Baixar aplicativo
7.84% Malaikat Dan Iblis Yang Mencintaiku / Chapter 31: Di Sekolah Alicia.

Capítulo 31: Di Sekolah Alicia.

Riel sudah tiba di bumi, ia sudah sangat hafal di mana sekolah Alicia berada. Sebelum hari di mana Alicia kecelakaan, Riel selalu mendatangi sekolah Alicia dan mengawasi gadis itu selama di sekolah dan di rumah sampai kecelakaan itu tiba.

"Rupanya ia sudah berhasil menemukan gadis itu!" pikir Riel merasakan aura kuat dari Asmodeus. "Aku harus segera mencegah Asmodeus mendekati Alicia!" kemudian Riel merubah dirinya menjadi seorang siswa di sekolah itu hanya sekali memejamkan mata.

Tidak seperti Asmodeus, Riel sudah tahu betul apa yang dikenakan para murid laki-laki di sekolah itu. Merubah pakaiannya sesuai apa yang di pakai siswa laki-laki. Ia berjalan membaur bersama para siswa dan siswi lainnya. Berjalan tanpa takut identitasnya di ketahui oleh orang lain. Saat jam istirahat jam pelajaran kedua selesai.

Lalu sementara itu di kelas Alicia.

Gadis itu duduk dengan kepala menunduk. Di sampingnya, Asmodeus tak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya. "Ternyata begini sekolah manusia di bumi?" ucap Asmodeus sambil melihat seluruh ruangan. Masih ada beberapa siswi di sekolah itu, mereka duduk mengerubung sambil bergosip. Matanya tak lepas kearah Alicia dan Asmodeus.

Entah kenapa, tatapan itu terasa aneh. Saat mereka menatap Alicia, seolah mereka membenci dan kesal pada gadis yang dulu sering di-bully itu. Tetapi, saat mata mereka menangkap sosok Asmodeus yang tampan, ekspresi mereka seolah sangat bahagia.

"Iih, kenapa sih cowok ganteng itu mau-maunya duduk di samping Alicia!" Celetuk yang lain tampak kesal.

"Iya, apa bagusnya sih, cewek cupu itu? Padahal dia hanya gak pakai kacamata, sehingga bikin mata Asmo rabun saat melihatnya?" Yang lainnya ikut berkomentar.

"Sama, aku juga iri! Apa kita dekati aja, terus bawa kabur Asmo dari si Alicia. Merusak pemandangan gak sih, dia dekat-dekat Asmo!" Satu siswi lainnya juga tak mau kalah, seolah mereka adalah siswi tercantik di kelas bahkan di sekolah itu.

Alicia mendengar, dan itu hal biasa yang ia dengar setiap hari.

Berbeda dengan siswa-siswa yang juga berkelompok tidak jauh dari deretan tempat Alicia duduk. Mereka justru sangat tidak suka melihat Asmodeus. Terutama dengan pemuda yang baru saja Asmodeus kerjain sebelum pelajaran pertama di mulai. Ia masih kesal atas ulah Asmodeus yang membuatnya menjadi objek tertawaan para siswa dan siswi di kelas itu, kecuali Alicia.

"Brengsek! Berani-beraninya anak baru itu bikin ulah sama gue!" pemuda itu berkomentar dengan wajah yang terlihat marah, pandangan tak berkedip, menatap tajam ke arah Asmo yang seakan-akan mangsa yang empuk untuk dikerjain.

"Bagaimana kalau kita kerjain dia saat di kamar mandi, atau kita tantang basket, terus kita bikin dia kalah dan terus malu. Biar semua tau yang ternyata dia gak ada apa-apanya dibanding kita!" usul yang lainnya, siswa berambut cepak itu seolah sangat mahir mengeluarkan ide buruk untuk membuat Asmodeus malu di depan seluruh pelajar di sekolah itu.

"Ide bagus tuh, bos! Gue setuju banget!"

Pemuda bernama Ryan itu mengangguk-angguk. "Gue rasa ide yang sempurna."

Asmodeus hanya tersenyum mendengar apa yang mereka katakan. Bodohnya mereka, tidak ada yang tau siapa dan seperti apa kekuatan yang Iblis itu miliki untuk menghabisi mereka. "Hei, apakah kau mendengar apa yang mereka katakan?" tanya Alicia yang merasa risih.

Asmodeus hanya berdehem, "Manusia seperti kalian, sangat mudah buatku untuk menghabisinya!" sahut Asmodeus membuat jantung Alicia seakan berhenti sejenak. Apalagi tatapan menyeramkannya membuat Alicia buru-buru membuang muka.

Bukan Alicia takut pada Asmodeus. Tetapi, ia mengingat apa yang dikatakan Riel saat Malaikat itu mengantarnya pulang. Ia tidak ingin menjadi budak sex di neraka. Lalu, ke empat siswi yang baru saja membicarakan Asmodeus dan Alicia mendatangi tempat mereka berdua duduk.

"Hai, Asmo! Kamu gak istirahat dan makan di kantin?" ucap ketua geng bernama Julia sambil memainkan rambutnya. Jari telunjuknya asik mempelintir-pelintir rambut berwarna pirang itu. Ia lalu duduk di depan Asmodeus. Temannya yang bernama Fransisca duduk di sebelah Julia, tak lama Shally berjalan memutar dan mengambil kendali kursi yang di duduki Alicia. Mau tidak mau, gadis berkuncir kuda itu menyingkir dan pergi.

