Baixar aplicativo
95.83% Tengku Nik , Mr . Dingin / Chapter 46: Tengku Nik , Mr . Dingin

Capítulo 46: Tengku Nik , Mr . Dingin

📌 PART 46

Nik melabuhkan punggung nya di sisi Humaira , first-aid di letakkan di atas meja tepi katil . Dia membelai lembut rambut Humaira , bibirnya di daratkan di pipi isterinya . "𝖴𝗆𝗉𝗁 , 𝖺𝗐𝖺𝗅 𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗇𝗀𝗎𝗇" . Kata Humaira yang sudah terjaga dari tidurnya . Nik hanya tersenyum memandang Humaira yang menenyeh matanya , tanpa sedar , Humaira perlahan-lahan maraba belakangnya dalam keadaan yang masih mamai . Nik hanya memandang pergerakan Humaira , dia ingin melihat sejauh mana Humaira dapat menyembunyikan lukanya sambil badannya di sandarkan .

"𝖠𝗎𝖼𝗁𝗁𝗁 , 𝗉𝖾𝖽𝗂𝗁𝗇𝗒𝖺𝖺 . 𝖧𝗆𝗆 , 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗉𝗎 𝗎𝖻𝖺𝗍 𝗇𝗂 , 𝗍𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂" . Keluh Humaira manja . '𝘯𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘦 𝘯𝘪 ? 𝘵𝘢𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪 𝘱𝘶𝘭𝘢𝘬 ? 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘳 𝘬𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘢 ? 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘯𝘪 . 𝘩𝘢𝘪𝘴𝘩𝘩 , 𝘢𝘱𝘢 𝘭𝘢𝘢 𝘱𝘰𝘭𝘰𝘴 𝘴𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘪' , omel Nik dalam hati . "𝖠𝗁𝗁𝗁𝗁 , 𝖺𝗉𝖺 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗓𝗂𝗉 𝗇𝗂 𝗋𝗈𝗌𝖺𝗄 ! 𝖺𝗁𝗁𝗁𝗁 !" . Geram Humaira apabila dia dapati yang zip baju nya tiada , matanya masih lagi tertutup rapat . Nampaknya memang sah laa yang Humaira dalam keadaan masih mamai , hikss ! . "𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖾𝗇𝗀𝖺𝗃𝖺 𝗋𝗈𝗌𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗉 𝗆𝖺𝗇𝖺 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝗈𝗋𝗈𝗄 𝖻𝖾𝗇𝖽𝖺 𝗇𝗂" . Sahut Nik sambil berpeluk tubuh .

Mendengar suara garau Nik , Humaira seperti telah kembali ke alam nyata dan berpijak di bumi yang nyata juga . Wajah nya terus di palingkan ke arah Nik yang bersuara dari belakangnya , "𝖧𝖺𝗁 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀" . Kata Humaira sambil matanya terkebil-kebil memandang Nik . "𝖪𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗄𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗅𝖾𝖻𝖺𝗆-𝗅𝖾𝖻𝖺𝗆 𝗇𝗂 ?" . Tanya Nik dengan nada mendatar . Humaira masih lagi memandang Nik , dia seperti telah mati kata-kata , perlahan-lahan dia mengetap bibirnya . "𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗍𝖺𝗄 ? 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋𝗇𝗒𝖺 𝗍𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗉𝖾𝖽𝗂𝗁 𝗅𝖾𝖻𝖺𝗆 𝗇𝗂 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗄𝗂𝗍" . Ngadu Humaira , matanya berkaca-kaca . Wajahnya segera di palingkan , perlahan-lahan dia menundukkan kepalanya .

Nik mula mendekati Humaira , "𝖡𝖺𝗀𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗉𝗎 𝗄𝖺𝗇 𝗎𝖻𝖺𝗍 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 ? 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝗉𝖺𝗄𝗌𝖺 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 , 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗎𝗄𝖺 𝖻𝖺𝗃𝗎 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 ? 𝗍𝖺𝖽𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗆𝗉𝖺𝗄 𝗅𝖾𝖻𝖺𝗆 𝗇𝗂 𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄" . Pinta Nik sambil memegang pinggang Humaira . Humaira pun akur , dia perlahan-lahan membuka baju nya , sekali lagi tubuh putih Humaira menjadi santapan mata suaminya . Melihat Humaira patuh akan arahannya , tangan Nik laju melingkari pinggang Humaira yang tidak berlapikkan apa-apa . Humaira tersentak kerana belakangnya bersentuhan dengan tubuh sasa Nik , "𝖠𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗉𝗎 𝗎𝖻𝖺𝗍 ? 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖾𝗅𝗎𝗄 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 ?" . Tanya Mairah gugup , entah mengapa kalau setiap kali Nik menyentuh nya , hatinya terus berdebar-debar . Layar mindanya terus mengingatkan kejadian semalam , '𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘭𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘨𝘪 , 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘢 , 𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘶𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘔𝘢𝘪𝘳𝘢𝘩' , gumam Humaira , takut nafsu nya mulai tidak terkawal .

