"Fiona. Lu hamil?" teriak Jane.
Fiona dan Lukas yang mendapati pertanyaan dari Jane seperti itu langsung terkejut. Apalagi ketika mereka berdua lihat jika Jane membawa sebuah test pack. Dan Fiona mengenali jika test pack itu memang benar miliknya.
"Test pack itu? Itu kan emang test pack punya aku. Tapi kenapa bisa sama kak Jane ya? Terus dia tau dari mana kalo itu emang test pack punya aku? Aku harus jawab apa?" pikir Fiona di dalam hatinya.
"Fiona. Kok lu diam? Ini test pack punya lu kan? Lu hamil sama Lukas? Ngaku aja deh lu," tanya Jane lagi untuk lebih memastikan jika test pack itu emang benar punya Fiona.
"Engga. Kata siapa itu punya gua? Jangan asal bicara ya lu," jawab Fiona.
"Gua ga asal bicara. Supir taksi itu sendiri yang bilang ke gua kalo test pack ini punya cewek baju putih. Dan ciri-cirinya mengarah ke lu. Udah deh ngaku aja."
"Emangnya cuma gua di sini yang pakai baju putih? Lu liat tuh orang itu."
Fiona menunjuk ke arah seorang wanita yang kebetulan sedang memakai baju putih juga di sana. Jane pun langsung melihat ke arah itu dan merasa malu karena sudah asal menuduh Fiona.
"Sekarang lu mau bilang apa lagi? Lu masih mau bilang kalo test pack itu punya gua? Lagian emangnya lu ga jijik gitu pegang test pack punya orang? Itu kan bekas pipisnya orang. Banyak kuman di situ."
"Iyuhhhh," teriak Jane ketika menyadarinya. Dan Jane langsung memberikan test pack itu kepada temannya.
"Udah deh mending sekarang kalian semua pergi dari sini."
"Siapa juga yang mau di sini lama-lama. Cabut yuk guys."
"Ayo."
Akhirnya Jane dan kedua temannya itu pergi meninggalkan Fiona dan Lukas. Sekarang tinggal urusan Fiona dan Lukas yang belum selesai.
"Hampir aja kita ketauan tau ga Fiona," ucap Lukas.
"Ya makanya itu sekarang kita harus apa? Aku ga bisa kebayang kalo semua orang nanti lama-lama tahu. Apalagi kalo sampai Ibu dan Ayah tau. Aku bisa kena marah sama mereka berdua."
"Yaudah kalo gitu kita pikirkan nanti lagi ya. Aku masih harus tampil lagi sebentar lagi. Dan aku janji, aku ga akan pernah tinggalin kamu. Kita hadapi semua ini sama-sama. Jadi kamu jangan merasa sendiri ya," ucap Lukas menenangkan Fiona sambil mengusap lembut kepalanya.
"Kamu janji ya, kamu ga akan tinggalin aku?"
"Iya, aku janji sayang. Kalo gitu aku masuk ke dalam dulu ya."
Fiona hanya menganggukkan kepalanya dan Lukas masuk kembali ke dalam Cafe itu untuk tampil di dalam. Sedangkan Fiona memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Karena jika Ibu dan Ayahnya menyadari dirinya tidak ada di rumah, nanti akan menjadi masalah baru lagi untuk Fiona.
******
Setibanya Fiona di rumahnya, dia masih juga memikirkan tentang kehamilannya. Fiona selalu saja murung di dalam kamarnya setelah pulang menemui Lukas tadi siang. Fiona pun menulis di buku hariannya tentang apa yang sedang Fiona rasakan saat ini.
'Aku tau jika hubungan aku dan Lukas itu emang salah. Aku dan Lukas emang ga seharusnya melakukan itu semua. Rasanya ingin marah, tetapi aku tidak tahu harus marah ke siapa. Karena pada waktu itu aku juga mau melakukannya. Mau menangis, tetapi rasanya air mata ku sudah kering. Aku juga ingin sekali memutar waktu. Tetapi aku sadar jika waktu tidak bisa di putar. Aku pun tidak tau apa yang aku harus lakukan saat ini.'
