Baixar aplicativo
27.27% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 6: ADA HARGA, ADA PELAYANAN

Capítulo 6: ADA HARGA, ADA PELAYANAN

Jovanka kembali duduk di pinggir meja kerja Galang. Kakinya terulur menyusuri paha Galang yang duduk diam di kursinya. Netranya menatap lekat Galang yang memandangnya dingin namun terasa membakar. Tanpa banyak bicara Jovanka segera berpindah duduk ke atas pangkuan Galang.

"Aku pasti bisa," batin Jovanka dalam hati. Sambil memejamkan kedua netranya, Jovanka mengecup lembut bibir tegas Galang. Begitu lembut hingga Galang pun dapat merasakan getaran pada tubuh Jovanka.

"Gadis ini masih sangat polos," batin Galang sambil tersenyum.

"Aku tak 'kan melepaskanmu," kata Galang dalam hati sambil ikut menikmati permainan lembut Jovanka. Tangannya pun mulai menelusuri tubuh molek di depannya itu. Bibirnya tersenyum tatkala melihat Jovanka yang mulai mendesis saat tangan kekarnya meremas bukit menjulang di dadanya.

Tetapi Galang tiba-tiba terhenyak saat Jovanka menyudahi kecupannya dan bergegas bangkit dari pangkuannya.

"Enough for now," kata Jovanka sambil berjalan menuju sofa. Dia mengambil sebuah cermin kecil dan membenarkan riasannya. Untung saja Lavender telah membekalinya dengan pengetahuan tentang berbagai merek kosmetik sehingga riasan wajahnya terlihat masih baik-baik saja. Jovanka hanya perlu merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena remasan tangan Galang.

"Ehem!" dehem Galang yang membuyarkan konsentrasi Jovanka pada cermin yang dipegangnya.

"Ada apa?" tanya Jovanka tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa maksud kamu dengan enough for now barusan?" tanya Galang yang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan itu heran. Jovanka segera memasukkan kembali cermin kecilnya dan menatap mata elang sang CEO tampan diseberangnya itu dengan lekat.

"Ada harga ada pelayanan, Tuan," jawab Jovanka datar.

"Kontrak senilai hampir seratus juta cuma setara dengan ini?" gumam Galang lirih namun terdengar dengan jelas di telinga tajam Jovanka. Dia pun tertawa mendengarnya.

"Pilihan ada pada Anda, Tuan," ujar Jovanka tanpa mau berdebat dengan lelaki muda itu. Dia segera berdiri dan menganggukkan kepala tanda permisi. Jovanka melangkah anggun keluar dari ruangan Galang dengan seribu rasa kesal yang menghujam dada lelaki itu.

"Kamu ternyata licik juga, Jovanka," batin Galang sambil tersenyum tipis.

Sementara itu Lavender langsung merasa lega saat melihat Jovanka yang melenggang santai keluar dari ruangan Sang CEO dingin itu. Dengan tatapan matanya, Jovanka seolah mengatakan kalau dia baik-baik saja. Lavender pun segera berdiri dan menjajari langkah Jovanka untuk keluar dari tempat itu.

"Bagaimana dengan Tuan Muda itu?" tanya Lavender lirih saat mereka berada di dalam lift.

"Begitulah. Lelaki muda dengan gairah yang selalu full charge," jawab Jovanka yang disambut dengan tawa lebar Lavender. Jovanka menatapnya dengan ekspresi datar dan mengedipkan sebelah mata.

"Kita bicarakan di luar saja, ada mata-mata di sini," kata Jovanka sambil melangkah keluar tepat saat pintu lift terbuka.

"Ah iya, aku sampai lupa karena terlalu penasaran dengan sikap Tuan Muda itu," ujar Lavender sambil berjalan melenggang cantik. Dengan ramah Lavender menyapa setiap karyawati cantik yang dia lewati.

"Om," panggil Jovanka lirih.

"Eh iya, Cin. Ada apa?" tanya Lavender yang baru saja melambaikan tangannya kepada seorang gadis cantik di front office desk.

"Kalau Om tebar pesona pada semua gadis, gak ada orang yang akan percaya kalau Om melambai," jawab Jovanka pedas tanpa memikirkan perasaan Lavender.

"Ah, kamu to the point banget deh, Cin," gumam Lavender sambil terkikik lirih.

"Om 'kan juga lelaki normal yang butuh hiburan," bisiknya dengan suara sangat lirih yang hanya bisa didengar oleh Jovanka. Wanita itupun tergelak mendengarnya.

"I see. It's your choice to be like that, Om. Don't forget it," kata Jovanka mengingatkan.

"Tentu saja, Cin. Dan hanya kamu yang tahu. Jadi kamu harus bantu ingetin Om kalau Om lupa peran, ya," kelakar Lavender.

