Baixar aplicativo
22.85% Lead The Way (Terdepan) / Chapter 16: Chapter 16 Lead The Way

Capítulo 16: Chapter 16 Lead The Way

"Apa aku coba dulu...." dia masih terdiam di tempatnya lalu mulai mencoba meretas keamanan sandi komputer. Dan akhirnya menemukan sebuah informasi beserta video pendek yang tertera. Karena penasaran, ia melihat isi dari rekaman itu.

"(Oh, ternyata mudah...)" dia tersenyum sombong sendiri.

Di dalam rekaman itu, Prof Zone sedang merekam dirinya dengan panik. "Halo, aku Prof Zone siapa pun yang menemukan video ini aku mohon akses lah komputer dengan sandi 'nama belakangku' (Di sana ada sebuah benda rahasia yang akan dijelaskan oleh video.) sandi 'nama belakangku'" kata rekaman Prof Zone, lalu di akhir video ia terlihat oleh sekelompok orang tak dikenal dan video pun berakhir.

Line merasa agak terdiam setelah melihat video tadi, lalu ia beranjak dan melihat kembali mayat Prof Zone. "(Dia tidak memiliki bekas gigitan makhluk itu. Jadi dia dibunuh oleh orang tak dikenal.) Aku tidak tahu nama belakangmu, beritahu aku sesuatu lah, Profesor Zone," Line menatap dengan wajah dinginnya. Lalu ia teringat sesuatu.

"Hm, coba kupikir-pikir, dia mengatakannya saat keadaan darurat jadi dia bakal sebutin sandinya yang sebenarnya. Dia bilang sandinya adalah 'nama belakangku'" ia terdiam berpikir. Tiba-tiba muncul ide yang membuatnya senang, ia kembali duduk di komputer lalu mengakses dengan sandi kata 'nama belakangku' yang dikatakan Profesor Zone. Dan rupanya sandi itu berhasil diakses, Line bisa menemukan video tersembunyi itu.

"(Sudah kuduga... Itu hanyalah kata sandi yang dipahami orang jenius sepertiku. Dalam keadaan darurat seperti itu pastinya dia langsung mengatakan sandinya, jadi sandinya adalah kata 'nama belakangku')"

Video tersebut berisikan Profesor Zone memegang sebuah suntikan serum. Kali ini dia berekspresi biasa. "Halo, aku Profesor Zone, aku sudah bisa melihat apa yang akan terjadi pada dunia yang hancur ini ke depannya. Semua makhluk itu akan menghabiskan semua daging manusia dan bermutasi dengan bisa dihitung selama satu minggu. Misalnya satu minggu berlalu maka mereka akan muncul sebuah regenerasi yang akan membuat tubuh mereka kuat. Karena itulah aku menciptakan serum 2000-v. Serum ini bukan satu-satunya karena masih ada banyak serum yang harus digabungkan dengan serum ini.

Masih ada 10 serum lagi yang harus dikumpulkan dan juga 5 pecahan meteor berukuran batu kecil. Ke-15 komponen ini akan digabung dan menjadi sebuah obat, Saat digabungkan harus dengan panduan khusus. Terima kasih... Semoga dunia ini tak jadi hancur begitu saja dan tetaplah jadi yang terdepan untuk sebuah serangan." Video pun berakhir.

Line terdiam berpikir lagi dan membaca informasi video tersebut yang bertuliskan "Laci komputer"

". . . ?" Line bingung lalu membuka laci komputer. Di sana ada sebuah koper yang sangat kecil khusus untuk peralatan medis. Ia membukanya dan terlihat asap pembersih muncul dan memperlihatkan sebuah serum berwarna biru yang sudah ada pada suntikan.

"(Serum ini bukanlah yang satu-satunya. Aku mungkin harus menemukan beberapa serum lagi untuk menggabungkan semuanya. Tapi di mana???)" Line menutup kembali koper itu dan memasukannya ke dalam tas kecil yang akan ia bawa nantinya. Lalu sesuatu muncul di pikirannya.

"Ah, aku baru ingat bahwa kota ini memiliki laboratorium besar," kata Line sambil tersenyum kecil. Lalu ia segera berlari dari tempat dan menerobos jendela apartemen yang tinggi itu.

Dia memang suka memotong jalan dengan melompat dari lantai atas dan kali ini, pendaratannya benar-benar sempurna.

---

Roland menemukan sebuah supermarket yang berantakan. Ia mematikan motornya dan turun melihat ke dalam. Ia menemukan sebuah kain perban putih. Ia mengambilnya dan mengamati dengan melepas helm yang ia pakai.

