"Apa kau pernah bertanya mengapa kau di lahirkan?"
Suara hening itu terpecah setelah Hannah mempertanyakan hal yang dari dulu terus terbesit di otaknya, sejak kecil ia bertanya akan hal itu meski ia tidak pernah menemukan jawaban yang pasti.
Aarun menyandarkan punggungnya di tembok tersebut lalu bola matanya mengarah pada objek cantik yang sedang duduk di sampingnya.
"Ya, cukup sering, kenapa?" tanya Aarun.
Hannah juga menoleh sebentar sebelum mencabut rumput yang tumbuh di sela lantai belakang gedung itu "Kau bersyukur akan hidupmu?" tanya lagi.
Kini mata mereka bertemu kembali, Aarun menggeleng "Tidak, pakai bertanya lagi!" jawabnya singkat yang terdengar sedikit kesal membuat Hannah tertawa pelan.
Tangan gadis itu memukul pelan kaki Aarun "Kau ini!" gumamnya pelan seraya memanyumkan bibirnya.