Lavender tersenyum dan melajukan mobilnya perlahan keluar dari halaman kantor utama Galang. Jovanka mulai membaca dengan cermat perjanjian yang baru saja dia peroleh. Saking asyiknya dia tak menyadari saat Lavender memasuki halaman kafe kopi milik Adam.

"Ayo turun. Kita lanjutkan diskusinya sambil ngopi," ajak Lavender yang diiyakan oleh Jovanka dengan anggukan kepalanya. Gadis cantik bertubuh langsing berisi itupun segera keluar dari mobil sambil membawa berkas perjanjian di tangannya. Dirinya tampak gugup saat menyadari kemana Lavender membawanya.

"Om, kok malah kesini, sih?" keluhnya kesal sambil memperhatikan sekitarnya.

"Tenang saja, mereka tak akan ada yang mengenalimu, Jov," kata Lavender meyakinkan gadis itu.

"Benarkah?" tanyanya tak percaya.

"Benar. Percaya deh sama Om Lav kamu yang super imut ini," jawab Lavender sambil tersenyum menggoda.

"Kalau Mas Adam nanyain aku, Om kenalin aku sebagai siapa?" tanya Jovanka sambil berjalan perlahan mengikuti langkah kaki Lavender.

"Saudara kembar Jovita yang besar di Amerika," jawab Lavender santai. Jovanka hanya bisa menghela nafas panjang saat mendengar jawaban Lavender.

"Kamu 'kan memang pernah tinggal di New York, Cin. Jadi santai sajalah. Kamu bisa berakting nggak terlalu suka membicarakan masalah pribadi. Beres 'kan?" lanjut Lavender dengan senyuman lebarnya. Tangannya menyibakkan poni yang menutupi sebelah matanya dan memandang Jovanka sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ish, Om ini bener-bener, deh," gumam Jovanka dengan kesal. Namun sikap dan ekspresinya segera berubah saat kakinya melangkah masuk ke lobi kafe. Hampir semua karyawan dan pengunjung di kafe itu memperhatikannya. Termasuk Adam.

Lelaki itu bagaikan terbius melihat sosok Jovanka yang sangat cantik dan dingin. Gadis cantik yang berjalan bersama Lavender itu mengingatkannya pada seorang gadis lugu yang tiba-tiba saja membayang di kepalanya.

"Tidak. Tidak. Itu tidak mungkin dia," batin Adam. Tangannya dengan cepat menyambar buku menu dan segera berjalan menghampiri Lavender.

"Kita duduk di sini saja, Jov," kata Lavender sambil menarik kursi di sebuah sudut kafe. Jovanka mengangguk dan menarik kursi dengan anggun. Dia duduk dengan tegak dan wajah terangkat saat melihat Adam berjalan menghampirinya.

"Selamat siang, Om Lav," sapa Adam seperti biasa. Netranya menatap Jovanka tanpa berkedip.

"Siang, Dam," balas Lavender sambil tersenyum.

"Silakan," kata Adam sambil memberikan buku menu kepada Lavender dan Jovanka. Netranya tetap tak bisa lepas dari sosok cantik yang duduk dengan anggun di depannya.

"Ehem," dehem Lavender sambil memandang Adam.

"Buatkan aku seperti biasa saja," kata Lavender. Adam mengangguk dan kembali memalingkan wajahnya ke arah Jovanka.

"O iya, Dam. Kenalin nih, ponakan Om yang lain," kata Lavender sambil memandang Jovanka.

"Eh iya, Om," ujar Adam yang langsung mengulurkan tangannya ke arah Jovanka.

"Adam," kata lelaki tampan itu dengan sopan. Jovanka menoleh dan menatap lelaki di depannya dengan tatapan datar.

"Jovanka," ujar Jovanka sambil menganggukkan kepalanya tanpa membalas uluran tangan Adam. Lelaki itu terlihat agak kikuk jadinya.

Lavender tersenyum saja melihatnya. Dia menganggukkan kepalanya ke arah Adam saat lelaki itu menatapnya dengan ekspresi kesal. Adam pun segera bergegas dari meja mereka.

"Jangan bertanya hal yang tidak penting kepadaku, Om," kata Jovanka datar sambil mulai membuka kembali berkas yang ada di tangannya.

"I understand, Jov," gumam Lavender sambil tersenyum kepada Adam yang tengah menatapnya di kejauhan.

"But let me introduce you to him, okay?" pinta Lavender. Jovanka mengangkat wajahnya sesaat kemudian menganggukkan kepalanya. Dia lebih tertarik untuk mempelajari kontrak itu daripada berkenalan dengan Adam yang notabene telah dikenalnya cukup baik.

