Baixar aplicativo
3.91% When Love Knocks The Billionaire's Heart / Chapter 16: Wind Breeze 9

Capítulo 16: Wind Breeze 9

William tersenyum-senyum sendiri sambil sesekali melirik ke arah Esmee yang sedang mengaduk kaldu. Ia tidak sadar kalau Sven memperhatikan perilakunya itu.

"Daritadi aku perhatikan kau selalu memandangi Esmee," ujar Sven tiba-tiba.

William segera mengalihkan perhatiannya pada kentang yang sedang ia kupas. "Kau terlalu banyak berkhayal, Sven."

Sven meletakkan pisau yang sedang ia pegang dan menatap William. "Asal kau tahu, Will. Wajahmu itu seperti anak lelakiku ketika dia bercerita kalau dia menyukai gadis di sekolahnya."

"Kau sudah punya anak?" William mengerutkan keningnya sambil menatap Sven dengan tatapan tidak percaya.

Sven menghela nafas panjang dan kembali memegang pisaunya. Ia kemudian melanjutkan memotong daging yang ada di depannya. Sven lalu menceritakan tentang anak laki-lakinya.

"Aku punya satu orang anak laki-laki. Anak yang malang karena dia tidak sempat melihat ibunya. Beruntung dia masih punya Nenek yang mengawasinya sementara aku bekerja," terang Sven.

William langsung terdiam setelah mendengar ucapan Sven. Ucapan Sven tentang anak lelakinya yang tidak mempunyai Ibu membuat William teringat pada dirinya sendiri dan juga pada Ibu yang sudah meninggalkannya. William menelan ludahnya lalu menyahuti ucapan Sven.

"Kau tidak berusaha mencarikan Ibu pengganti untuknya?" tanya William.

Sven tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. "Bagaimana aku bisa mendekati wanita kalau aku saja sudah terlalu sibuk mencari uang untuk anakku?"

William ikut tertawa pelan. "Ayahku malah sibuk mencari Ibu untukku setelah dia berpisah dengan ibuku."

Sven langsung menatap William. "Maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu."

"Tidak masalah. Itu sudah lama terjadi," sahut William.

"Mungkin kapan-kapan kau bisa mampir ke tempatku dan mengobrol bersama putraku. Kalian sepertinya akan cocok," timpal Sven.

"Karena kami berdua tidak punya Ibu?" tanya William.

"Aku tidak tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang Ibu. Jadi terkadang aku tidak bisa mengerti perasaan putraku. Aku pikir kehadiran neneknya sudah cukup. Tapi belakangan ini, ibuku bilang, dia selalu bertanya soal ibunya," terang Sven.

"Katakan saja dimana tempat tinggalmu. Kapan-kapan aku akan mampir," ujar William.

Sven langsung menepuk lengan William. "Aku tahu, kau pasti akan menerima permintaanku."

William langsung menatap Sven. Ia kemudian tertawa pelan. "Kau harus memasak untukku."

"Tenang saja. Masakan ibuku cukup terkenal disini. Betul kan itu, Esmee?" Sven tiba-tiba bertanya pada Esmee.

Esmee tertawa pelan tanpa mengalihkan perhatiannya dari kaldu yang sedang ia buat. "Kapan kau mau meminta ibumu untuk memasak? Aku akan ikut mampir."

"Yes!" seru Sven. Ia kemudian melirik William sambil memainkan alisnya.

"Bagaimana? Kau tidak keberatan kan, kalau aku juga mengajak Esmee. Kalian bisa datang bersama," ujar Sven sambil tersenyum jahil.

William tidak menanggapi ucapan Sven dan tetap mengupas kentang yang ada di hadapannya. Sven lalu kembali memotong-motong dagingnya, sementara William mengulum senyumnya sambil melirik ke arah Esmee.

----

"Selamat datang!" sapa Marie pada pengunjung yang datang ke restoran D'Amelie.

Mata Marie membulat begitu ia melihat pengunjung yang baru saja ia bukakan pintu. "Pierre?"

Pierre tersenyum pada Marie. "Apa Esmee ada di dalam?"

Marie tertawa pelan menanggapi pertanyaan Pierre. "Tentu saja dia ada di dalam. Memangnya dimana lagi kau bisa menemukannya selain di dapur."

"Apa dia sedang sibuk?" tanya Pierre.

Marie memperhatikan suasana di dalam restoran. "Sepertinya tidak. Siang ini tidak seramai kemarin."

Pierre menganggukkan kepalanya. Ia ikut memperhatikan situasi di dalam restoran D'Amelie. Keadaan di dalam restoran memang berbeda dengan kemarin ketika ia datang ke restoran tersebut. Hari ini tamu di restoran itu terlihat lebih sedikit.

"Apa aku boleh langsung ke belakang?" Pierre kembali bertanya pada Marie.

