Pagi hari saat mentari mulai menampakan sinarnya, menembus kaca dan masuk ke dalam, mengusap pipi Wili yang tak terasa tidur di kursi besi di ruang tunggu dua jam yang lalu.
Wili terbangun. Kepalanya terasa pusing dengan durasi tidur yang cukup singkat, hanya 2 jam saja. Namun, perasaannya cukup tenang saat menengok keadaan Jeni di dalam ruang ICU dengan peralatan yang masih menyala, yang artinya berpungsi dengan baik.
"Jen, aku masih di sini. Bangunlah karena aku akan menunggu kamu membuka mata," desis Wili seraya menatap Jeni dari kejauhan. Sepertinya dia cukup menyesal karena telah melukai perasaan Jeni. Keadaan ini seketika pula membuat dendam Wili seolah terkikis, manakala melihat Jeni yang masih koma dan belum sadarkan diri.
Jauh dari lubuk hatinya, Wili merasa takut kehilangan Jeni. Dia bahkan sempat meneteskan air mata saat semalam melihat Jeni bertarung dengan maut.