***
"Akhirnya aku bisa melihatmu juga."
Aletta tersenyum padanya. Namun, Arkhano jelas tak menyukai itu. Dia dalam posisi sakit, menjadi korban tabrak lari, namun memasang senyum yang menampakkan deretan giginya dengan sumringah. Itu mengganggu Arkhano.
Pria itu menatapnya rinci. Tangannya terulur, memegang dan mengelus pipinya yang lembut namun dingin dan pucat.
"Di mana lagi yang terluka?" tanyanya khawatir.
"Aku senang bisa melihatmu. Bagaimana dengan Singapura?" tanya Aletta tak menjawab pertanyaannya dan menatapnya dengan jernih, membuat alis Arkhano berkedut.
"Bukan saatnya membahas itu, Ale. Aku membahas kamu," sahutnya penuh penekanan. Dia sadar orang tua Aletta ada di sana, namun kekasihnya lebih utama.