Baixar aplicativo
4.21% KEAJAIBAN 12 BINTANG / Chapter 17: MENDAPATKAN KEKUATAN!

Capítulo 17: MENDAPATKAN KEKUATAN!

"Kau bercanda? Bagaimana mungkin kamu bisa tanpa stuntman? Kau saja takut hal apapun?"

Ada nada mencemooh yang terdengar di nada suara Pak Ronald ketika mengucapkan kalimat tersebut pada Ara.

Ara mengeratkan genggaman tangannya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria tersebut.

Sementara Tian? Hanya memandang apa yang dilakukan Ara, dan tahu apa yang dirasakan gadis itu di dasar hati.

"Aku akan belajar berani. Tidak mungkin juga selalu takut dengan apa yang aku lakukan, bukan?"

"Baik. Ini keputusan kamu, aku tidak mau ambil resiko jika nanti ada hal yang terjadi terkait apa yang sudah kamu putuskan, sekarang keluarlah, aku ingin sendiri."

Tanpa diperintah dua kali, Tian dan Ara segera keluar dari tempat itu.

Hingga ketika tiba di luar, Tian menghentikan langkah Ara dan sekali lagi memberikan pertanyaan yang sama pada gadis berambut panjang tersebut.

"Kamu yakin, dengan keputusan kamu ini? Kalau nanti ternyata bikin kamu celaka bagaimana?" tanya Tian dengan mimik wajah yang serius.

Meskipun tidak bisa dikatakan sahabat akrab, karena sering terlibat film satu produksi, Tian merasa sedikit peduli pada artis yang suka memberikan kesan misterius ini pada orang lain.

Misterius, karena Ara tidak pernah mau diwawancarai, dan selalu menghindar jika di kamera dan di foto para jurnalis.

Tidak banyak berita yang memuat Ara untuk kehidupan pribadinya, kecuali prestasinya di bidang entertainment.

Tapi, Tian tahu, Ara bukan wanita yang jahat. Ia hanya merasa, wanita ini sedang menyembunyikan bebannya sendiri dan tidak mau membaginya dengan orang lain.

"Aku serius...."

Wanita itu menyahut dengan suara perlahan.

"Seserius apa?"

"Sangat serius...."

"Tapi, itu berbahaya Ara! Kamu akan membuat dirimu celaka karena keputusan itu."

Ara menatap wajah Tian dengan senyum tersembunyi.

"Tidak usah peduli padaku, paling juga kamu sama saja seperti pria kebanyakan, suka memanfaatkan kelemahan wanita, benar, kan?"

"Tidak! Aku tidak pernah menganggap wanita itu seseorang yang boleh direndahkan."

"Kenapa?"

"Karena aku terlahir dari rahim seorang perempuan...."

Habis bicara demikian, Tian meninggalkan Ara yang langsung terpaku ketika mendengar apa yang sudah dikatakannya.

Pria itu mampu membuat Ara yang tadi berlagak sok kuat menjadi rapuh seketika.

Gadis itu berlari menuju toilet wanita. Lalu tergesa masuk ke dalam toilet tersebut, dan menangis sejadi-jadinya di dalam sana.

Saat itulah, sekujur tubuhnya terasa memanas. Hawa panas itu seperti membuat ia terbakar.

Karena tidak tahan dengan hawa panas tersebut, Ara mencelupkan telapak tangannya ke dalam bak air yang ada di dalam toilet tersebut.

Ajaib! Air di dalam bak tersebut langsung berubah menjadi panas seketika!

Kejadian itu membuat Ara terlupa akan hal yang tadi membuatnya menangis.

Gadis itu terbengong-bengong mengapa ia bisa membuat air di dalam bak itu menjadi berubah panas seketika?

"Aku memang kuat, kah? Kalau tidak, mengapa aku bisa membuat air ini menjadi panas?" gumamnya seorang diri sambil memperhatikan jemari tangannya sendiri, merasa tidak percaya akan apa yang sudah ia alami sekarang.

***

Di waktu yang sama, Virgina kembali melanjutkan niatnya mencari pekerjaan. Meskipun Putri Virgo mengatakan ia tidak perlu susah payah untuk mencari pekerjaan, tinggal fokus dalam pikiran saja, maka ia akan membuat dirinya bisa mendapatkan apapun, Virginia tidak mau seenaknya menggunakan kekuatan yang sekarang ada di dalam tubuhnya, karena ia tidak mau nanti terbiasa dan tidak bisa apa-apa ketika kekuatan itu sudah hilang dari tubuhnya.