Nik meletakkan bibirnya di tengkuk Humaira , pelukannya tambah di kemaskan lagi , "𝖬𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝖽𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗉𝗎 𝗎𝖻𝖺𝗍 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗍𝖾𝗇𝗀𝗈𝗄 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝖾𝖻𝖺𝗃𝗎 , 𝗋𝖺𝗌𝖺 𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗍𝗂𝖻𝖺𝗂 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗉𝖺𝗀𝗂 𝗇𝗂 . 𝖲𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗂𝗓𝗂𝗇𝗄𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗄 ?" . Sahut Nik dengan nada gatal , nafas kasar Nik terasa di telinganya . "𝖧𝗆𝗆 , 𝖺𝗉𝖺 𝗄𝖺𝗍𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 𝖽𝗎𝗅𝗎 , 𝖻𝗂𝗅𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖽𝖺𝗁 𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 , 𝖻𝖺𝗋𝗎 𝗅𝖺𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗌𝖺𝗉𝗎 𝗎𝖻𝖺𝗍' . Elak Humaira dengan terketar-ketar . "𝖮𝗄𝖺𝗒 , 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀" . Kata Nik lagi , dia sengaja ingin mengusik Humaira .

"𝖠𝗁𝗁𝗁 , 𝗍𝖺𝗄𝗇𝖺𝗄 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 𝗌𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀" . Bantah Humaira sambil tangannya ingin melepaskan tangan Nik dari melingkari pinggangnya . "𝖲𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗋 𝗉𝖾𝗋𝗂𝗇𝗍𝖺𝗁 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂 𝗄𝖾 ? 𝖽𝖺𝗁𝗅𝖺 𝖻𝖺𝗅𝗂𝗄 𝗄𝖺𝗆𝗉𝗎𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝗆𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗂𝗓𝗂𝗇" . Sindir Nik yang masih belum melepaskan pelukannya . "𝖨𝗌𝗁𝗁 .. 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂 𝗄𝖺𝗇 , 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝗉𝖾𝗋𝖺𝗇𝗀𝖺𝗂 𝗅𝖺𝖺" . Geram Humaira sambil sambil memukul lembut tangan Nik . "𝖠𝗉𝖺 𝗉𝗎𝗅𝖺𝗄 𝖼𝖺𝗄𝖺𝗉 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗍𝗎 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂 𝗃𝖾 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 , 𝗍𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇 𝗍𝗎 𝗉𝗎𝗇 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁" . Balas Nik , laju bibirnya mencium pipi Humaira . "𝖲𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗀𝖾𝗋𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂 , 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗎 𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅 𝗉𝖺𝗄𝖺𝗂 𝖻𝗋𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗌𝗉𝖾𝗇𝖽𝖾𝗋 𝗃𝖾 , 𝗍𝖺𝗄𝗄𝖺𝗇𝗅𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗅𝖺𝗋𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂 𝗍𝖺𝗇𝖽𝖺𝗌 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝖺𝖽𝖺𝖺𝗇 𝗆𝖺𝖼𝖺𝗆 𝗍𝗎" . Usik Nik lagi sambil ketawa kecil . Muka Humaira sudah masam mencuka dengan bibirnya pula yang sudah memuncung .

Nik terus bingkas bangun , laju Humaira menutup badannya dengan selimut . "𝖳𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗄𝖺𝗍 𝗆𝖺𝗇𝖺 ?" . Tanya Nik sambil mengangkat keningnya . "𝖠𝖽𝖺 𝗄𝖺𝗍 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝖺𝗅𝗆𝖺𝗋𝗂" . Balas Humaira acuh tak acuh . Nik pun membuka almari dan mengambil tuala Humaira , Humaira terus menghulurkan tangannya untuk meminta tuala daripada Nik . "𝖧𝗆𝗆 , 𝗄𝖾𝗃𝖺𝗉 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗀𝗂" . Kata Nik dan terus meletakkan tuala Humaira di bahu nya . "𝖠𝗁𝗁𝗁 , 𝖺𝗉𝖺 𝗇𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 ! 𝖻𝖺𝗀𝗂𝗅𝖺𝖺 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗍𝗎𝗎 !" . Marah Humaira lalu memuncungkan mulutnya . "𝖭𝗈 , 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖺𝗀𝗂 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗎𝖺𝗅𝖺 𝗇𝗂 , 𝖼𝗇𝖿𝗆 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗅𝖺𝗋𝗂 𝖽𝗎𝗅𝗎 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖺𝗂𝗋" . Sinis Nik , laju tangannya mengambil tuala putih di dalam beg nya . Dengan selamba dia membuka seluar nya serta boxer nya di hadapan Humaira . "𝖨𝗌𝗁𝗁 𝖺𝗉𝖺𝖺 𝗇𝗂𝗂 ! 𝗍𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗅𝗎 𝗄𝖾 𝖻𝗎𝗄𝖺 𝗌𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀" . Geram Humaira sambil tangannya menutup matanya . "𝖤𝗅𝗅𝖾𝗁 , 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗉𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗅𝗎 , 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗎 𝗂𝗌𝗍𝖾𝗋𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗃𝗎𝗀𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗇 . 𝖡𝗎𝗄𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗎𝗄𝖺 𝖽𝖾𝗉𝖺𝗇 𝗄𝖾𝖽𝖺𝗂 𝗆𝖺𝗆𝖺𝗄 𝗉𝗎𝗇" . Selamba saja Nik melontarkan kata-katanya .