Marie langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Silahkan."

"Terima kasih, Marie," ujar Pierre sambil tersenyum simpul pada Marie. Ia kemudian berjalan ke arah dapur D'Amelie.

Marie memperhatikan Pierre yang sedang berjalan ke arah dapur sambil tersenyum-senyum sendiri. Perhatian Marie teralih ketika ada pelanggan yang masuk ke dalam restoran. Ia langsung tersenyum lebar para pria yang baru saja melangkah masuk ke dalam restoran.

"Untuk berapa orang?" tanya Marie pada pelanggan pria tersebut.

"Aku sendiri," jawab pelanggan itu.

Marie menganggukkan kepalanya. "Mari."

Pelanggan pria itu lalu mengikuti langkah Marie yang mengantarnya ke salah satu meja kosong yang ada di dalam restoran. "Hei, apa aku boleh tahu namamu?"

Marie menoleh pada pelanggan itu dan menaikkan satu alisnya. "Kau mau apa?"

"Aku ingin tahu namamu."

Marie tertawa pelan pada pelanggan yang ia antar ke mejanya. "Aku Marie."

Pelanggan pria itu tersenyum lebar dan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Marie. "Aku Charles."

Marie menyambut jabat tangan tersebut sembari tersenyum simpul. Ia menjabat tangan Charles sebentar lalu melepaskannya kembali. Setelah itu Marie memberikan buku menu yang ia bawa pada Charles.

"Kau bisa memanggilku jika sudah ingin memesan," ujar Marie.

Charles menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada Marie. "Terima kasih, Marie."

Marie mengangguk pelan lalu berjalan pergi meninggalkan meja Charles. Ia memeriksa pelanggan yang lain untuk memastikan mereka sudah mendapatkan makanan yang mereka pesan.

Sementara itu, Charles memperhatikan Marie dari tempat duduknya sambil tersenyum. Ia lalu menekuri buku menu yang ada di tangannya untuk memilih makanan yang akan ia makan.

----

"Hei, Will. Sainganmu sepertinya datang lagi," ujar Sven ketika ia melihat Pierre berdiri di dalam dapur D'Amelie.

William langsung mengalihkan perhatiannya dan menatap ke arah pintu dapur. Ia mendesis pelan. "Apa yang dilakukan pria itu di sini?"

Pandangan mata William kemudian mengikuti langkah Pierre yang berjalan menghampiri Esmee. Ia mendengus pelan ketika melihat Pierre menepuk bahu Esmee.

Sven tertawa pelan melihat raut wajah William yang berubah ketika melihat Pierre mendekati Esmee. "Sepertinya kau benar-benar menyukai Esmee, Will."

William menatap Sven sebentar. Sambil mendengus pelan, ia kembali melanjutkan pekerjaannya memotong-motong sayuran. Namun sesekali ia menatap tajam ke arah Pierre yang terlihat sekali sedang berusaha mendekati Esmee.

----

"Aku ingin meminta maaf atas kejadian semalam," ujar Pierre pada Esmee.

Esmee menoleh pada Pierre. Ia tersenyum simpul. "Tidak apa-apa. Mungkin karena aku terlalu lelah jadi aku bersikap berlebihan."

"Kau boleh libur malam ini kalau kau lelah," lanjut Pierre.

Esmee langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Pierre. Aku masih bisa bekerja. Ngomong-ngomong, jangan bahas masalah pekerjaan di sini. Aku tidak ingin pekerjaku tahu kalau aku juga bekerja untukmu."

"Oh, maaf. Aku tidak tahu," sahut Pierre.

"Sekarang kau sudah tahu," timpal Esmee.

Pierre tersenyum sambil menatap Esmee. "Apa aku boleh membantumu lagi?"

"Ya, Tuhan. Kau tidak perlu membantuku setiap hari, Pierre," ujar Esmee.

"Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantumu. Mana celemek yang kemarin aku pakai? Aku akan membantumu sebagai permintaan maafku atas perilakuku semalam."

Esmee lalu menatap Pierre sambil menghela nafas panjang. Ia kemudian memanggil William. "William, tolong ambilkan celemek di lemari penyimpanan dan berikan pada Pierre."

Pierre tersenyum lebar pada Esmee. "Terima kasih."

Esmee mengangguk pelan.

Setelah itu Pierre segera berjalan menghampiri William. "Kau tadi dengar apa yang diminta Esmee, kan?"

William meletakkan pisau yang ia pegang sambil mendengus kesal. Ia kemudian meninggalkan meja dapur dan berjalan ke arah lemari penyimpanan.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. I was hoping you could share your thought in the comment section and let me know about them. Don't forget to give your support through votes, reviews, and comments. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
pearl_amethys pearl_amethys

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C16
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login