"Aku sudah ke mana-mana, tapi selalu ditolak. Ada apa denganku ini? Sial sekali?"

Karena lelah, Virginia beralih untuk mencari tempat untuk istirahat sejenak. Akan tetapi, ekor matanya melihat seseorang yang sedang berjongkok di samping sebuah motor besar.

Karena penasaran apa yang sedang dikerjakan orang itu, Virginia menghampiri. Ketika gadis berambut panjang itu sudah tiba di dekat motor besar yang terparkir tersebut, barulah ia sadar, bahwa orang yang berjongkok itu sedang ingin mengerjai motor tersebut.

Lekas Virginia berusaha untuk menegur.

"Apa yang kau lakukan pada motor itu?" katanya, dan pertanyaan Virginia membuat pria itu tersentak kaget merasa ada yang memergoki apa yang ia perbuat.

Pria itu langsung berdiri, dan langsung berlari menjauh. Virginia heran, mengapa orang itu justru ketakutan? Bukankah ia hanya bertanya, jika tidak melakukan apapun, mengapa harus takut?

Pertanyaan demi pertanyaan terlintas di otak Virginia. Hingga ketika ia baru saja ingin meneliti jejak orang tadi, apa yang sudah dilakukan orang itu pada motor yang terparkir tersebut, sebuah suara terdengar masuk ke dalam gendang telinganya.

"Apa yang kau lakukan pada motorku?"

Spontan, Virginia berbalik. Seorang pemuda tinggi menatap tajam ke arahnya.

Wajah tampannya tidak memberikan kesan bahwa ia seorang pria yang ramah, sebab tidak ada ekspresi di sana. Datar, dan dingin.

"Aku?"

"Ya! Kamu!"

"Aku tidak melakukan apapun! Aku hanya memeriksa, tadi ada seorang pria yang berjongkok di motor ini, aku hanya ingin tahu, apa yang dia lakukan tadi, itu saja!"

"Benarkah?"

Pria yang tidak lain adalah Lian itu segera menghampiri motornya. Memeriksanya, dan....

"Mesinku dikerjai!" katanya, seolah pada dirinya sendiri.

"Terus, gimana?"

"Aku akan memperbaikinya!"

Virginia hanya berdiri mematung melihat kedua tangan pria itu yang dengan sangat cekatan membongkar penutup mesin motornya dengan beberapa alat yang ternyata tersedia di dalam beberapa saku celananya.

"Wah, kamu hebat! Kamu membawa peralatan motor di saku celanamu segala, seperti sudah sering mengalami kejadian tadi, ya?"

"Dengan kata lain kamu mau bilang, aku sering dikerjain orang?"

"Eh, bukan begitu, aku cuma bilang aku salut aja," ucap Virginia seperti merasa salah bicara.

"Sudahlah! Mungkin kau juga salah satu orang yang mengerjaiku tadi. Tidak usah sok memuji!"

Habis bicara demikian pria itu naik ke atas motornya.

Bersiap untuk tancap gas kembali. Sementara Virginia hanya mencibir saat mendengar tuduhan itu keluar dari mulut Lian.

Gadis itu melangkah ke tempat duduk tidak jauh dari di mana motor pemuda tinggi berwajah dingin tadi diparkir.

"Pemuda aneh. Ditolong, malah ngomel. Tersinggungan amat? Emangnya aku mau ngapain motor dia? Nggak mungkin juga aku makan!"

Kini, ganti Virginia mengomel. Gadis itu menghapus keringat yang membasahi wajahnya. Panas mentari hari ini membuat ia berkeringat. Rasanya gerah sekali, ingin minum es buah, atau sup buah, dia tidak punya uang cukup untuk berleha-leha.

Uangnya hanya cukup untuk ongkos naik angkot. Untuk makan pun ia bahkan sudah tidak ada.

Virginia teringat dengan Putri Virgo. Bukankah gadis di dalam tubuhnya itu tahu apapun yang ia inginkan?

Tapi, ia tidak mau melakukan apa yang sekiranya bisa membuat ia menggunakan kekuatannya tersebut.

Bukankah ketika kekuatan itu digunakan artinya ia berhutang? Virginia tidak mau berhutang.

Saat Virginia sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba deru mesin motor kembali terdengar, dan Virginia kaget ketika pria ketus itu ternyata kembali lagi ke tempat di mana tadi mereka bertemu!

Note: Terkadang niat baik seseorang diterima kurang baik oleh orang yang menerimanya lantaran terlalu berburuk sangka.

(Mengapa Lian kembali lagi?)


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login