Baixar aplicativo
66.66% ANEISHA VS GAVRIEL / Chapter 12: Terlambat Pulang

Capítulo 12: Terlambat Pulang

"Neish," panggil Gavriel kembali untuk membangunkan Aneisha dari lamunannya.

"Apa sih? Udah ah gua mau pulang."

"Yaudah ayo pulang. Lu bawa tuh semuanya."

Karena merasa kesal, Gavriel memberikan semua yang dia bawa kepada Aneisha begitu saja. Sampai-sampai Aneisha kesulitan untuk membawanya sendirian.

"Dasar cowok ga tahu diri. Masa gua di suruh bawa semua ini sendirian ga mau bantu gua. Gua kan cewek," gumam Aneisha.

Namun walaupun begitu Aneisha tetap berusaha membawanya dengan sedikit kesulitan.

"Lu ga mau bantuin bawa semua ini apa? Lu tega sama gua yang harus bawa semua ini sendirian?" protes Aneisha.

"Lu ga mau semua itu kan? Kalau ga mau ditinggal aja juga ga apa-apa. Ayo naik, gua antar lu ke rumah sekarang."

"Ngeselin banget sih ini orang. Awas aja lu nanti gua balas," batin Aneisha.

"Iya, iya."

Dengan susah payahnya Aneisha naik ke atas sepeda motor Gavriel. Gavriel yang melihat Anisha kesulitan hanya bisa tersenyum tipis supaya Aneisha tidak melihat dirinya tersenyum.

"Anisha lucu banget. Gua yakin dia itu sebenarnya mau itu semua. Tapi karena gengsi dia yang besar aja makanya dia seperti itu sikapnya ke gua," ucap Gavriel di dalam hatinya.

"Udah siap?" tanya Gavriel.

"Iya."

Gavriel langsung menancapkan gas sepeda motornya. Aneisha yang terkejut dengan perbuatannya tiba-tiba saja langsung memeluknya dari belakang sambil kesulitan untuk membawa semua barang dari Gavriel.

Gavriel melihat tingkah Aneisha dari balik kaca spion nya. Terlihat sangat menggemaskan. Namun Gavriel hanya bisa tersenyum. Sedangkan Aneisha sudah berubah menjadi reog.

"Bisa ga sih lu kalau bawa motor itu hati-hati. Kalau gua jatuh gimana?"

"Makanya pegangan."

Gavriel justru sengaja menambah kecepatan sepeda motornya. Mau tidak mau Aneisha pun berpegangan erat dengan tubuh Gavriel. Hingga akhirnya mereka berdua tiba di depan rumah Aneisha.

******

"Baru pulang, Den," sapa Bi Siem kepada Felix yang barus aja tiba di rumah. Jangan ditanya kenapa dia pulang ke rumah terlambat. Sudah pasti karena Felix mengantarkan kekasihnya dahulu ke rumahnya.

"Iya, Bi. Aneisha mana? Udah tidur dia?"

"Non Aneisha belum pulang, Den."

"Apa? Belum pulang dari tadi?"

"Iya, Den."

"Aduhh, kemana anak itu."

Felix yang merupakan seorang kakak pasti mempunyai naluri kepada sang adik. Rasa khawatirnya sama dengan rasa khawatir seorang Ayah kepada anak perempuannya. Apalagi adik semata wayangnya ini adalah seorang perempuan. Felix langsung mengambil handphone dari saku jaketnya dan kemudian menelpon Aneisha. Belum sampai menunggu teleponnya diangkat, Aneisha tiba di rumah bersama dengan Gavriel dan barang belanjaannya.

"Aneisha. Dari mana aja kamu?" tanya kak Felix tanpa basa basi.

Aneisha yang kesulitan membawa barang beawaannya tidak langsung menjawab pertanyaan dari Felix begitu saja. Dia lebih memilih untuk turun terlebih dahulu dari atas sepeda motor Gavriel. Karena Aneisha juga sudah ingin turun dari sana sedari tadi.

"Kakak tanya aja sama dia," jawab Aneisha dengan kesalnya dan kemudian langsung masuk ke dalam rumah. Felix pun kebingungan.

Felix melihat kepergian Aneisha. Kemudian Felix melirik ke arah Gavriel. Orang yang sudah membawa Aneisha hingga pulang larut malam seperti ini.

"Sorry, kak. Gua cuma ajak Aneisha ke pasar malam doang tadi. Cuma main sama jajan aja. Ini, banyak banget jajanan dia," jelas Gavriel.