Setelah itu Fiona mengambil handphonenya. Fiona menelpon Lukas kembali untuk membahas masalah kehamilannya. Satu kali di telepon tidak di angkat. Dua kali tidak di angkat juga. Fiona pun mulai merasa khawatir. Fiona mulai merasa takut jika Lukas tidak akan bertanggung jawab kepadanya dan mengingkari janjinya begitu saja.
"Lukas. Please angkat teleponnya doang. Kamu kemana aja si dari tadi telepon aku ga di angkat."
Karena teleponnya tidak kunjung di angkat oleh Lukas. Akhirnya Fiona memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat kepada Lukas. Setidaknya nanti Lukas akan membacanya.
Fiona : Lukas. Kamu kemana aja si? Kenapa telepon aku ga kamu angkat? Aku harap kamu bisa menepati janji-janji kamu ke aku. Aku butuh kamu, Lukas.
*******
Sedangkan Lukas sekarang ini masih di Cafe tempat dia tampil tadi siang. Lukas menyadari jika Fiona sudah beberapa kali meneleponnya, tetapi Lukas sengaja tidak mengangkat telepon dari Fiona. Karena Lukas juga bingung harus berbuat apa saat ini.
Lukas juga marah dengan dirinya sendiri. Seperti apa yang sedang Fiona rasakan saat ini. Tiba-tiba saja Lukas berteriak dengan sangat kerasnya membuat teman-teman yang berada di sekitarnya terkejut.
"Aaaa..."
"Lu kenapa si Lukas? Kayanya dari tadi lu kelihatan ga tenang gitu. Terus sekarang tiba-tiba lu teriak kaya gini. Ada masalah apa si sebenarnya lu?"
"Engga. Gua ga ada masalah apa-apa. Yaudah kalo gitu gua cabut duluan ya. Bye semuanya."
"Iya. Hati-hati lu."
Karena pikiran Lukas sedang sangat kacau kali ini, akhirnya Lukas memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya. Ketika sudah tiba di rumahnya, Lukas baru membaca pesan yang di kirimkan oleh Fiona sedari tadi. Lukas pun membalasnya.
Lukas : Maaf. Aku baru selesai tampil. Besok kita ketemuan di taman aja ya. Kita bicarakan semuanya berdua.
Fiona : Iya.
Setelah itu Lukas langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Lukas memikirkan semua yang sedang dia hadapi saat ini dengan Fiona. Lukas sangat khawatir dengan masa depannya, sekolahnya, cita-citanya yang semuanya akan berantajaby jika semua orang mengetahui kalau Lukas sudah menghamili seorang wanita. Apalagi selama ini Lukas sangat memperjuangkan cita-citanya sebagai vokalis yang terkenal di Dunia suatu saat nanti.
Padahal jika membicarakan tentang sekolah, masa depan dan cita-cita, Fiona pun mempunyai itu semua. Fiona juga ingin melanjutkan hidupnya dengan normal seperti wanita pada umumnya. Tetapi karena perbuatannya dengan Lukas, dia harus menerima akibatnya jika dirinya saat ini telah berbadan dua. Malam ini Lukas dan Fiona harus segera tertidur dan istirahat. Karena besok pagi mereka berdua harus membicarakan hal yang sangat penting tentang masa depan mereka berdua.
******
Hari sudah kembali berganti. Fiona dan Lukas sudah sama-sama berada di taman biasa mereka bertemu. Di sana Fiona dan Lukas duduk di salah satu kursi yang ada di taman itu. Keduanya terlihat sama-sama sedang memikirkan hal yang mereka berdua sendiri takuti.
Di sana Fiona menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Lukas. Dan Lukas merangkumkan tangannya ke dalam pelukannya. Setidaknya perasaan Fiona saat ini sedikit tenang karena Lukas masih mau di ajak bicara tentang masalah mereka berdua.
-TBC-