"O ya, Jov. Tadi kamu bilang kalau sekarang saatnya kamu beraksi, saat kamu masih bersama Tuan Muda itu di ruangannya. Apa maksud kamu?" tanya Lavender setengah berbisik. Jovanka kembali mengangkat wajahnya. Perlahan dia menyibakkan rambut bergelombangnya yang indah itu ke belakang.

"Sebuah kontrak berarti sebuah pelayanan. Bagaimana pelayananku tergantung nilai kontrak itu," jawab Jovanka tak kalah lirihnya. Lavender terkesiap mendengarnya.

"Bagaimana mungkin kamu melakukan perjanjian seperti itu lagi dibelakangku, Jov?" sergahnya setengah marah. Jovanka menatap lelaki cukup umur di depannya itu dengan ekspresi yang tidak berubah. Datar.

"Aku yang harusnya tanya kepada kamu, Om. Bagaimana mungkin kamu bisa seteledor itu membaca kontrak sebelum ditandatangani," cerca Jovanka sambil menunjuk sebuah pasal di berkas itu. Lavender terlihat terkejut dan segera membacanya dengan cermat.

"Oh my gosh," serunya tercengang.

"So who's the stupid guys here?" tanya Jovanka sambil membuang mukanya keluar ruangan. Lavender tertawa mendengarnya. Benar-benar kebalikan dari sosok Jovita yang dia kenal. Jovanka benar-benar memerankan dirinya dengan apik.

"Okay, I'm so sorry about that. Pemandangan di depan mata tadi sungguh menggiurkan, Sayang," jawab Lavender sambil terkekeh mengingat sosok sekretaris bohay yang cukup menggoda imannya tadi. Sayangnya dia harus berlaku gemulai sehingga bisa tidak bisa hasrat itu harus ditahan. Jovanka hanya tersenyum sinis mendengarnya.

"Jangan mencari pembenaran diatas kesalahan, Om," desisnya kesal bersamaan dengan datangnya kembali Adam yang membawa pesanan mereka. Lelaki itu sedikit merasa tidak enak dengan situasi yang terasa agak tegang diantara kedua tamunya itu.

"Silakan, Om Lav," katanya menawarkan dengan sopan. Dia pun segera membalikkan badan untuk kembali ke tempatnya semula. Adam berpikir kalau lebih baik memperhatikan gadis cantik jelita itu dari kejauhan daripada dekat tetapi suasana tidak mendukung. Baru selangkah berjalan, terdengar suara Lavender memanggilnya.

"Dam, kemarilah. Temani kami duduk di sini," ajak Lavender yang seketika itu langsung mendapat pelototan sepasang mata indah di depannya.

"Apa-apa'an sih!" kata Jovanka tanpa mengeluarkan suara. Lavender hanya mengedipkan mata dan tersenyum menanggapi kegugupan Jovita, bukan Jovanka.

Adam segera membalikkan badannya dan tersenyum sumringah. Dengan cepat dia menarik sebuah kursi dan duduk diantara Lavender dan Jovanka yang saling berhadapan itu.

"Om, keponakannya cantik-cantik semua," kata Adam sambil tersenyum memperhatikan Jovanka yang masih sibuk dengan berkas di hadapannya. Dia begitu asyik hingga terkesan tak menganggap Adam ada di sana.

"Tentu saja. Om ini 'kan tampan makanya semua keponakan Om yang perempuan itu cantik-cantik, Dam," sahut Lavender sambil terkekeh.

"Siapanya Jovita, Om?" tanya Adam lagi. Dia sangat penasaran karena ada beberapa sudut pandang yang mengingatkannya pada sosok gadis polos itu. Jovanka terusik saat mendengar pertanyaan itu. Namun dia bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Jovanka ini saudara kembar Jovita," jawab Lavender yang membuat Adam terhenyak kaget.

"Saudara kembar?" tanyanya sambil memindai gadis cantik di depannya yang masih saja berkutat dengan kertas-kertas itu.

"Begitulah," jawab Lavender sambil berdiri.

"Tolong temani dia sebentar. Aku perlu ke toilet dulu," kata Lavender sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Adam.

"Duh, apa-apaan sih Om Lav ini. Ngapain juga aku malah ditinggal sendirian sama Mas Adam," batin Jovanka kesal. Tetapi dia tetap saja memasang tampang jutek dan dingin meskipun Adam terus saja menatapnya.

"Lagi sibuk apa, Jovanka?" tanya Adam perlahan. Canggung juga menyapa gadis yang sepertinya memang tidak ingin disapa itu. Jovanka menghentikan aktivitasnya. Wajahnya diangkat dan memandang Adam yang tengah menatapnya lekat. Lelaki itu terpana dengan pemandangan indah yang ada di depannya.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C6
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login