Aarun membuka matanya setelah ia kembali mendengar handphonenya yang berdering, ia baru saja tertidur pulas tapi seakan handphonenya itu terus memanggilnya.
Edgard yang tidur di bawa sana hanya bisa mengeluarkan suara keluhannya yang tak karuan tersebut.
Aarun langsung bangun dan melihat siapa yang meneleponnya setengah 3 pagi.
"Hannah?"
Jadi ini adalah permainan gila itu, bukan ibunya yang menjadi target sesuai prediksi Aarun, tapi Hannah. Hatinya mulai gundah, ia berharap semua pikiran buruknya itu tidak benar tapi ia terus merasa buruk.
Ini pasti terjadi, mana mungkin Hannah meneleponnya jam begini gadis itu pasti menjadi target Tuan Roberto, Aarun terlalu terkecoh dengan ancaman Tuan Roberto hari itu bawah ia akan melukai ibunya. Ternyata ia salah besar.
Dengan segera Aarun mengangkat telepon tersebut. Namun matanya yang tadinya agak sedikit mengantuk kini membulatkan matanya setelah ia mendengar suara yang sangat keras setelah telepon itu berhasil terhubung.