"apa kamu sudah merasa hangat" bisik phoena dengan wajah memerah yg ada di atas tubuhku sambil memelukku dengan erat.
walaupun kami tidur bersama anggota militan, tapi mereka tidak menyadari karena kami berdua di tutupi oleh selimut
"mm sedikit lebih hangat, mungkin jika aku membuka pakaian mu bisa sedikit menambah kehangatan" bisik ku ditelinga phoena, tapi dia tidak menjawab hanya cengkraman nya menjadi lebih kencang lagi.
perlahan saya mulai membuka semua pakaiannya dan pakaianku secara perlahan sehingga kulit kami benar benar menyatu.
terasa suhu tubuh phoena semakin memanas dan tubuh nya menjadi sedikit gelisah.
perlahan saya membuka selangkangannya dan memasukan senjataku ke dalam lubang vaginanya secara perlahan.
saat itu phoena mulai memelukku lebih erat dan alisnya mulai mengerut menahan rasa sakit.
setelah beberapa saat saya mulai memompanya secara perlahan.
terasa vagina nya yg lembut dan sempit menjepit senjataku dengan erat.
setelah lama memompa, tubuh phoena mulai berkeringat.
"jangan pernah tinggalkan phoena lagi" gumam phoena dengan sedih, setalah itu tubuhnya mulai bergetar dan kami keluar bersama sama.
"Nero, phoena sangat mencintai mu" bisik phoena pada ku, lalu dia mencium ku dengan penuh nafsu dan ronde kedua pun di mulai dengan senyap, hanya terlihat gelombang yg naik turun dari selimut kami berdua.
tapi yg tidak di ketahui hampir semua wanita yg hadir di sana menyaksikan semua ini dengan wajah memerah.
bahkan Marie yg ada di sebelahku juga mengintip sambil memberikan jempol nya dengan senyum manis.
____________________________________
di pagi hari kami semua berkumpul bersama untuk sarapan pagi di meja yg besar.
"oiii pagi semuanya" teriak aram yg ceria
"pagi Aram, pagi semuanya" kataku yang baru datang sambil memapah phoena yg terlihat masih lelah.
"ada apa dengan phoena, kemarin aku juga tidak melihatnya saat akan tidur, apa kamu tidur di tempat lain" tanya Aram dengan wajah penasaran
dan hampir semua wanita di sana wajahnya mulai memerah.
"jangan tanya urusan wanita, dasar anak kecil" kata Marina dengan kesal
"aku bukan anak kecil dan kenapa wajah kalian begitu layu, apa kalian tidak bisa tidur" kata Aram dengan kesal
"bukan urusanmu" jawab hampir semua wanita sambil menatap ku dan phoena dengan kesal.
lalu aku dan phoena saling menatap dan wajah phoena mulai memerah lagi dan langsung bersembunyi di lengan ku.
"mereka melihat, ini semua salah mu" gumam phoena dengan pelan
"ada apa dengan kalian" kata Aram dengan wajah aneh
"ehem Aram apa kamu ingin menjadi lebih kuat, aku bisa membangkitkan cahaya yg ada dalam dirimu, tapi itu tergantung pada tekad mu" kata ku untuk mengalah kan perhatian
"tentu saja, apa kamu bisa membantu ku, aku bersedia melakukan latihan apapun, tolong bantu aku Nero, aku ingin menjadi kuat untuk melindungi semuanya" balas Aram dengan penuh semangat
"ok baiklah, jadi kamu harus bersiap" kataku dengan santai
"apa yg harus aku siapkan" tanya Aram dengan penasaran
"tekad mu" saat itu saya langsung menunjuk jari ku ke arah Aram dan dia langsung pingsan dan terjatuh ke tanah
"Aram" teriak semua orang
"tenang, dia sedang menjalankan ujian tekad, ayo lanjutkan makannya, sebentar lagi dia akan bangun"
saat itu saya membawa phoena duduk di sebelah ku dan bersiap untuk makan.
"phoena sayang, ini makanan khusus untuk mu, sup penambah tenaga yg mampu memulihkan stamina mu" kata Marie dengan bahagia sambil menyerahkan sup dengan banyak daging pada phoena
"te terima kasih Marie" jawab phoena dengan malu malu sambil menundukkan kepalanya dan mencubit lengan ku.
"ini masih panas, biar Nero yg suapi" saat itu saya mulai menyendok sup dan meniup nya secara perlahan, lalu saya mulai menyuapi phoena.
"ayo buka mulut manis mu" saat itu dengan malu malu phoena membuka mulut nya dan memakan sup yg aku suapi
"kalian memang pasangan suami istri yg serasi, tidak percuma kerja keras tadi malam" kata Marie dengan gembira
"pufff" saat itu hampir semua orang memuntahkan makanan mereka.