"Ini... Persis darah milik Uminoke, darah ini masih segar, apa dia ada di sekitar sini?" Roland melihat sekitar dan mengira Uminoke ada di dekat sana. Dia bahkan bisa ingat bagaimana darah Uminoke.

Roland berjalan cepat mencari di setiap sudut berharap Uminoke ada di dekat sana, tapi tidak ada siapa pun termasuk Uminoke. Karena kecewa, ia kembali menaiki kendaraannya dan berjalan pergi.

---

Di sisi lain, Uminoke ada di sebuah ranjang tempat tidur. Ia terbangun dengan bingung, ia melihat kakinya yang sama sekali tidak terperban. "(Apa yang terjadi, di mana aku, kakiku... Tidak sakit lagi,)" Uminoke mencoba berdiri dan keluar dari kamar itu. Dilihat dari tampilan, sepertinya dia sedang berada di sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Ia berjalan entah ke mana dan menuju dapur.

Uminoke sekilas melihat seorang lelaki sedang memasak membelakanginya dari jauh.

"Hah..." Uminoke terkejut dan langsung menutup mulutnya menghindari penglihatan lelaki itu. Tapi lelaki itu mendengar suaranya dan berjalan perlahan ke lorong tempat Uminoke menahan diri untuk mengeluarkan suara. Uminoke yang panik mengambil tongkat besi yang ada di depannya.

Saat lelaki itu melihatnya, Uminoke segera menodongkan tongkat itu dengan kedua tangannya.

"Jangan coba-coba menyentuhku, di mana aku sekarang, katakan padaku!!" Uminoke mengancamnya dengan amatir.

Lelaki itu hanya tersenyum kecil dan mengulurkan jabatan tangan. "Aku Labis, aku menemukanmu pingsan di depan supermarket jadi aku membawamu kemari," dia tersenyum tulus. Uminoke yang melihat senyuman tulusnya itu menjadi luluh dan menurunkan tongkatnya.

"...Ehm aku Uminoke, terima kasih telah menyelamatkanku, aku terpisah dengan teman-temanku saat terjadi ledakan bom itu."

"Bom? Apa yang meledak besar itu dan membuat kabut yang sangat tebal itu?" Lelaki yang bernama Labis itu menunjuk jendela pojok lorong. Uminoke menoleh dan terkejut, ia mendekat perlahan ke jendela itu dari luar terlihat kabut yang tebal dan semakin tebal.

"Line..." ia menjadi khawatir pada Line. Labis mendekat dan mendengar itu. "...Uminoke, apa yang baru saja kamu katakan?"

"Hng... Tidak, aku hanya khawatir pada teman-temanku," Uminoke membalas.

"Jangan khawatir, kabut ini belum tentu membuat mereka terluka."

"Ya, kau benar, ah anu... Mas Labis, kenapa kakiku baik-baik saja, sebelumnya kamu melihatku punya luka kan?"

"Ah, soal itu, sebenarnya aku ini adalah ilmuwan obat, aku sudah lama menciptakan obat penyembuhan, dan hasilnya dipakai olehmu. Obat yang aku oleskan adalah obat yang dapat menyembuhkan bagian dalam dan bekas luka."

"Waw, hebat terima kasih Mas Labis, aku benar-benar bersyukur," Uminoke menundukkan badan.

"Tidak masalah, apa kau lapar, aku baru saja memasak untuk kita makan bersama."

"Ya, terima kasih," Uminoke mengangguk, lalu mereka makan bersama.

---

Sementara itu, Line menemukan sebuah batu bercahaya merah di jalan. Ia mendekat dan mengamatinya. Lalu menjadi terkejut. "(Ini batu meteor yang dipakai raksasa itu,)" ia mengambil sebuah sapu tangan dan mengambil batu itu dengan sapu tangan tersebut lalu menyimpannya. Dia menggunakan lapisan untuk memegang meteor itu karena itu bukan batu meteor biasa. Jika sembarangan menyentuh maka akan menyebabkan sesuatu yang sama seperti zombie raksasa kemarin.

"(Ini baru pecahan pertama, pecahan yang lainnya jika terkena beberapa zombie di sini, mereka akan mengalami regenerasi berlebihan dan akan membuat semakin ganas, sepertinya aku harus mengumpulkannya,)" ia melihat sekitar di antara banyak kabut.

Tapi tak lama kemudian, ia mendengar rintihan minta tolong, Line melihat sekitar dengan waspada lalu menemukan jalannya suara itu, suara itu berasal dari dalam sebuah rumah kecil. Ia mendobrak dengan keras menggunakan kakinya. Lalu terkejut melihat seorang wanita paruh baya tergeletak lemas di depan pintu itu.

