Ketika aku sedang disuapi air oleh ibu, pintu kamar terbuka dimana aku bisa melihat pria dengan rambut emas kusam dan mata cokelatnya masuk. Dia juga memiliki janggut tebal dan badan yang agak kekar, wajahnya seperti Orang Arab atau Persia.
Wajahnya sangat kaku, tapi ketika matanya melihat ke arahku, awalnya ada rasa khawatir lalu berubah ke rasa lega.
"Syukurlah, terima kasih pada Ahura Mazda." ungkap pria itu dengan rasa syukur, dia adalah ayahku.
Ayah mendekatiku dan ibu, aku entah kenapa bisa merasakan rasa bersalah dari matanya ketika mendekatiku. Lalu aku mendengar ibu bergumam tidak puas, yang sepertinya ditujukan untuk ayahku.
"sudah aku bilang berkali - kali untuk tidak memasang bangsal anti pencuri di sembarang tempat. Masih saja keras kepala. Akhirnya yang kena anakmu sendiri kan?." Gumam ibu yang bisa didengar ayah dan aku.
'serius bung? kamu memasang bangsal anti pencuri tapi tidak menandai anakmu?.' pikirku ngeri ke arah ayahku.
(A/N : aku tidak terlalu paham bangsal magis di Harry Potter, tapi seharusnya memang ada seperti menandai orang tertentu agar bisa masuk atau tidak terkena perangkap. Ini didasarkan pada Bangsal Anti Muggle di rumah - rumah penyihir.)
"Kan aku sudah bilang minta maaf..." Ucap ayahku sambil mendesah.
"Jangan padaku! ke anakmu!." geram ibu sambil memelototi ayahku, aku dapat melihat tubuhnya bergetar sedikit.
'Serius? kamu suami takut istri? dengan tubuh kekarmu itu?!.' Pikirku mengangkat alis tidak percaya.
'tapi masuk akal yang dikatakan ibu....' Tambahku setuju.
Kemudian ayah berjalan lebih dekat, dia berlutut satu kaki karena tinggi badannya. Lalu dia mengelus rambutku.
"Nak, maafkan ayahmu yang teledor ini." ucapnya agak monolog, tapi aku bisa merasakan permintaan maafnya yang tulus.
"Uhm.... aku memaafkanmu ayah, tapi jangan lakukan itu lagi." Aku mengangguk dengan senyum tulus.
"..... Terima kasih, anakku." Ayah terdiam sesaat, lalu dia tersenyum tipis.
Di sisi lain, ibuku tersenyum senang melihat ini. Terutama melihat ayah yang bisa tersenyum, harus aku akui menurut ingatan 7 tahun kehidupan tubuh ini.
Ayah tidak pernah tersenyum bahkan mungkin hanya bisa dihitung jari, terutama dimana aku melihat foto bersama ketika tubuhku ini dilahirkan.
'walaupun mereka bukan orang tua kandungku secara rohani, tetap saja.....setidaknya senang memiliki orang tua.' pikirku dalam - dalam. Dimasa lalu aku hanyalah yatim piatu, dimana aku tidak pernah merasakan kasih sayang keluarga yang sebenarnya.
10 Agustus 1991.
5 hari berlalu sekejap mata, setelah pemulihanku dari koma yang disebabkan Bangsal Anti Pencuri yang Ayah buat. Saat ini aku sedang membaca beberapa buku DADA baik milik ibu dan ayah yang cukup membantu, yah jika itu dibandingkan dengan Hogwart yang nyaris tidak memiliki mata pelajaran DADA yang tetap seolah - olah dikutuk oleh Voldybaldymort.
Ketika aku sedang membaca buku DADA, pintu kamarku dibuka. Aku menoleh dan melihat ibu membawakan camilan berupa kue cookies dan susu hangat.
" Masih membaca buku tentang DADA?." Tanya ibuku dengan halus melihatku masih membaca buku DADA, lalu meletakan camilanku di atas meja.
"Um... masih bu." Jawabku sambil mengangguk, lalu aku mengambil cookies dan memakannya.
"Bu, bisakah kamu mengajariku Legilimency dan Occulmency?." Tanyaku setelah menelan kue tersebut, kemudian aku menegak susu yang ibu buat.
"Legilimency dan Occulmency? Kenapa kamu memintanya sekarang, sayang?." Tanya ibu bingung. Yah, masuk akal. Aku mengingat bahwa pemilik tubuh lama ini tidak terlalu tertarik dengan sihir, walaupun dia tahu bahwa kedua orang tuanya adalah penyihir.
