Baixar aplicativo
4.55% Malaikat Dan Iblis Yang Mencintaiku / Chapter 18: Hati Yang Selalu Dendam

Capítulo 18: Hati Yang Selalu Dendam

Namun, langkah Lucifer terhenti. Lengan Lucifer ditahan seseorang. "Hentikan itu Ratu Veela!" Suara lantang itu membuat Ratu Veela dan Lucifer terkejut. Asmodeus sedikit ketakutan dan memeluk ibunya itu. "Jangan pernah sekali-kali kau menyentuh Lucifer!"

Ratu Veela mengurungkan niatnya untuk memeluk Lucifer. Anak yang ia kandung dan ia besarkan. Ia berpisah cukup lama selama dirinya mengandung Asmodeus. "Tapi kenapa Baginda? Bukankah Lucifer anakku juga? Jadi aku berhak untuk memeluk dia sebagai pelepas rinduku pada dia!"

"Siapa bilang kau punya hak atas Lucifer Veela? Semua ini keputusanmu, dan aku sudah menawarkan berkali-kali untuk mengugurkan kandunganmu dan tetap menjadi istriku. Tapi kau malah memilih anak setengah iblis ini!"

Lucifer tercengang mendengar penuturan ayahnya tentang seorang bocah laki-laki di hadapannya, di dekat ibunya. Yang di sebit adik itu.

"Jangan sebut itu, Raja Mammon! Bagaimana juga dia adik dari Lucifer. Masih keturunan iblis di neraka ini!" sergah atu Veela sangat tegas. Asmodeus dan Lucifer bingung mendengar pertengkaran mereka berdua.

Namun, Ratu Veela mendadak batuk. Ia merasakan sesak napas dan rasa sakit di dadanya. Ia meremas pakaian pada bagian dadanya. Wajah-wajah polos Asmodeus dan Lucifer ketakutan. "Ibu!" Panggil kedua bocah itu. Tidak dengan Raja Mammon, ia justru senang bisa melihat Ratu Veela mengalami gejala dari racun yang ia berikan di makanan milik mantan istrinya itu.

Ohok..

Ohok..

Batuk semakin menjadi dan semakin sering. Lalu, keluar cairan berwarna merah keluar bercampur air liur dari dalam mulutnya. Tubuh Ratu Veela mulai berkeringat. Ia merasakan demam di sertai tubuh mengigil sangat hebat. Tubuhnya gemetaran dan juga pandangan matanya sedikit memudar. Ia menjadi sangat pusing, semua gejala di tubuhnya ia rasakan. Dan..

Bruk.

Ratu Veela terjatuh, tergeletak. Namun bukan pingsan. Melainkan kehilangan nyawanya. "IBU!!" teriak Asmodeus, memeluk tubuh Ibunya dan menangis setelah mengetahui Ratu Veela tak bernyawa. Raja Mammon menahan Lucifer untuk ikut menangisi kematian Ratu Veela.

Lucifer memberontak sambil terus memanggil nama Ratu Veela. Raja Mammon sangat kejam hingga ia tidak punya kata maaf atau rasa simpati sekalipun. Dan Asmodeus tidak melupakan kejadian hari itu.

Hari pun berlanjut, setelah kematian Ratu Veela, Asmodeus tinggal sendirian di penjara bawah tanah, tetap, di setiap siang jam 14.00, Lucifer datang memberi makanan. Berusaha menghibur Asmodeus agar tidak lagi bersedih. Keduanya menjadi akrab, dan Lucifer merasa kasihan pada Asmodeus. Ia meminta ayahnya untuk mengangkat Asmodeus menjadi bagian dari kerajaan atau sebagai pangeran kedua dari pusat kerajaan neraka.

Awalnya, ayah tidak menyetujui. Tetapi akhirnya ia menyerah dengan bujuk rayu Lucifer. Asmodeus akhirnya menjadi salah satu pangeran di neraka itu bersama Lucifer. Ia sangat senang berada di lingkungan istana.

Ya, Asmodeus menjadi ingat semua kenangan pahit itu. Ia tidak menyukai Raja Mammon menyebutkan identitas ayah biologisnya yang berasal dari bangsa manusia. "Jaga bicaramu, Baginda! Jangan kau sebut nama ayahku di dalam amarahmu, Baginda!" ucap Asmodeus terdengar menekan Raja Mammon.

"Ngeh ... bukankah kau memang keturunan dari manusia itu. Kalau bukan Lucifer yang memintaku untuk mengampunimu, aku tidak akan mengampuni dan mengakui kamu sebagai pangeran di kerjaan ini!"

Asmodeus berlari kencang dan kemudian menyerang Raja Mammon sambil mengeluarkan kekuatannya. Raja Mammon sudah mengetahui apa yang hendak Asmodeus lakukan. Ia sudah siap menerima serangan anaknya itu.

Kekuatan Asmodeus tidak sebanding dengan kekuatan yang di miliki Raja Mammon, hingga sangat mudah untuk di halau dan membuat Asmodeus terdesak menerima serangan Raja Mammon itu.

