Baixar aplicativo
88.57% Mr.Punishment / Chapter 31: Girls From The Past

Capítulo 31: Girls From The Past

Emma menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sisa wajah kesalnya masih membekas disana. Napasnya naik turun. Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana Lisa membuatnya kesal di ruang kantor Dave beberapa saat lalu. Jelas-jelas saja sifat Lisa begitu kekanakan.

Emma menatap kembali pantulan dirinya. Tangannya lincah kembali memperbaiki riasannya. Baginya, Lisa hanyalah wanita pelarian. Dave pastilah tidak pernah benar-benar mencintainya, tepatnya dia terpaksa menikahinya.

Di hati Dave hanyalah dirinya seorang, Emma Hayden.

Masih teringat jelas di kepalanya bagiamana Dave menunjukkan perasaannya kepada dirinya dahulu. Emma yang sekarang ada karena Dave-lah alasannya. Jika dimasa kuliah dahulu Emma merasa dirinya kurang pantas berada disisi Dave, saat ini dia merasa sudah seharusnya berada di sisi Dave.

Emma menatap puas ke cermin di hadapannya. Dengan tubuh dan karirnya, Lisa tentu berada jauh di bawahnya. Dia akan mengambil kembali semua yang seharusnya menjadi milikknya.

Emma merogoh ponselnya, mulai menghubungi seseorang. Dia tersenyum misterius. Bagaimanapun itu, dia akan mendapatnya Dave kembali.

Dia akan memulai dari mulai bekerja di sisi Dave, membuatnya selalu berada di dekatnya.

Sementara di tempat lain, di ruang kantor Dave.

Brenda telah selesai menjelaskan keadaan, alasan mengapa Emma berada di perusahaan. Enam bulan kedepan Emma sebagai perwakilan dari perusahaannya akan bekerjasama dengan WJ Group.

Dave tidak bisa berkata banyak ketika Brenda menjelaskan informasi tersebut. Dia tidak bisa hanya menuruti keinginannya yang tidak ingin berada di sekitar Emma, sementara perusahaan akan sangat diuntungkan dengan kerjasama ini.

Terlepas dari masalah pribadi, Claire juga akan sangat marah mengetahui putranya bekerjasama dengan wanita yang sangat tidak dia sukai.

.....

Langkah Lisa terhenti beberapa langkah sebelum pintu utama perusahaan. Tepat di depan sana, sebuah mobil hitam dengan beberapa pengawal yang bersiap menyambut sang pemilik berdiri di sekitarnya. Mobilnya.

Lisa membatalkan langkahnya menuju pintu utama. Dia tidak berniat pulang dengan mobil hitam itu. Satu pertemuan lain tengah menunggunya, dan akan sangat tidak nyaman dengan beberapa pengawal disekitar.

Lisa berpikir sebentar.

Jika dia hendak pergi sendiri tentu saja bukanlah ide yang bagus, walau dia sangat ingin. Bagaimanapun, dia adalah seorang wanita yang telah menikah. Jangan lupakan putra dari keluarga siapa yang telah dia nikahi. Dia tidak ingin membuat Claire dan Daniel salah paham, tentu saja.

Kakinya melangkah keluar pintu utama.

Dia akan bertemu Ron hari ini. Mereka telah membuat janji dari jauh-jauh hari.

Ron Alson adalah pria yang sekarang berstatus sebagai teman pria Lisa. Pertemuan pertama mereka saat acara pernikahan Jessy beberapa bulan yang lalu. Mereka sepakat bertukar kontak dan membuat mereka sering mengobrol melalui pesan.

Bagi Lisa, Ron adalah teman yang menyenangkan. Tanpa banyak drama dan romantisme atau semacamnya yang sangat dia benci. Lisa awalnya berencana bertemu Ron tanpa pengawal agar lebih leluasa bermain. Namun, pertemuan rahasia-rahasia semacam itu akan mengundang lebih banyak kecurigaan dari banyak pihak.

Jadi, Lisa akan bermain secara terang-terangan. Ronbukanlah sesuatu hal yang perlu di sembunyikan.

Lisa memberikan alamat tujuan kepada sopir. Mereka memerlukan waktu sekitar sepuluh menit dari alamat kantor. Mobil mulai bergerak mulus.

Sepuluh menit kemudian.

Lisa menangkap sosok Ron yang tengah melambai dengan antusias dari meja di samping jendela kafe.

Lisa mengambil tempat duduk berhadapan dengan Ron. Cahaya matahari sore menembus kaya, menerangi sebagian sudut kafe yang ramai.

Itu adalah kafe yang menyenangkan. Tidak mewah juga tidak kumuh. Nuansa putih mendominasi suasana. Dengan bunga berwarna-warni menghiasi setiap sudut, serta tumbuhan-tumbuhan hijau di luar kafe yang menyegarkan mata. Poin pentingnya, sepanjang dinding kafe, rak-rak tinggi yang di penuhi buku-buku. Ada buku pengetahuan, majalah fashion, dan novel-novel dalam berbagai genre.