"Apa, kau baik-baik saja?" Line mendekat menatap wajahnya.

"To, tolong bawa ini," wanita itu memberikan sebuah tas yang tidak terlalu besar.

"Aku adalah utusan salah satu dokter untuk melindungi benda itu, tapi kakiku tergigit, aku mohon bawa benda itu ke laboratorium kota," kata wanita itu. Line membuka tas itu dan melihat serum yang sama dengan yang dia bawa sekarang ini. Ia menjadi terdiam lalu kembali mematap ke wanita itu. "Apakah ini serum yang harus digabungkan?"

"I....Iya."

Lalu Line menutup mata sambil mengangguk dan berdiri, lalu mengeluarkan pistol tembakan menodongkannya ke kepala wanita terbaring lemas itu.

"Terima kasih, pergilah dengan tenang," kata Line, yang dilihat wanita itu adalah wajah Line yang penuh dengan haus darah yang kejam, padahal wanita itu tidak memintanya untuk membunuhnya, tapi Line telah membunuhnya. Lalu ia berjalan keluar dan kembali melanjutkan jalannya.

"(Serum itu berjumlah 10 serum, aku harus mengumpulkannya secepat mungkin, tapi...)" ia berhenti dan menatap langit. "Ada seseorang yang harus aku jemput dulu."

Roland berhenti dan turun dari motornya lagi, tiba-tiba ada zombie yang akan menggigitnya dari belakang, namun seseorang menyelamatkannya dengan memukul zombie itu dari belakang.

"Hiyaaaa," suaranya wanita, dan wanita itu akan memukul Roland.

"Hei, hei, aku manusia," Roland menahannya sambil menghindar. Tapi ia terdiam saat melihat wajah wanita itu yang ternyata adalah Imea. "Mas... Ro, Roland?!" Imea terkejut dan menjatuhkan tongkatnya. Ia langsung memeluk Roland yang masih belum percaya. "Mas Roland, aku sangat takut."

"Imea, aku senang bertemu denganmu... (Sudah kuduga... Aku bisa melihat dia dengan berani memukul... Bahkan ini yang kedua kalinya dia memukul zombie hanya untukku,)" Roland menatap.

"Ya, aku juga senang, tapi aku berpisah dengan Mbak Uminoke."

"Jangan khawatir, aku sedang mencarinya juga. Apa kau melihat Line juga?"

"Maafkan aku, tapi aku tidak melihatnya."

"Dia seharusnya juga mencari kita, tapi mungkin dia lebih memilih mencari Uminoke, aku juga ingin mencari Uminoke dulu sebenarnya."

"Kenapa mencari Mbak Uminoke?"

"Seseorang yang memberiku tempat tinggal memiliki istri yang sebentar lagi lahir."

"Mas Roland, aku ingin bertemu mereka."

"Ya, naiklah," kata Roland sambil menaiki motornya. Imea menaiki motor di belakang Roland. Ia hanya memegang baju Roland dengan tangannya dari belakang. Roland menjadi bingung, dia tidak memeluknya.

"Imea, kau harus lebih dekat lagi."

"Eh, apa...?!" Imea terkejut.

"Untuk keselamatanmu, peganglah erat-erat," kata Roland. Meskipun agak malu, Imea memeluk punggung Roland dan menjadi sangat dekat. Roland menjadi tersenyum lalu menjalankan motornya pergi menuju rumah Tuan Rudi.

Beberapa menit mereka meninggalkan tempat, rupanya Line berjalan ke jalan yang mereka berhenti tadi. Ia berhenti dan melihat bekas ban motor yang baru saja berangkat di jalan. "Motor, kenapa aku tidak mendengar suaranya dan sepertinya... Mungkin karena kabut tebal ini, aku juga terlambat untuk meminta bantuan orang yang naik motor ini. Pastinya belum jauh juga," kata Line lalu ia berjalan lurus berharap motor yang dikendarai Imea dan Roland belum jauh.

Tapi rupanya dia salah jalur. Ia sekarang ada di sebuah pertigaan, harus memilih kiri atau kanan.

". . . Jejak kaki motor tadi sudah hilang, aku harus ke mana, kabut ini juga semakin tebal menghalangi indra penglihatanku," ia melihat sekitar dan bingung sendiri, alhasil dia mengambil jalur kanan tapi rupanya Roland dan Imea melewati jalur kiri.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C16
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login