Baixar aplicativo
47.05% Pelangi Putih Abu - Abu / Chapter 8: Mengusir

Capítulo 8: Mengusir

"Aksara!" Teriakan Amanda menggema di kantin. Airin yang jatuh karena di dorong Aksara hanya diam di tempat dengan posisi terduduk di lantai kantin.

Dika yang melihat kejadian itu langsung berlari untuk melihat kondisi sepupunya.

"Aksa, ayo aku bantu berdiri." Dika langsung memapah Aksara dan membawanya langsung ke parkiran bersama Aldo dan Alfaro.

"Airin, LO ga apa – apa?" Tanya Maria namun Airin hanya diam dan tiba – tiba saja Airin bangkit mengejar Dika dan teman – temannya yang membawa Aksara.

"Aksa!" teriak Airin namun mobil yang membawa Aksara telah keluar dari gerbang sekolah menuju ke sebuah rumah sakit milik keluarga.

Amanda Cs jalan mendekati Airin yang masih berdiri terpaku di tempat. 

"Semua gara – gara Lo, jadi Aksa yang kena. Awas aja kalau sampai Aksa kenapa – kenapa!" Ucap Amanda Cs dan pergi begitu saja meninggalkan Airin yang entah mendengarkan ucapan Amanda atau tidak karena pikirannya terpusat pada kondisi Aksara saat ini.

"Ai.." Maria menepuk pundak sahabatnya, seketika Airin menoleh pada Maria.

"Kita susul mereka, gue bawa mobil kok." Ucap Maria yang langsung di angguki oleh Airin.

"Ijinnya gimana?" Tanya Airin menghentikan langkah Maria.

"Itu urusan gue." Jawab Maria lalu kembali menarik tangan Airin.

Keduanya berlari kecil masuk kembali ke kelas mengambil tas mereka sekalian Maria menghubungi seseorang untuk mengatur ijin pulang mereka.

Sementara di dalam mobil Aksara masih tetap diam, tak ada suara keluahan ataupun rintihan rasa sakit yang keluar dari mulutnya.

"Copot baju Lo," perintah Dika lalu Aksara perlahan membuka baju seragam yang kotor terkena tumpahan bakso dari tangan Amanda.

"Gila juga si Amanda." Kata Aldo sambil tangannya meraih baju ganti yang ada di belakang mobil Aksa.

"Salah Aksa sendiri, coba kalau dia ga ngalangin tuh bakso tumpah ga ke badan dia tapi ke Airin." Timpal Alfaro yang sibuk dengan kemudi.

"Udah deh, jangan saling nyalahin yang penting cepet sampai ke rumah sakit, takutnya badan Aksa melepuh kena tumpahan air panas." Kata Dika menengahi.

"Perasaan tadi Lo pergi duluan kenapa tiba – tiba Lo ada di kantin lagi?" Tanya Aldo pada Aksa yang hanya menatap Aldo. 

"Gue dari toilet." Sahut Aksara dengan cuek.

Aksa teringat percakapan yang tak sengaja Ia dengar antara Amanda dan kedua teman dekatnya yaitu Anastasya dan Rachel.

"Gue yakin kuah bakso ini cukup panas kan? Gimana ya kalo kuah ini tiba – tiba tumpah di badannya Airin?" Ujar Rachel.

Amanda dan Anastasya tersenyum lalu mengangguk. "Ternyata ini ide Lo." Ucap Anastasya.

"Ya, kita lihat saja, apa kali ini Airin akan tetap bertahan di sekolah ini? Dia itu hanya anak sopir." Ucap Rachel.

"Ha? Sopir? Dari mana Lo tahu?" Tanya Amanda.

"Tempo hari gue lihat ayahnya datang kemari mengantarkan berkas, dan di dalam mobil itu ada ayah Aksa. Dan di situ gue tahu jika Airin hanya anak seorang sopir." Terang Rachel.

"Haduh sekolah elit kita ini benar – benar tercemar ya, setahuku yang sekolah disini anak orang kaya semua Lho, dan sekarang ada anak sopir? Ya Ampun..." Anastasya begidik seolah jijik mendengar Airin yang hanya anak sopir.

"Udah Ayo, tuh anaknya dah mau pergi lho." Ucap Amanda lalu ketiganya melihat Airin yang hendak ke kasir.

Aksara yang baru saja melakukan pembayaran ttagihan makan Airin dan kawan – kawannya mengurungkan niatnya untuk ke toilet dan menunggu apa yang akan di lakukan Amanda Cs, demi apapun Ia tak akan rela jika sesuatu terjadi pada Airin.

