Baixar aplicativo
69.23% UnReach / Chapter 18: 18. Kesepian

Capítulo 18: 18. Kesepian

Hari Minggu akhirnya tiba. Seperti biasa aku tak akan pergi kemana pun pada hari Minggu. Lucu sekali, lagi pula aku harus kemana, iya kan?

Mencuci, membersihkan rumah, merawat koleksi buku-bukuku dan membuat kue. Tak ada kegiatan yang menyenangkan dan membuatku melupakan semua masalah selain sibuk dengan adonan wangi nan manis dan oven panas yang mengepul. Meski pada akhirnya, sebuah kejadian dimana Michael akan menciumku terus teringat ketika kata oven dan adonan muncul pada otakku.

Semua cucian bajuku sudah aku jemur di halaman belakang, lantai sudah kubersihkan dan dilap dengan pel setengah basah. Kamarku juga sudah bersih dan wangi. Tak ada lagi yang terbaik selain menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik dan tepat waktu! Sempurna dalam segala hal adalah tuntutan yang ada khusus untukku. Termasuk dalam hal-hal sepele.

Setelah memastikan semua beres. Akhirnya aku bisa menuju dapur untuk membuat kudapan yang bisa mengisi perut dan moodku saat ini. Semua kegiatan itu cukup menguras energi, aku salut dengan para pelayan di rumah orangtuaku. Mereka cekatan dan mengerjakan hal-hal berat sepanjang hari, setiap hari bertahun-tahun. Dan yang paling penting adalah berada dalam tekanan majikan yang perfeksionis. Tak sedikit yang tidak betah dan kabur memang.

Tapi baru saja kakiku melangkah, bel rumahku berbunyi. Perasaan tak nyaman seketika menyergapku. Jangan-jangan itu Michael?!

Sambil mengendap-endap menuju depan, aku berusaha mengintip dari balik jendela untuk mengetahui siapa yang menekan bel pintu. Ternyata pamanku.

Aku menghela nafas lega. Lalu membukakan pintu untuknya. "Ada apa paman?"

"Lho? Bukankah kau ingin aku memperbaiki kran kamar mandimu?" Wajah bertanya milik paman tampak tanpa dosa. Permintaanku yang ia janjikan itu sudah lewat lebih dari seminggu. Dan ia baru datang dengan wajah yang seakan tak ada masalah sama sekali.

Benar kan? pamanku memang tidak bisa di andalkan!

"Kran kamar mandiku sudah diperbaiki oleh temanku, paman. Sudah lamaaaa sekali!" Aku menjawab santai sedikit di bumbui dengan nada sarkas. Tapi pamanku yang mendengar jawabanku itu langsung bersikap waspada. Ekspresi wajahnya tak senang.

"Temanmu? Tobias?!" ia mendelik tajam.

"Bukan," entah ada Masalah apa pamanku ini dengan Tobias, sehingga ia terlihat begitu sangat membencinya.

"Apakah dia laki-laki?" Paman Rhon masih menyelidiki dengan wajah tak senangnya.

"Iya dia laki-laki," aku mengehela nafas, "tenanglah paman dia hanya memperbaiki kran setelah itu pulang. Tak ada apa pun yang terjadi." Meski aku mengatakan hal ini, tapi bayangan tentang kejadian saat kami basah kuyup dan berpelukan di dalam bathtub terputar jelas di otakku.

Ternyata memang tidak mungkin melupakan Michael begitu saja. Hampir seluruh rumah ini menyimpan ingatan tentang si pirang tampan satu itu.

"Aku baru tahu kau punya teman laki-laki selain Tobias! Siapa namanya? kenalkan pada paman." Paman Rhon berjalan melewatiku menuju ke arah dapur.

"Ya, itu pun kalau dia mau bertemu dengan orang sepertimu." aku berdeham. aku kira ucapanku tadi seharusnya memang tak boleh di dengar oleh si penyihir satu ini. Entahlah, tadi itu aku hanya kelepasan.

Benarkan, ia menoleh cepat ke arahku, "Aku harus mengetahui siapa saja orang yang dekat denganmu. Demi kebaikanmu sendiri, Maria. Kakakku mempercayakan putri semata wayangnya padaku, apa kau tahu bagaimana beratnya tanggung jawab sebesar itu?"