"Kau ingin coba-coba melawanku, Asmodeus? Lihat dirimu, mahluk lemah sepertimu tidak akan bisa melawanku dengan kekuatanmu itu!" seru Raja Mammon menekan rahangnya dengan tangan kanan dan tangan kirinya menekan dada Asmodeus.

Wajah pemuda itu terlihat kesakitan, beberapa serangan balasan Raja Mammon membuat ia terluka di beberapa bagian, seperti di lengan dan juga wajahnya.

"Ingat ucapanku baik-baik, Asmodeus. Jangan pernah sekali-sekali kau melawanku dan mencoba untuk menusukku dari belakang!" ancam Raja Mammon. Ia melepaskan tangannya dan pergi meninggalkan Asmodeus.

"Lebih baik kau bawa Lucifer dan temukan mutiara biru milik Raja Akhirat yang dia berikan pada seorang gadis! Dan aku tidak mau ada kata kegagalan dari mulutmu itu, Asmodeus!" lanjut Raja Mammon. Dan ia duduk kembali di singgasananya.

Kepala Asmodeus tertunduk, ia lalu keluar dari ruangan Raja Mammon. Hatinya masih menyimpan dendam, tangannya mengepal dengan raut wajah yang amat menyeramkan. "Suatu saat nanti, aku akan membunuhmu, Raja Mammon. Seperti kau membunuh kedua orang tuaku!" bisik batinnya. Rupanya ia masih menyimpan ingatan itu, ia juga mengingat ucapan yang di ucapkan ibunya sebelum meninggal.

"... ingatlah baik-baik anakku, Asmodeus! Dialah yang membunuhku dan juga ayahmu, jadi balaskan dendam ibu dan juga ayah suatu hari nanti, saat kesempatan itu datang padamu untuk menghabisi nyawanya ...." tak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun.

****

Di tempat lain.

Tepatnya di depan rumah Alicia.

Riel menapaki kakinya di tanah. Kepakan sayapnya mulai ia kurangi, perlahan namun pasti, ia akhirnya mendarat dan membawa Alicia sampai ke rumahnya seperti janjinya pada Raja Akhirat.

Alicia bergegas turun dari pelukan Riel. Wajahnya bersemu merah sepanjang jalan. Apalagi ia sempat menganggumi dan di buat salah tingkah Riel hingga membuatnya malu sendiri, tidak berani memandang wajah Riel itu.

"T-terima kasih udah mengantarku sampai rumah," ucapnya sambil memainkan kuku jarinya. Tanda ia sangat gugup berbicara pada Riel.

Riel tersenyum sangat manis, "Ya, sama-sama!" Berkata Riel menyadari kegugupan Alicia. "Lebih baik kau cepat masuk sebelum ada mahluk astral yang mencium tubuhmu," lanjut Riel. Alicia mengangguk dengan menatap wajah Malaikat maut malu-malu.

"Aku masuk!" Riel mengangguk. Alicia mulai membalikkan tububnya. Dan mulai berjalan. Ia menghentikan langkahnya sejenak, lalu menengok ke belakang. Melihat wajah tampan Riel yang tersenyum padanya.

Dan,

Degh!

"Aduh ... gila, senyumnya manis banget sih, tuh, Malaikat!" gumamnya di hatinya yang terdalam. Gadis itu pun melambaikan tangan sekali lagi pada Riel dan Malaikat maut membalas lambaian tangannya.

Alicia malu sendiri, suka sendiri, tersipu sendiri, dan juga merasa berdebar sendiri saat melihat wajah Riel itu. Ia pun bergegas masuk dengan jantung yang tak mau berhenti berdebar. "Ini gila, apa aku sudah menyukainya?" gumamnya malu-malu mengakuinya. Masuk kedalam rumah dan menutupnya.

Riel yang melihat hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lalu ia mengepakan sayap putih yang bercahaya itu. Dan pergi meninggalkan rumah Alicia.

Gadis itu ternyata mengintipnya dari balik gorden. Melihat Riel terus terbang ke atas dan lalu menghilang dari pandangan matanya. Alicia tidak menyadari, kedua orang tuanya sudah berdiri sambil melihat apa yang ia lihat. Sayangnya, hanya Alicia saja yang melihat keberadaan Riel.

"Aaargh!" Pekiknya saat tau Ayah dan ibunya sudah berada di belakang. "A-ayah ... ibu ... sejak kapan kalian ada di belakang?"

"Sejak kami terkejut bahwa kamu masih hidup, Nak!" sahut Saphira. Matanya berkaca-kaca saat melihat Alicia masih berdiri di dekat jendela. Ia tidak menduga anaknya masih hidup saat semuanya meninggal pada kecelakaan bis itu.

"I-iya, a-ku masih hidup dan ceritanya sangat panjang!" kata Alicia.

"Kemarilah, Nak, ibu sangat kangen padamu!" ujar Saphira membentangkan tangannya, berharap Alicia mau memeluknya dengan erat.

"Ibuuu, aah ... aku kan jadi terharu!" Alicia berlari dan memeluk erat ibunya itu. Dean ikut memeluk anaknya bersama istrinya itu.

****

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login