"Aku tak lapar! Lebih baik kalian pergi dari hadapanku dan juga Alicia ... " Asmodeus menoleh, ternyata yang duduk di sebelahnya bukan lagi Alicia. "Di mana Alicia. Dan kenapa kau bisa duduk di sampingku gadis pendek!" hardik Asmodeus sedikit kasar.

"Apa? Kau bilang aku gadis pendek?" pekiknya, berdiri dari kursi. Gadis itu langsung mengoceh. Asmodeus tidak peduli, matanya hanya tertuju kearah pintu.

"Alicia!" Ia bergegas bangun dan mengejar Alicia yang sudah keluar dari kelas.

"Hei ... Asmo! Berhenti ... aku sedang marah sama kamu tau!" teriak gadis itu.

Asmodeus mengejar Alicia, namun terlalu banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang hingga menghalangi jalannya. "ALICIA!" teriaknya. Ia juga terhalang para siswi-siswi dari kelas lain yang ingin berkenalan dengannya sebagai siswa baru di sekolah itu. Lambat laun, Alicia menghilang dari pendangannya. "MINGGIR KALIAN SEMUA DARI JALANKU!!" teriaknya sangat keras, membuat semua siswi yang mengerubunginya menjauh darinya.

Di depan, Alicia berjalan dengan wajah sangat kesal. Ketenangannya selalu di usik, kali ini dengan keberadaan Asmodeus sebagai siswa di sekolahnya, bahkan di kelasnya. "Benar-benar menjengkelkan!" gerutunya sendirian. Namun,

"Mmmh" suara Alicia terdengar tertahan. Mulutnya dibekap dari belakang. Alicia dibawa ke tempat sepi, tepatnya lantai paling atas gedung sekolah itu.

"Mmmh ... mmmh ..." kata Alicia tidak jelas. Tubuhnya mau tidak mau mengikuti orang di belakangnya itu naik ke atas. Ia sembari berusaha membebaskan diri dari tangan laki-laki di belakangnya. Lalu melepaskannya setelah mereka berdua sampai ke atas gedung sekolah.

Alicia sangat marah, ia segera membalikkan tubuhnya. Ingin tau siapa laki-laki yang berani membekap dan menculiknya hingga ke atas gedung sekolah. "Apa-apaan ka ... u?" Kalimat Alicia terhenti. Antara senang dan marah,  "Riel?" Ia pun akhirnya tersenyum melihat kedatangan Riel.

"K-kamu ada di sini?" kata Alicia mendekati Riel. Malaikat itu hanya mengangguk sambil menunjukan senyuman manisnya.

"Iya, aku ada di sini!"

"T-tapi k-kenapa kau d-datang ke sini?"

"Asmodeus! Aku tau dia ada di sini!" sahut Riel.

"Ooh, Asmodeus ya?" kata Alicia sedikit kecewa dengan jawaban Riel.

"Ya, Kamu harus tetap hati-hati sama dia!"

"Oh ... ta--"

Braak.

Suara pintu menuju atas gedung sekolah terbuka sangat kencang. Tadi, setelah ia bebas dari kerubungan anak-anak perempuan. Asmodeus terus mencari Alicia, namun ia berhenti dan mencium aroma Riel yang terlalu menyengat. Iapun ke atas, mendengar suara Alicia sedang berbicara pada Riel.

"Ternyata kalian ada di sini!" Suara Asmodeus dan suara pintu menghentikan Alicia berhenti berbicara.

"A-A-smodeus!"

Riel buru-buru berdiri di depan Alicia. "Tetap di belakangku! Aku akan melindungi dari Iblis itu!"

Alicia mengangguk, ia sangat senang melihat Riel selalu melindunginya dari Asmodeus. Ia merasa seperti putri cantik dalam dongeng-dongeng yang sedang di selamatkan pangerannya. Alicia sedikit menyingkit ke belakang.

"Jangan munafik Riel! Menyebut gue sebagai Iblis sedangkan elu, bukankah elu juga seorang Iblis." Asmodeus maju pelan-pelan. Tangannya mulai bergerak pelan agar tidak diketahui Riel.

"Sudahku bilang, itu masalah lalu Asmodeus! Jadi, jangan kau sebut aku seorang iblis lagi. Sekarang, aku sudah menjadi malaikat yang akan terus menerus menghalangi kamu mendekati Alicia," sergah Riel. Ia memperhatikan tiap gerak geriknya, kakinya bergerak mundur. Tidak mau bertindak gegabah.

"Apa bedanya aku sama kamu, Lucifer? Kamu dan aku sama-sama lahir dari rahim seorang wanita iblis dan mempunyai darah iblis yang sempurna. Bagaimanapun kau menutupi dirimu itu dengan wujud malaikat, tetap saja bau busuk kamu sebagai seorang iblis akan tetap tercium, Lucifer!" katanya, lalu ia teriak sambil mengerahkan bola api yang ia keluarkan dari telapak tangannya pelan-pelan.

Bola api pun melesat cepat dan Riel berhasil menghindar. Tetapi tidak dengan Alicia,

"Aaargh!" Ia berteriak sangat kencang sambil menutupi wajahnya.

****

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C31
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login