'hmm..... bagaimana menyakinkannya?.' pikirku, dimana pikiranku itu bergerak dengan cepat.
Apa yang aku tidak tahu bahwa sepertinya memicu sesuatu dari penglihatanku, dimana aku melihat sesuatu seperti masa depan yang agak jauh. Mungkin 6 atau 7 tahun ke depan, dimana itu adalah klimaks dari perang penyihir kedua.
Aku melihat bahwa ada Trio Singa Emas seperti di Filmnya, Ordo Pheonix yang menang melawan Pelahap maut dan VoldyBaldymort.
Aku juga melihat diriku sendiri yang mirip dengan Gilgamesh versi Archer dimana itu mengenakan pakaian armor emas, dimana disebelahku ada Fleur, Daphne Greengrass seperti di fandom dan sesosok wanita yang mirip dengan Rin Tohsaka yang aku tonton dari seri Fate dimana dia bisa berubah menjadi dua sosok lain.
Adegan berubah setelah kami semua mengalahkan VoldyBaldymort and The Gang's, kami kemudian menghadapi sesuatu yang tidak pernah kami hadapi sebelumnya dan bahkan lebih merusak dari perang penyihir satu dan dua. Kami, seluruh umat manusia melawan Beast yang tiba - tiba muncul entah dimana. Lalu aku melihat diriku sendiri yang mengaktifkan Gerbang Babylonia dan mengeluarkan Cawan suci dan... Sial! aku memanggil Semua pahlawan dari seri Fate?!.
Lamunanku yang sedang menonton masa depanku buyar, ketika ibu mengguncangku dengan kasar.
"...Mesh!! Gil.... Gilgamesh!!!!." Teriak ibu sambil mengguncangku dengan keras.
"Huh?! Hah? Ya bu?." Aku tersadar dan menanggapi panggilan ibuku.
"Kenapa kamu melamun? Dan apa yang terjadi pada matamu?!." Tanya Ibu khawatir dan terkejut hingga suaranya melengking ketakutan seperti melihat sesuatu.
"Mata?." aku bingung, lalu aku melebarkan mataku. Segera aku berjalan ke cermin, alangkah kagetnya aku ketika mata merah rubyku memiliki pupil celah layaknya reptil.
'Bukankah ini mata Omnipotent Gilgamesh bernama Sha Naqba Imuru?! Aku membangkitannya?.' pikirku panik, terkejut dan senang.
'Tunggu! jadi penglihatan barusan.....' Jika itu adalah Sha Naqba Imuru yang dapat melihat masa depan dan masa lalu baik itu waktu alternatif atau waktu asli. Maka yang aku lihat kemungkinan adalah 70% alternatif, tentu saja itu premisnya bahwa aku tidak bisa membuka GoB dan mengeluarkan Cawan Suci.
"Gil! apa yang terjadi?! bagaimana matamu nak? Jangan membuat ibu takut. Kumohon!." Ibuku mendatangiku dimana dia berlutut dan membalik tubuhku dimana pupil mata normalku sekarang secara permanen berubah menjadi pupil celah.
'apakah aku harus memberitahunya?.' pikirku dengan keras, jika aku mengatakan dengan jujur maka mungkin ibu semakin panik atau bahkan memanggil dokter dari kalangan penyihir. Yang mungkin menganjurkan mencongkel mataku.
"*batuk* ibu, tenanglah sebentar.... umm... bagaimana aku menjelaskannya ya? Ketika aku sedang berpikir keras, tiba - tiba aku mendapat penglihatan seperti masa depan dimana aku melihat diriku yang berusia 16 atau 17 tahun.... melawan 'Siapa Yang Tidak Boleh Disebut' serta gengnya dan kami menang..... Namun setelah kematiannya, ada musuh yang lebih kuat darinya.... aku tidak tahu siapa mereka tapi mereka adalah malapetaka kita.... Manusia." Jelasku, aku melihat mata ibuku yang terbelalak tidak percaya yang sesuai ekspetasiku. Tapi kata - kata berikutnya malah membuatku tercengang balik.
"Ibu percaya padamu.... seperti yang kamu katakannya, masa depan itu bercabang, dan para peramal biasanya hanya melihat dari salah satu cabang itu.... lagipula kami adalah penyihir, adalah hal wajar jika mengetahui bahwa kamu memiliki kemampuan meramal." Ucap ibuku dengan senyum.