"huk huk" dan phoena juga mulai terbatuk karena hampir tersedak oleh sup yg dinamakan.
"mariee" kata ku dengan tegas
"maaf maaf sayangku, Marie hanya terlalu bahagia" kata Marie dengan canggung
"apa kamu bahagia jika suamimu di rebut wanita lain" kata Marina dengan kesal
"tidak ada yg bisa merebut Nero, karena Nero bukan sesuatu yg bisa kalian miliki sendiri, Bahkan aku tidak bisa memiliki nya sendirian, hanya dia yg bisa memiliki ku seutuhnya"
"dan tidak sembarang wanita yg bisa menjadi milik sayangku, perlu ujian yg menyertainya" jelas Marie dengan semangat
"ujian apa maksudmu, kenapa begitu sulit menjadi wanitanya, bukankah dia akan senang jika banyak wanita cantik mau menjadi istrinya" kata Marina dengan kesal sambil menunjuk ku dengan sendok makannya
"kamu pikir sembarangan wanita bisa menjadi saudari kami, dia harus benar benar mencintai Nero dari hatinya dengan tulus dan sepertinya kamu juga pernah menerima ujiannya, tapi saat kamu menamparnya saat itu juga kamu gagal dalam ujian tersebut" jelas Marie dengan tegas
"ujian apa, dia terlihat seperti rakyat biasa, setiap hari dia hanya berbicara manis dengan ku, dia hanya sangat memperhatikanku saat itu, tapi dia hanya rakyat biasa, siapa yg akan menerima nya" teriak Marina dengan kesal tapi tiba tiba dia mulai menundukkan kepalanya dengan lemah sambil memandangi makanannya
"walaupun dia sangat perhatian, walaupun dia selalu menunjukan cintanya, walaupun dia selalu ada saat aku sedang bingung, tapi kenapa kamu menyamar menjadi warga biasa, jika tidak aku pasti akan menerima mu saat itu, aku tidak akan menampar mu saat itu" kata Marina dengan lemah dan air mata mulai jatuh ke makanannya
"sejak saat itu aku selalu mencari mu untuk minta maaf, tapi aku tidak pernah melihat mu lagi sejak saat itu, aku selalu mencemaskan mu, aku takut kamu melakukan hal hal yg membahayakan diri mu, rasa penyesalan itu selalu menghantui ku sepanjang malam"
"sampai waktu berlalu dan akhirnya aku bisa melupakanmu, tapi kamu sekali lagi muncul di hadapanku dengan penampilan yg luar biasa"
"saat itu aku pikir aku punya kesempatan untuk minta maaf dan memperbaiki hubungan kita, tapi kamu sama sekali tidak pernah menoleh ku, kamu menganggap ku seperti udara, hal ini benar benar menyiksa ku"
"apa kamu sengaja muncul lagi untuk menghukum ku karena telah menampar mu, apa ini balas dendam mu pada ku" lalu di mulai berdiri di depan semua orang.
sambil menyatukan kedua tangannya di dadanya dan dengan wajah yg basah oleh air mata dia mulai memohon pada ku.
"Nero tidak bisakah kamu memaafkan ku, tidak bisa kah kamu berhenti menyiksaku, aku tidak bermaksud menamparmu saat itu, aku hanya tidak ingin kamu terlibat dalam urusan para kesatria yg selalu bertempur melawan pasukan gelap, aku tidak tahu bahwa kamu pria yg kuat saat itu, di mataku kamu hanya pria biasa yg lemah, aku takut kamu terluka jika terlalu dekat dengan ku, aku hanya berpikir dunia kita berbeda dan tidak ingin kamu terlibat di dalam nya" kata Marina dengan nada yg menusuk hati
saat itu suasana makan pagi menjadi agak aneh dan semua orang mulai menatapku yang masih makan dengan tenang.
melihat aku yg tidak peduli, marina langsung menunjukan expresi yg semakin sedih.
"maaf semuanya, aku mengacaukan suasana makan kalian" saat itu Marina langsung berlari menjauh dari meja makan sambil mengusap air matanya
"Nero tolonggg" kata Marie dengan nada menggoda
"apa kamu sengaja melakukannya" kataku dengan santai sambil menatap Marie
"dia selalu memandang mu dengan mata penuh kasih sayang, aku tidak tega melihatnya di abaikan terus oleh mu" jawab Marie dengan santai
"Nero, bisakah kamu menemani Marina, aku mohon" kata phoena dengan wajah memelas
"baiklah, aku juga ingin menjelaskan sesuatu padanya, sepertinya dia salah paham pada ku" balasku sambil mengelus kepala phoena, lalu aku langsung menghilang di hadapan semua orang