' dimana... Mun zue berada? Apa yang telah sialan ini lakukan kepadanya...'
Mo Heng sangat mencemaskan hal itu. Perasaan dihatinya semakin buruk. Dia tak tau dengan apa yang telah dilakukan Gu Yuwen kepada Mun zue. Rasa sakit yang dialaminya tertutupi oleh kecemasan yang luar biasa di hatinya.
Gu Yuwen masih menyeret mo Heng, jejak darah dari luka yang diderita mo Heng berserakan disepanjang jalan yang mereka lewati.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di lokasi Mun zue berada. Gu Yuwen langsung melemparkan mo Heng ke dekat Mun zue yang terbaring.
Gedebukー
"....guhh!!"
Mata mo Heng masih tertutup karena baru saja di lemparkan oleh gu Yuwen. Dia masih belum menyadari ada tubuh Mun zue yang terbaring dihadapannya. Dia tak tau mengapa Gu Yuwen melemparkannya. Meskipun dia sudah merasakannya rasa sakit dari lukanya, tapi badannya yang menghantam tanah, menambah rasa sakit baginya.
Mo Heng saat ini tak bisa berdiri ataupun duduk. Lengannya sudah tidak ada dan kakinya sudah tak memungkinkannya untuk berdiri. Mata mo Heng perlahan-lahan terbuka. Pandangannya sedikit kabur, dia sesekali mengedipkan matanya.
Ketika pandangannya sudah cukup jelas, dia melihat seseorang yang terbaring di hadapannya. Sedikit terdiam, dia langsung menyadarinya. Pakaian yang dipakai oleh orang yang terbaring itu, adalah pakaian yang sering digunakan oleh Mun zue.
" Mun zue?!! Ada apa denganmu?!! Kenapa kamu bisa tertidur disini?!! Bangun!! Cepat bangun! Dan pergilah dari sini!!"
Mo Heng berteriak dengan keras. Dia mencoba membangunkan Mun zue yang terbaring. Dia mencoba yang terbaik untuk membangunkan Mun zue, mo Heng masih berharap kalau Mun zue bisa selamat. Dia setidaknya harus membuat orang yang dicintainya selamat. Dia masih tak menyadarinya kalau Mun zue sudah kehilangan nyawanya.
" Lagi. Kau mencoba membangunkan seseorang yang tak akan bangun lagi. Hahaha... Pada akhirnya, kau tetaplah orang bodoh, ya."
Gu Yuwen berjalan di belakangnya. Dia mulai mendekati mo Heng yang berada di tanah.
" Biar lebih jelas, akan ku bantu kau melihatnya."
Sekali lagi, Gu Yuwen menjambak rambut mo Heng. Dia mengangkat mo Heng sampai mo Heng sejajar dengan dirinya yang jongkok.
Meskipun Jambakan itu sakit, tapi mo Heng mencoba melihat dengan jelas apa yang terjadi kepada Mun zue.
Mun zue yang terbaring, terlihat sangat berantakan. Kulit yang sedikit pucat, rambut yang berantakan, pakaian yang terlihat basah dan dibeberapa bagian ada yang terbuka, serta... Mulutnya yang sudah tak bernafas.
Melihat keadaan Mun zue yang seperti itu dihadapannya. Mo Heng sangat terguncang. Nafas yang tak beraturan, hatinya yang mulai terkoyak-koyak dan pikiran yang kacau. Jiwanya, tubuhnya dan perasaannya sangat terguncang hebat. Dia tak mau percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tapi jelas, dia melihatnya didepannya saat ini.
".... A-apa yang telah kau lakukan kepadanya...."
Melihat ekspresi terguncang dari mo Heng, Gu Yuwen sangat senang. Tapi baginya, itu masih belum cukup. Gu Yuwen ingin membuat mo Heng jauh lebih menderita lagi. Senyum kecil yang licik mulai terlihat diwajahnya.
" Kau masih menanyakan hal itu, padahal kau sendiri sudah tau kan, apa yang telah ku lakukan kepadanya... Ahh~ Dia benar-benar sangat lezat loh~"
Mendengar kalimat terakhir itu, hati mo Heng tersayat sangat dalam.
" Setiap inci dari tubuhnya benar-benar luar biasa.. aku tak melewatkan untuk merasakannya seluruh tubuhnya. Apa kau tau, bagian tertentu darinya jauh lebih enak loh~ setiap kali dia berteriak, aku malah merasa lebih ingin kasar kepadanya... Dia selalu berteriak kesakitan dengan keras dan dia selalu meneriakkan hal yang sama.. apa kau ingin tau, apa yang diteriakkannya?"
Mo Heng hanya bisa terdiam. Setiap ucapan yang keluar dari mulut Gu Yuwen langsung menyayat hatinya, dia hanya merasakan rasa sakit yang luar biasa dihatinya.
" ... Dia selalu meneriakkan nama mu. Dia selalu meminta tolong untuk diselamatkan oleh mu, loh~ tapi sayang sekali, meskipun teriakan sangat keras tapi kau tidak pernah datang. Dia benar-benar kesakitan sampai akhir... Aku masih ingin menikmatinya, tapi tanpa sadar nafasnya sudah berhenti..."
"...!!!"
Mo Heng sangat terguncang dengan perkataan Gu Yuwen. Rasa sakit yang tak pernah dialaminya, mengguyur seluruh tubuhnya. Dia terdiam tapi air matanya terus mengalir dari matanya. Rasa sakit yang dialaminya sekarang, jauh lebih menyakitkan dari luka ditubuhnya.
" .... Itu salah mu... Kenapa kau melakukan hal seperti itu kepadanya.... Padahal... Dia... Sudah sangat baik kepada mu..."
' masih belum... Aku masih ingin membuatnya menderita. Cerita yang ku buat hanya kebohongan saja, tapi akan ku buat kebohongan ini menjadi senjata paling mematikan untuk kehancuran perasaannya!'
" Tidak. Itu bukan salah ku, tapi itu salah mu, kan? Kau seharusnya menyadarinya juga."
Gu Yuwen menatap dengan dingin kepada mo Heng. Mo Heng hanya bisa menggigit bibirnya, karena dia menyadari apa yang dimaksud oleh gu Yuwen.