa paling marah dan kecewa pada dirinya sendiri. Dalam kegelapan malam itu, dia merasa dirinya gagal melindungi Asia.
Namun, di tengah-tengah gejolak emosi itu, Kendo sadar bahwa dia harus menahan diri. Kemarahan buta tidak akan membantunya untuk menyelamatkan Asia. Dia harus tetap tenang dan fokus pada tugas yang ada di depannya.
Dengan napas dalam, Kendo memusatkan pikirannya kembali pada tujuannya saat ini : menyelamatkan Asia. itu adalah prioritas utama sekarang, dan dia tidak boleh terganggu oleh emosi negatif.
Setelah berjalan selama sepuluh menit, Kendo akhirnya sampai di gerbang sekolah. Tanpa membuang waktu, dia langsung menuju ke gedung sekolah lama.
Sesampainya di gedung sekolah lama, Kendo masuk keruangan tempat anggota klub biasanya berkumpul. Diruangan yang diterangi oleh cahaya lilin, Di sofa ruangan, Kendo melihat sosok Koneko yang sedang duduk dengan tenang.
Kendo melangkah mendekat menuju sofa dan duduk di samping Koneko. suaranya menggema pelan di dalam ruangan yang sepi. Kendo menyapa singkat.
"Koneko, yang lain belum datang?" tanya Kendo, meskipun dia sudah bisa menebak jawabannya dari keheningan ruangan itu.
Koneko menggeleng pelan. "Belum," jawabnya singkat.
Kendo menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Duduk di samping Koneko, dia merasakan sedikit ketenangan, meskipun kecemasan tentang keadaan Asia masih menghantui pikirannya.
Koneko menatap Kendo dengan tatapan datarnya, namun di balik matanya yang tenang, dia bisa merasakan ketegangan yang memancar dari tubuh Kendo.
Meskipun Kendo mencoba untuk tampak tenang, napas dalamnya dan gerakan tangannya yang sedikit gemetar menunjukkan bahwa dia sedang dilanda kecemasan.
Dia mendekatkan dirinya sedikit, tidak banyak bicara, tapi cukup agar kehadirannya bisa dirasakan lebih dekat oleh Kendo. Sesaat kemudian, dia mengamati wajah Kendo dari sudut matanya, mengukur reaksinya.
Koneko bukan tipe yang berbicara panjang lebar, apalagi memberikan kata-kata penghiburan secara eksplisit, tetapi dia selalu ada untuk mendukung.
Kendo merasakan pergerakan halus dari Koneko yang mendekat sedikit, dan meskipun gadis itu tak banyak bicara, kehadirannya cukup menenangkan.
Dia menoleh sekilas ke arah Koneko, menyadari bahwa meskipun Koneko terkenal dengan sikap dinginnya, dia punya cara tersendiri untuk menunjukkan perhatian.
Kendo menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar cepat. Tindakan kecil dari Koneko, meski tanpa kata, membuatnya sadar bahwa dia tidak sendirian.
Dia tersenyum tipis, senyum yang sulit dipaksakan, tapi tetap muncul sebagai bentuk rasa terima kasih atas kehadiran gadis itu.
"Terima kasih, Koneko," katanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. Kendo tahu bahwa Koneko bukan tipe orang yang memerlukan ucapan terima kasih, tapi dia tetap merasa perlu mengatakannya. Kehadiran Koneko saat ini adalah sesuatu yang Kendo sangat hargai.
Koneko tetap diam sejenak setelah mendengar ucapan terima kasih dari Kendo. Matanya yang biasanya dingin dan tanpa ekspresi hanya menatap lurus ke depan, seolah tidak terpengaruh.
Namun, ada sedikit perubahan halus di wajahnya, mungkin hanya samar-samar terlihat, tapi cukup menunjukkan bahwa dia menerima ucapan Kendo. Dia tidak berbicara, hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan atas rasa terima kasih itu.
Dengan sedikit lebih tenang, Kendo kembali fokus ke pikiran dan permasalahannya, tujuan dia datang ke sekolah adalah untuk bertemu ketua Rias untuk membahas masalah penyelamatan Asia tapi Bukan untuk meminta bantuan.
Kendo memikirkan posisinya saat ini. Dia hanyalah seorang manusia—seorang manusia yang memiliki hubungan dekat dengan iblis. Jika dia nekat menyelamatkan Asia sekarang, meski ia berhasil membunuh semua malaikat jatuh dengan Faiz Axel, masalah yang lebih besar akan segera menantinya.
Dunia ini dipenuhi oleh makhluk-makhluk supranatural yang jauh lebih kuat, dan mereka pasti memiliki cara untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas kematian malaikat jatuh.
Saat para malaikat jatuh menemukan bahwa dialah pelakunya, keluarganya akan menjadi target. Tetapi yang lebih buruk lagi, jika mereka mengetahui bahwa dia, seorang manusia, memiliki hubungan dekat dengan iblis, hal itu bisa menjadi pemicu yang tepat untuk memulai perang antar ras kembali. Dunia yang sudah rapuh ini bisa jatuh ke dalam kekacauan, semua karena satu tindakan ceroboh.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação