"Apa yang sedang kalian bicarakan?"
Seperti berusaha untuk mencari tahu kebenaran dari apa yang ia dengar, pria itu melontarkan pertanyaan tersebut pada anak dan istrinya.
"Ti- tidak Ayah."
Entah kenapa, Cessie sangat khawatir jika apa yang mereka obrolkan tadi dengan ibunya didengar oleh ayahnya.
Pasti sangat menyakitkan. Sebab, sang ibu bicara hal yang sebenarnya tidak boleh dibicarakan terlalu gamblang.
"Ini! Anak kamu, dia sekarang malas sarapan seperti yang biasa kita lakukan, mungkin sekali-kali kita perlu sarapan seperti orang-orang gedongan, kamu lihat, aku sudah susah payah memasak, dia tidak mau makan sama sekali!!"
Sang ibu bicara demikian, dengan nada suara yang meninggi, dan itu membuat Cessie jadi gelisah, sebab ia tidak pernah punya pikiran untuk tidak mensyukuri makanan yang ada di hadapannya.
Hanya saja, entah kenapa, melihat ikan yang dihidangkan ibunya pagi ini, perutnya sangat mual, dan setiap kali ia melihat ikan tersebut, hewan itu seolah bicara dengannya seperti meminta pertolongan.
"Cessie, kamu tidak makan?" tanya sang ayah, pada anak gadisnya.
"Aku sudah mau telat, Ayah. Nanti aku makan ketika aku pulang bekerja."
Cessie berusaha untuk mencari alasan, agar sang ayah tidak salah paham, bahwa apa yang diucapkan oleh ibunya tadi benar adanya.
"Wajahmu pucat, kamu sakit?"
Ayah Cessie melangkah menghampiri sang anak, yang terbungkuk-bungkuk memegangi perutnya.
Sebelum sang ayah menghampiri dirinya, gadis itu segera berlari dan masuk ke dalam kamar mandi, lalu terdengar suara Cessie yang seperti memuntahkan segalanya dari dalam perutnya.
Melihat hal itu, sang ayah buru-buru menghampiri, mengusap punggung anaknya agar bisa membantu apa yang ingin dimuntahkan oleh sang anak bisa keluar dengan lancar.
"Kamu sakit?" tanya sang ayah sembari terus mengusap punggung anaknya serta memijit punggung itu secara perlahan.
"Perutku, mual, Ayah."
"Kamu terlalu lelah bekerja, tidak usah masuk kerja dahulu, istirahat di rumah," saran ayahnya dengan nada suara khawatirnya.
"Tidak apa-apa, aku masih bisa bekerja Ayah, aku tidak bisa libur. Ayah tidak perlu khawatir."
Cessie berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja, meskipun ia merasa sangat mual seperti ada sesuatu yang bergolak di dalam perutnya sekarang ini.
"Anak kamu itu seperti hamil! Masa iya melihat ikan yang aku goreng saja, dia bilang mual? Penghinaan sekali."
Sang ibu tiba-tiba saja ikut menghampiri mereka, dan bicara demikian hingga membuat sang suami geleng-geleng kepala.
"Jangan sembarangan bicara, bisa saja dia masuk angin, sampai seperti ini, tolong ambil minyak angin."
Sang istri mencibir mendengar perintah sang suami, wanita itu mau tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya tersebut.
Beberapa saat kemudian, ia sudah kembali dengan minyak kayu putih di tangan.
Ayah Cessie langsung menerima minyak kayu putih tersebut, dan segera membantu anaknya untuk mengoleskan minyak itu pada tengkuk dan perut anaknya.
Ketika ayah Cessie menyingkap pakaian yang dipakai oleh Cessie di bagian perut, pria itu terkejut ketika ada gambar dua ikan berenang berlawanan arah di perut sang anak tepat di samping pusar anaknya.
"Kamu memakai tato, Cessie?" tanya sang ayah, dengan tatapan mata heran.
Tentu saja heran, anaknya bukan gadis yang suka dengan hal-hal seperti itu. Ia sangat tahu Cessie, karena Cessie sangat dekat dengan dirinya.
Sementara itu, Cessie yang mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya ikut memperhatikan bagian perutnya.
Gadis itu juga terkejut, ketika melihat ada gambar dua ikan yang berenang berlawanan arah, di samping pusarnya.
Sejak kapan ada gambar itu di sana. Saat ia mandi tadi, ia sangat ingat, tidak ada gambar ikan itu di perutnya, mengapa sekarang ada gambar seperti tato itu di perut bagian sampingnya?
"Wah! Diam-diam kamu nakal, ya, Cess? Sejak kapan kamu memakai tato? Pantas saja kamu sekarang mual-mual, siapa yang sudah menghamili kamu!"
Lagi-lagi suara ibunya terdengar, dan Cessie tidak tahu harus bicara apa untuk membantah apa yang diucapkan oleh ibunya.
Bagaimana ingin membantah? Ia sendiri saja tidak tahu mengapa sekarang dia jadi memiliki tato dua ikan segala di perutnya.
"Cessie, apakah benar, kamu memasang tato di perut? Kenapa harus di perut, tempat itu sangat rawan, Nak!"
Kali ini suara ayahnya juga terdengar dan membuat Cessie semakin kebingungan.
"Maaf, aku harus berangkat bekerja dahulu, nanti kita bicara lagi."
Tanpa menjawab pertanyaan kedua orangtuanya. Cessie melewati ayah dan ibunya, sembari terus berusaha untuk menahan rasa mual yang seperti mengaduk-aduk perutnya.
Meninggalkan kedua orang tuanya yang semakin dilanda kebingungan melihat tingkahnya pagi ini.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Aku tidak pernah melihat Cessie sampai seperti itu," gumam ayah Cessie ketika anaknya sudah menghilang dari balik pintu depan.
"Mungkin saja dia punya pacar orang kaya, lalu melakukan hubungan intim sebelum menikah, agar ia bisa menjerat pria itu selamanya."
"Jangan sembarangan! Dia anak kita! Kenapa kamu bisa bicara seperti itu untuknya? Cessie bukan wanita murahan, meskipun hidup sederhana, aku yakin dia tidak akan menjual tubuhnya untuk harta semata!"
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, sang suami meninggalkan istrinya yang hanya mencibir mendengar apa yang diucapkannya tadi.
Tidak habis pikir, mengapa istrinya bisa bicara demikian pada anak mereka sendiri.
***
Di waktu yang sama, di sebuah pasar tradisional....
"Ibra, bisa gantikan ayah untuk menjual ikan-ikan ini sebentar? Ayah mau ke mushola depan dahulu."
Seorang pria berusia lanjut mengucapkan kalimat itu pada seorang pemuda yang ia panggil Ibra, atau nama lengkapnya Muhammad Ibrahim Libra.
Pria berusia lanjut itu beranjak tanpa menunggu persetujuan dari anaknya, bahwa sang anak mengiyakan apa yang tadi ia katakan.
Belum lagi sang anak menyahut atas ucapan sang ayah, sebuah motor melintas kencang di jalan dekat pasar di mana Ibra dan ayahnya berjualan ikan di pasar tersebut.
Dalam sekejap mata, satu orang yang membonceng di belakang motor itu mengeluarkan senjata tajam, dan tanpa diduga menebaskan senjata tajam itu ke arah ayah Ibra yang saat itu berdiri di tepi jalan untuk menyeberang menuju musholla.
Semua itu berlangsung sangat cepat, hingga dalam sekejap, tubuh ayah Ibra roboh bersimbah darah!
Beberapa orang yang melihat kejadian itu segera mengejar motor tersebut, sebagian lagi berusaha membantu ayah Ibra yang terluka parah.
Ibra sendiri juga segera memburu ayahnya, dan terkejut ketika melihat sang ayah sudah tergeletak bersimbah darah dengan luka sabetan di leher hingga membuat leher sang ayah tersebut terluka parah!
Pemuda itu berteriak histeris memanggil ayahnya, tidak terima dengan apa yang sudah terjadi ketika ia tadi justru sibuk merapikan ikan-ikan yang mereka jual di dalam kios, ketika ayahnya pamit untuk ke mushola di depan pasar.
Bersamaan dengan teriakan Ibra yang menggema di pasar itu, sebuah sinar keluar dari arah telapak tangan pemuda tersebut. Sinar kuning keemasan yang kemudian menyambar tubuh sang ayah yang tergeletak bersimbah darah, dan sinar itu menyelimuti tubuh itu hingga membuat warga sekitar yang ingin memberikan pertolongan pada ayah Ibra lari tunggang langgang karena khawatir sinar kuning keemasan itu mencelakakan mereka!
Note: Hidup itu misteri, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi satu jam kemudian, maka pergunakanlah waktu yang ada sebaik mungkin.
(Apakah Muhammad Ibrahim Libra pemuda yang mendapatkan kekuatan dari bintang Libra?)