Tanpa sadar aku menghela nafas, putus asa melihat pamanku lagi-lagi membahas hal ini. Aku bahkan sampai hafal kelanjutan dari kalimatnya setelah ini.

"Aku harus menjaga keponakan perempuanku, sedangkan aku adalah orang brengsek yang suka bermain-main dengan wanita. Kau tahu bagaimana rasanya? Kakakku yaitu ayahmu, sepertinya memang menjadikan kau sebagai bahan untukku menyesali diri." Wajah putus asanya benar-benar menular padaku. Meski dalam hati aku mengikuti setiap kata yang ia ucapkan barusan, aku cukup sedih melihat keadaannya.

Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu paman Rhon, tapi ini mungkin berhubungan dengan tabiat mendiang kakekku dahulu. Keluarga kaya raya itu, tidak sebahagia yang terlihat dari luar dan dari foto-foto yang terpajang di dalam bingkai besar di ruang tengah rumah megah itu.

Ada banyak hal buruk yang terbungkus rapih di dalam kemewahan. Kecacatan, kebusukan, perselingkuhan, pertengkaran.. Begitu banyak. Namun tak ada yang berhasil aku ketahui, bahkan dari anggota keluarga yang paling jujur sekali pun. Pamanku.

Sejujurnya, sudah ratusan kali aku mencoba menyadarkan paman dari kecanduannya terhadap wanita-wanita menawan. Ada kalanya ia berhenti, mengatakan padaku bahwa ia ingin merasakan cinta yang tulus. Tapi itu tak berlangsung lama, hanya selang sehari paman Rhon akan membawa wanita berbeda tiap minggunya ke kediamannya.

Saat aku tanyakan siapa mereka, paman Rhon hanya akan menjawab singkat "pelacur". Tanpa sedikit pun perasaan tak nyaman saat menyebutkannya.

Aku bisa merasakan rasa kesepian dari Paman Rhon, tapi ia seakan tak ingin ada yang datang dan menolongnya. Mungkin wanita adalah caranya menguatkan diri.

***

Pukul 4 sore. Aku berada di super market sekarang, membeli berbagai bahan-bahan keperluan yang aku butuhkan. Ini kegiatanku sebulan sekali, saat ibuku sudah mengirimi aku uang maka yang aku lakukan adalah membeli keperluanku sehari-hari sebelum itu habis dan aku kerepotan.

Saat tinggal di rumah ayah dan ibuku semua keperluan sudah tersedia, tidak ada yang harus aku lakukan, saat aku lapar makanan sudah langsung tersedia di meja makan, saat aku ingin pergi, seorang supir dengan sigap akan mengantarkan. Aku adalah nona muda yang beruntung. Tapi, berada disini jauh dari kemewahan dan kemudahan yang ibu dan ayahku sediakan membuatku merasa jauh lebih hidup.

Kehidupanku di rumah ini, sudah berjalan hampir dua tahun. Sesekali saat liburan sekolah aku kembali Ke kediaman keluargaku. Aku yang harus selalu datang ke sana saat ada kesempatan. Dan baru sekarang aku menyadari.. Ibuku hampir tak pernah menjengukku selama setahun terakhir. saat aku menghubungi untuk menanyakan alasannya, ia hanya berkata "Mama sibuk sayang."

Apakah dia lupa jika dia memiliki seorang anak? Yang ingin ia urus hanya bisnis dan perkumpulannya. Ah ya.. aku sudah terlalu mandiri sekarang.

Aku tersenyum simpul saat tanganku meraih satu bungkus besar detergen bubuk.

Bukankah ini yang aku inginkan? Berada jauh dari orangtuaku yang suka menuntut, lalu menjadi gadis mandiri yang bisa melakukan apa pun tanpa bantuan?

Semua sudah dikabulkan.. lalu apa yang membuatku tak puas?!

Setelah Michael datang dan sering berkunjung ke rumahku. Mendengar cerita-ceritanya, terkadang mendengar senandungnya yang pelan, adanya keberadaan seseorang seperti Michael di sekitarku.. akhirnya membuatku menyadarinya, bahwa sebenarnya selama ini aku kesepian. Aku membutuhkan sebuah pelampiasan untuk melupakan kenyataan bahwa aku sendirian. Tidak punya dukungan.

Tak ubahnya paman Rhon. . .

***


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login