"Sebenarnya gua ga masalah kalau lu mau ajak adik gua main ke luar. Tapi lain kali harus izin dulu ya sama gua. Supaya gua ga khawatir mikirin dia."

"Oke, kak. Pasti."

"Ini semua makanan dan jajan punya Anisha kan?"

"Iya, kak."

"Yaudah kalau gitu gua bawa masuk ke dalam ya."

"I... Iya kak, bawa aja."

"Oke. Thanks you ya."

"Iya, sama-sama kak."

"Yaudah gua masuk ya."

"Iya kak, gua juga mau pulang."

"Oke. Hati-hati lu."

"Iya, kak."

Kak Felix yang tidak pernah tahan ketika ada makanan, rasanya ingin di bawa dan di lahap begitu saja, Felix pun langsung membawa masuk semua jajanan yang sudah diberikan oleh Gavriel kepada Aneisha. Padahal jelas-jelas Aneisha sudah menolak pemberian darinya. Gavriel yang melihat tingkah Felix pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Aneh. Adik sama kakak sama aja," ucap Gavriel di dalam hatinya.

Setelah itu Gavriel melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini Gavriel akan pulang ke rumahnya sendiri.

Di dalam rumah.

"Kak Felix, kakak kenapa bawa itu semua ke dalam sih?" teriak Aneisha ketika melihat Felix membawa semua makanan dari Gavriel.

"Ini katanya Gavriel punya lu."

"Engga, bukan. Gua tuh sengaja ga mau bawa ke dalam karena gua ga mau. Itu semua dari Gavriel. Malah di bawa sama kakak."

"Kenapa ga mau? Ini semua makanan enak loh. Barangnya juga lucu-lucu. Lumayan kan buat kita makan."

"Ah terserah kakak deh."

Aneisha marah kembali. Kali ini dia marah dengan kak Felix karena Aneisha merasa jika kak Felix tidak mengerti perasaannya saat ini. Aneisha langsung pergi ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan sedikit lebih kuat daripada biasanya.

"Dih aneh banget. Itu anak kenapa sih? Bi, ini makan aja, Bi. Jangan sungkan," ucap kak Felix menawarkan Bi Siem.

"Iya, Den. Makasih."

Akhirnya semua makanan yang diberikan dari Gavriel untuk Aneisha di nikmati oleh Felix dan Bi Siem. Hingga tidak ada yang tersisa. Sedangkan Aneisha tidak merasakannya sedikit pun.

*****

Di dalam kamar Aneisha.

"Kak Felix ngeselin banget sih. Kenapa diambil sih semua makanan dari Gavriel. Nanti kalau dia mikirnya kak Felix setuju sama hubungan gua dan dia gimana?" ucap Aneisha sendirian.

Aneisha terdiam sejenak. Dia membayangkan kembali apa yang sudah Gavriel lakukan untuknya. Memberikan semua makanan enak kepadanya, mengajaknya bermain bersama, kejutan kecil yang tidak pernah Aneisha dapatkan dari laki-laki lain sebelumnya. Membuatnya tiba-tiba tersenyum sendiri.

"Tapi kalau di pikir-pikir Gavriel sweet juga ya orangnya. Sayangnya dia itu lebih banyak bikin orang kesal. Dan dia juga preman di sekolah. Ih, kenapa gua jadi mikirin Gavriel sih. Ga benar. Otak gua udah ga benar."

Aneisha memukul kepalanya dengan bantal secara perlahan. Kemudian Aneisha beranjak dari atas kasurnya untuk bersih-bersih. Karena sedari tadi pagi Aneisha belum mandi lagi. Ketika Aneisha hendak beranjak ke dalam kamar mandi, tiba-tiba saja handphone miliknya yang masih berada di dalam tas sekolah berdering. Aneisha langsung bergegas untuk mengambil handphone miliknya sambil merasa kesal.

"Siapa sih yang telepon malam-malam gini, ah elah."

Ternyata yang meneleponnya malam ini adalah Mamah nya sendiri.

"Mamah? Ya ampun aku kangen banget sama Mamah sama Ayah."

Langsung saja Aneisha mengangkat telepon itu setelah tahu jika yang meneleponnya adalah Mamah kandungnya sendiri. Orang yang sudah beberapa hari ini tidak bertemu dengannya.

-TBC-


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login