Tidak heran jika suasana kafe selalu ramai. Khalayak muda menjadikan kafe ini sebagai tempat belajar dan bersantai mereka.

Lisa menatap sekitarnya dengan gembira.

Dia meneguhkan hati hingga beberapa detik sebelum memasuki pintu kafe beberapa menit lalu. Banyak orang mungkin akan mengenalinya, melihat wajah dan namanya kerap menjadi topik hangat di berita. Namun, sampai detik ini tidak ada orang-orang yang terlihat mengenalinya. Tidak ada bisikan-bisikan atau kamera-kamera menyebalkan yang bersiap membuatnya merasa tidak nyaman.

Sepertinya Lisa terlalu awas. Dunia tidak berputar hanya mengitari dirinya seorang.

"Kau sepertinya menyukai tempat ini." Ron tertawa kecil.

Lisa mengangguk senang. "Dari mana kau menemukan tempat ini heh?"

Ron kembali tertawa, "Ada banyak kafe dengan suasana seperti ini. Sekarang aku semakin yakin, kau hanya berdiam diri di dalam rumah seharian."

"Oh ya? Kau hanya asal menebak, bagaimana kau terdengar sangat yakin dengan kata-katamu?" Lisa bersedekap.

"Itu mudah. Ada banyak macam penulis dengan berbagai perbedaan mereka juga dalam mendapat inspirasi, dan salah satu macam di antara mereka ialah seorang penulis yang mendapat inspirasi dari internet yang bisa di akses melalui film, lagu atau sejenisnya. Mereka tidak perlu keluar dari rumah, hanya berteman dengan komputer dan tulisan mereka selama berhari-hari." Ron menjelaskan.

Seorang pelayan kafe membawakan pesanan yang telah mereka pesan sebelumnya.

Lisa menatap Ron dengan intens.

"Benar. Nilai seratus untukmu" Lisa berkata dengan semangat, memberi penghargaan kepada temannya itu.

Ron menggeleng-gelengkan kepalanya, tertawa melihat tingkah Lisa.

"Kau ternyata lebih bersemangat daripada saat di pertemuan pertama kita." Ron menyeruput kopinya.

Ron masih mengingat dengan jelas pertemuan pertamanya dengan Lisa di pesta pernikah Jessy dan Dalen. Malam itu sepupunya mengajaknya menghadiri pesta tersebut. Ron awalnya menolak, tidak tertarik sama sekali. Namun setelah di bujuk dengan bayak paksaan dia akhirnya menyetujuinya.

Ron tidak mengenal banyak orang di ruang pesta tersebut. Dia memang mengeal pengantin pria, mereka pernah bertemu beberap kali.

Tidak ada banyak hal yang menarik. Pernikahan berjalan lancar, pesta dansa juga berlansung dengan meriah. Para pria dan wanita berpasng-pasang mulai memasuki arena dansa. Tetapi Ron sedang dalam keadaan tidak tertarik, walaupun ada banyak wanita lajang yang tengah memperhatikannya sejak tadi.

Saat rasa bosannya hampir mencapai puncaknya, sudut mata Ron menangkap sosok Lisa. Seorang wanita yang lebih terlihat seperti gadis kecil diantara wanita-wanita lainnya.

Dengan gaun putih dan sepatu sneaker putihnya membuat penampilannya tampak kasual. Rambut hitam panjangnya hanya dibiarkan tergerai ke punggungnya. Riasan tipis di wajahnya terlihat natural.

Roy tertawa kecil memperhatikan Lisa dari kursinya. Jarak mereka hanya terhalang beberapa orang, namun Ron bisa melihatnya dengan jelas.

Tangan Lisa tampak lincah menumpuk makanan-makanan di piring kecilnya. Sementara kepalanya melihat kesegala arah, memastikan semua orang tengah sibuk berdansa, tidak ada yang memperhatikannya. Pipi bulatnya penuh, mengembung.

Kesan pertama Ron untuk Lisa, gadis lucu.

Namun perspektifnya terhadap Lisa bertambah lagi ketika dia mendekatinya. Cara bicara Lisa yang ketus dan acuh tidak acuh. Kemudian di menit selanjutnya yang lebih mengejutkan, Dave William, penerus WJ Group menunjuk Lisa sebagai gadis miliknya.

Terlepas dari pernikahan mendadak Lisa dan Dave, Ron menjadi teman pria Lisa. Mereka kerap mengobrol dan bertukar kabar melalui pesan. Lisa tetap sama, baik di pesan ataupun di kenyataan, kata-kata yang acuh tak acuh tetap sama.

Ron tersenyum, menatap Lisa yang duduk di hadapannya dengan tatapan hangat.

Sementara di luar sana, seseorang tengah mengamati mereka dari balik lensa kamera. Seseorang yang telah mengamati setiap gerak gerik Lisa sejak dia meninggalkan gedung perusaan tiga puluh menit yang lalu.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C31
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login