"Jangan kotori karpet mahalku dengan air matamu!" Reagan berteriak keras tepat di depan Crystal yang sedang bersimpuh di lantai dengan kepala tertunduk. "Kau ada disini bukan untuk menangis, kau ada disini didalam kamarku karena pekerjaan. Jadi jangan bertindak bodoh."
"Aku tidak menangis," jawab Crystal sedikit berbohong. "Aku hanya tiba-tiba rindu pada ibuku."
Reagan berdecak kesal. "Aku tidak bisa menerima alasan apapun darimu."
"Maaf."
"Jangan ulangi lagi dan cepat rapikan riasanmu, aku tidak mau kakek berpikir yang tidak-tidak," ucap Reagan ketus seraya mengancingkan kemejanya kembali. "Dan ingat tugasmu, kau harus membuat kakekku percaya dengan pernikahan ini."
Crystal mengangguk pelan, tanpa berani mengangkat wajahnya keatas. Crystal tidak mau membuat Reagan semakin marah jika sampai lelaki itu melihat air matanya. Setelah yakin Reagan kembali masuk kedalam ruangan tempat dimana pakaian dan semua perlengkapan pribadinya berada, Crystal pun bergegas bangun dari lantai. Dengan menggunakan tisu wajah yang tersedia diatas meja rias sementaranya Crystal menyeka sisa air mata dari wajahnya, sesuai permintaan Reagan sebelumnya Crystal pun mulai merias wajahnya berusaha menutupi mata dan wajah sembabnya dengan sedikit produk skincare yang dia miliki, terakhir Crystal mengoleskan lip gloss berwarna peach ke bibirnya seperti biasa ketika akan berangkat bekerja di restoran Nyonya Lu.
Dengan riasan sederhana, Crystal merasa penampilannya jauh lebih baik. Wajahnya terlihat lebih segar, meskipun binar kesedihan masih terlihat jelas di kedua matanya.
"Jika kau sudah siap maka kita bisa.."
Reagan langsung menutup mulutnya saat melihat penampilan Crystal.
"Kau sudah menghias wajahmu?" tanya Reagan dengan nada mencela yang begitu besar, nampak jelas jika Reagan terlihat begitu kecewa dengan hasil riasan Crystal yang begitu sederhana. "Kenapa tidak ada perubahan?"
Pipi Crystal langsung merona karena malu, selama ini tidak ada orang yang pernah mempermasalahkan riasan wajahnya. Lagipula secantik apapun dia merias wajah toh tidak akan ada satupun orang yang melihatnya, bukan?
Reagan merutuki kebodohan dirinya sendiri yang lupa mempersiapkan make up untuk Crystal, dia lupa jika gadis yang dia ajak bekerja sama saat ini berasal dari kalangan bawah yang tidak mungkin mengenal make up mahal seperti para mantan kekasihnya yang selalu on poin dengan riasan luar biasa di wajahnya.
"A-aku sudah…"
"Ok lupakan!" Reagan menyela cepat. "Ini salahku, aku lupa membawamu berbelanja sebelum pulang ke London. Aku akan memperbaiki kesalahan ini nanti, sekarang kita keluar sepertinya kakekku dan yang lain sudah menunggu di meja makan. Yang penting hari ini kau bisa melakukan tugasmu dengan baik dan mengingat-ingat semua hal penting yang sebelumnya sudah aku berikan padamu sebelumnya."
Crystal mengangguk pelan tanpa suara.
"Ok, sekarang kita keluar," ujar Reagan kembali. "Hari pertama sebagai suami istri di hadapan semua orang, sekali lagi aku ingatkan padamu untuk berhati-hati dan jangan kecewakan aku. Jangan buat aku rugi karena sudah membawamu jauh-jauh dari Melbourne. Sekarang gandeng tanganku dan bersikaplah mesra, tunjukkan pada semua orang bahwa kita adalah pasangan suami istri yang saling mencintai."
Reagan mengulurkan tangan kirinya ke arah Crystal dengan malas, jika tidak karena untuk kepentingannya sudah pasti Reagan tidak akan melakukan hal semacam ini. Crystal yang bingung dan tidak mengerti dengan maksud perkataan Reagan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa, Crystal takut berbuat kesalahan yang pada akhirnya akan membuat Reagan marah kepadanya. Dan kediaman Crystal membuat Reagan kesal, dengan kasar Reagan meraih tangan Crystal dan menggenggamnya erat.
"Kita harus bergandengan seperti ini untuk menunjukkan kemesraan kita pada semua orang," ucap Reagan serak, di masa lampau banyak sekali gadis cantik nan seksi yang berlomba-lomba dekat untuk Reagan dan kali ini Reagan harus merendahkan dirinya dengan meraih tangan seorang gadis yang sama sekali tidak cantik dan menarik untuk dicengkram. Sial…sial…
"Apa..apakah harus seperti ini?" suara Crystal bergetar ketika bertanya, Crystal yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dengan lelaki manapun merasa tidak nyaman dengan keberadaan tangan besar Reagan yang saat ini sudah mencengkram jemari mungilnya dengan begitu kuat. "Apakah tidak ada cara lain yang bisa kita lakukan?"
Reagan menaikan alisnya, merasa tersinggung dengan perkataan Crystal. "Jangan besar kepala, aku melakukan ini karena tuntutan bukan karena aku ingin. Ikuti saja aku dan banyak bicara lagi, begitu kita keluar dari pintu kau harus sudah menjadi istriku yang sempurna."
Crystal menegakkan tubuhnya, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Semua perkataan Reagan membuatnya tidak tenang dan takut, Crystal khawatir jika dirinya berbuat salah yang akan berimbas fatal pada sandiwara yang sedang dilakukannya bersama Reagan. Crystal tidak punya uang sebanyak itu untuk membayar denda yang tertera di surat kontrak yang sudah ditandatanganinya dua hari yang lalu.
"Ayo kita keluar dan jalankan peran kita dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun, kau pasti tidak akan menyesal menjadi istri pura-puraku Crys. Dengan semua kemewahan yang akan segera kau dapatkan aku yakin seribu persen kau pasti akan suka, dimana lagi kau akan mendapatkan segala kemewahan secara cuma-cuma seperti ini? Hanya denganku saja kau akan mendapatkannya, jadi bersyukurlah."
"Aku bersyukur," jawab Crystal lemah, dadanya terasa sakit mendengar hinaan yang Reagan berikan. Harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh Reagan.
Reagan yang tidak melihat ekspresi sedih diwajah Crystal memilih untuk menguatkan hatinya menghadapi sang kakek dan James asistennya yang begitu pintar. Yang Reagan harapkan saat ini adalah Crystal bisa menjalankan tugasnya dengan baik selama satu tahun kedepan supaya dia bisa membongkar misteri kematian kedua orang tuanya dengan mudah jika menjadi pewaris utama dari bisnis keluarga West.
Reagan tidak tahu jika dirinya saat ini sedang membuat sebuah lentera dalam hidupnya yang gelap dan dingin.
Bersambung