'Ibu, jika kamu tahu bahwa penglihatanku adalah penglihatan Sha Naqba Imuru yang dapat melihat berbagai masa depan dalam waktu bersamaan, maka kamu akan kaget bahwa waktunya berbeda tapi kebanyakan sama.' Aku hanya mendesah tak berdaya, dimana aku baru saja menonton sekilas bahwa kebanyakan masa depan yang aku lihat adalah sama seperti penglihatan awalku.
'kemungkinan ini akan menjadi 85% , jika itu terjadi maka itu akan merepotkan.... sepertinya aku harus melatih tubuh dan tumbuh kuat.' Pikirku tak berdaya mengenai penglihatan yang luar biasa kompleks ini.
.....
[POV Géraldine]
Aku membawakan camilan untuk putraku Gilgamesh, aku tidak tahu kenapa dia tiba - tiba tertarik pada sihir. Dia bahkan meminjam beberapa buku milikku dan suamiku Erhazed tentang Occulmency dan Legilimency, oh serta Pertahanan Ilmu Gelap (DADA) yang terutama dari buku suamiku yang pernah bersekolah di Durmstrang.
Aku berjalan menuju kamarnya, lalu aku membuka pintu kamarnya dan melihat bahwa Gilgamesh masih membaca DADA.
"Masih membaca DADA, sayang?." Tanyaku, lalu meletakan sepiring cookies dan susu hangat.
"Um.... masih ibu." Jawab Gilgamesh memandangku sebentar, dia mengangguk dan melanjutkan membaca sambil mengambil cookies yang aku bawa.
Dia lalu memandangku lagi, aku melihat mata rubynya yang entah kenapa membuatku merasa bahwa mata itu bisa melihat kedalaman jiwaku.
"Bu, bisakah kamu mengajariku Legilimency dan Occulmency?." Tanya bayi kecilku, aku mengangkat alisku.
"Legilimency dan Occulmency? Kenapa kamu memintanya sekarang, sayang?." Tanyaku bingung, ini agak terlambat untuk mengajarinya kan? biasanya anak - anak penyihir akan berlatih jika usia mereka memasuki 6 tahun.
Tapi ketika aku baru saja bertanya, aku yang melihat wajahnya terkejut. Ini terutama ketika pupil matanya yang normal tiba - tiba berubah menjadi pupil celah seperti reptil, aku juga melihat wajahnya melamun lama. Aku mulai panik.
"Gilgamesh!!! Gilgamesh!!! Bagun Nak!." aku mencengkram dan mengguncangnya.
Beberapa menit kemudian, Gilgamesh kembali kesadarannya.
"Ah?! Huh? Ya bu?." Gilgamesh linglung sedikit, lalu menyahuti panggilanku.
"Gil! apa yang terjadi?! bagaimana matamu nak? Jangan membuat ibu takut. Kumohon!." Tanyaku khawatir sambil berlutut, aku tidak ingin anak kesayanganku mengalami sesuatu. Aku perlu memanggil dokter, terutama mengecek matanya.
Lalu Gilgamesh sepertinya mencoba mengatakan sesuatu, dia lalu berdeham sejenak.
"*batuk* ibu, tenanglah sebentar.... umm... bagaimana aku menjelaskannya ya? Ketika aku sedang berpikir keras, tiba - tiba aku mendapat penglihatan seperti masa depan dimana aku melihat diriku yang berusia 16 atau 17 tahun.... melawan 'Siapa Yang Tidak Boleh Disebut' serta gengnya dan kami menang..... Namun setelah kematiannya, ada musuh yang lebih kuat darinya.... aku tidak tahu siapa mereka tapi mereka adalah malapetaka kita.... Manusia." Jelas bayi kecilku Gilgamesh kepadaku.
'Jadi dia memiliki kemampuan ramalan?! Ini adalah bakat langka! Sungguh beruntungnya kami.' Pikirku terkejut , takjub dan senang di waktu bersamaan.
Aku tahu siapa yang disebut 'Siapa Yang Tidak Boleh Disebut' , tapi apa musuh lain yang lebih kuat ini? Batinku bergejolak sekarang, aku harus menguatkan batinku.
"Ibu percaya padamu.... seperti yang kamu katakannya, masa depan itu bercabang, dan para peramal biasanya hanya melihat dari salah satu cabang itu.... lagipula kami adalah penyihir, adalah hal wajar jika mengetahui bahwa kamu memiliki kemampuan meramal." Ucapku menenangkan hatiku, aku lihat bahwa putraku sepertinya ingin mengatakan sesuatu lagi tapi tidak jadi. Yah, aku tidak bisa memaksakannya.
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!