Aksara menarik nafaspanjang setelah mengingat apa yang tadi terjadi hingga tubuhnya tersiram kuah panas bakso.

"Udah sampai kita." Ucap Alfaro lalu menghentikan  mobilnya tepat di ddepan lobby rumah sakit. Terlihat dokter dan suster telah menunggu kedatangan Aksara Cs, karena sebelumnya Dika telah menghubungi pihak rumah sakit.

"Ayo Aksa." Dika kembali memapah sahabatnya untuk bisa tidur terlentang di brangkar yang di sediakan perawat di samping mobil.

"Mas Aksa kenapa?" Tanya Salah seorang dokter jaga.

"Tersiram kuah bakso, dok." Jawab Dika lalu sang dokter mengangguk dan segera mendorong brankar menuju ke IGD.

Hampir setengah jam tim dokter menangani Aksara kemudian membawa Aksara ke ruang perawatan, sebenarnya bisa saja langsung pulang namun sang ayah yang menghubungi pihak rumah sakit supaya Aksara di rawat lebih intensif di rumah sakit saja.

Kini Aksara berada di ruang perawatan di temani oleh kedua sahabat dan sepupunya.

"Untung aja, Lo pakai dobelan kaos coba kalau enggak melepuh semua tuh badan Lo." Ucap Aldo.

"Ini minum dulu." Dika menyodorkan sebotol air mineral pada sepupunya itu.

"Makasih." Ucap Aksara pada Dika.

"Gila emang bokap lo, luka kayak gini aja suruh nginep di rumah sakit..." Alfaro mengelengkan kepalanya.

"Alah tadi siapa yang panik lihat Aksa tersiram kuah bakso."Aldo mencibir pada Alfaro.

Memang mereka sudah bersahabat dari kecil pantas saja jika apapun yang terjadi pada salah satu dari mereka, akan menjadi sesuatu yang serius untuk ketiganya.

"Berisik banget kalian." Tegur Aksara.

Tak lama kemudian pintu ruangan di ketuk dari luar mereka mengira jika itu adalah ayah dari Aksara namuan tebakan mereka semua salah.

Airin berdiri di pintu ruangan melihat ke dalam ruangan yang berisi empat cowok tampan, lalu pandangannya tertuju pada Aksara yang juga menatap nya namun saat pandangan mereka bertemu Aksara segera mengalihkan pandangannya.

"Boleh kita masuk?" Tanya Maria yang tiba – tiba datang dari sampingnya Airin.

Dika mengangguk lalu keduanya segera masuk ke dalam ruang rawat Aksara.

Maria melangkah mendekati Dika, lalu menatap pada Airin yang melangkah mendekati Aksara.

"Aksa.. aku.." 

"Ngapain Lo kesini? Ini semua gara – gara Lo, pergi Lo, gue ga mau deket sama elo." Airin terkejut mendengar ucapan dari Aksara. Bahkan kata – katanya belu  selesai ia ucapkan.

"Pergi!" Aksara kembali mengusir Airin.

Maria dan ketiga teman Aksara pun di buat terkejut dengan sikap Aksara, apa lagi Dika yang tak pernah melihat Aksara bersikap kasar apa lagi pada perempuan.

"Aksa!" Dika hendak melerai namun Aksara mengalihakan pandagannya ke tempat lain dan tak menatap pada Dika kembali.

Dika dan kedua sahabatnya saling pandang, segitu bencinya kah Aksara pada Airin?

Sedangkan Airin masih terpaku di tempat karena terlalu terkejut, sampai Aksara kembali menatapnya.

"Kenapa masih disini, ga denger barusan gue usir Lo." Teriak Aksara pada Airin.

Airin langsung berlari keluar ruangan di ikuti Maria yang bingung dengan situasi yang terjadi. Setahu dirinya ini bukanlah kesalahan Airin lalu mengapa Aksara menyalahkan sahabatnya itu? Maria mengejar Airin dan berhenti saat melihat Airin menangis di taman rumah sakit.

"Ai.."

"Aku ga apa – apa. Akau pulang dulu ya, terima kasih udah ngaterin aku kemari."

"Tunggu Ai.." Airin menghentikan langkahnya mendengar teriakan Maria yang menyuruhnya menunggu.

"kebaikan tetaplah menjadi kebaikan walau tertutup dengan sebuah kebohongan." Ucap Maria, lalu Airin kembali melanjutkan langkah meninggalkan rumah sakit dengan air mata yang berderai.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login