Setelah dia melilitkan tuala di pinggangnya , dia pun terus menghulurkan tuala Humaira . Melihat Humaira sudah memakai tuala nya , dengan pantas Nik mendukung tubuh Humaira yang berbalut tuala hingga paras lutut . "𝖨𝗌𝗁 , 𝖺𝗉𝖺 𝗇𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 .. 𝗍𝖺𝗄𝗉𝖺𝗒𝖺𝗁𝗅𝖺 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗎𝗄𝗎𝗇𝗀 , 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂 𝗅𝖺𝖺" . Marah Humaira sambil meronta-ronta minta di lepaskan . "𝖩𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗌𝗒𝗂𝗄 𝗇𝖺𝗄 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝖻𝗈𝗅𝖾𝗁 𝗍𝖺𝗄 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 , 𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗇𝗒𝖺 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗎𝗄𝗎𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗌𝗎𝗄 𝖻𝗂𝗅𝗂𝗄 𝖺𝗂𝗋 , 𝗋𝗈𝗆𝖺𝗇𝗍𝗂𝗄 𝖺𝗉𝖺𝖺" . Balas Nik yang tidak sudah-sudah mau mengalah . Humaira pun yang sudah penat ingin melepaskan diri , akhirnya akur dan terus merangkul leher Nik . Nik terus tersenyum kemenangan , dia melihat wajah Humaira sekilas , melihat renungan isterinya itu tajam , dengan selamba nya lagi dia mencium bibir Humaira sekilas . "𝖦𝗎𝖽𝗀𝗂𝗋𝗅 𝗅𝖺𝖺 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗂" . Kata Nik sambil tersengih-sengih , mereka pun akhirnya masuk ke bilik air bersama yang terletak di bawah .

Setelah mandi dan memakai baju , Humaira pun pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan . Barang dapur pun telah di beli olehnya masa datang kampung tempoh hari . Dia melihat jam di tangannya sekilas yang menunjukkan pukul 8:02 minit pagi , setelah menghidangkan nasi goreng simple bersama kuah tomyam , dia pun memanggil Nik untuk menjamah sarapan yang telah siap .

Setelah menjamu selera , Nik turun ke bawah untuk menghirup udara pagi itu . Dia melabuhkan punggungnya nya di sebuah pondok kecil tepi rumah Humaira . Nik tersenyum sendiri apabila mengingatkan peristiwa semalam , "𝖥𝗎𝗁𝗁𝗁 , 𝗍𝖾𝗇𝖺𝗇𝗀 𝗃𝖾 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗄𝖺𝗍 𝗄𝖺𝗆𝗉𝗎𝗇𝗀 𝗇𝗂" . Kata Nik sambil menikmati angin di situ . Humaira yang telah selesai mengemas dapur , dia pun menuju ke arah suaminya . "𝖠𝗆𝖻𝗈𝗂 , 𝗌𝖾𝗇𝗒𝗎𝗆 𝗌𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀-𝗌𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗆𝗉𝖺𝗄" . Tegur Humaira sambil melabuhkan punggungnya di sebelah Nik . Nik terus tersenyum lebar apabila melihat Humaira berada di sampingnya . "𝖨𝗇𝗀𝖺𝗍𝗄𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖺𝗄𝗇𝖺𝗄 𝗍𝖾𝗆𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗎𝖽𝗎𝗄 𝗌𝗂𝗇𝗂" . Kata Nik sambil melihat wajah Humaira dari samping .

Humaira pun terus merangkul lengan Nik , kepalanya di lentokkan di bahu suaminya . "𝖬𝖾𝗌𝗍𝗂𝗅𝖺 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗍𝖾𝗆𝖺𝗇 , 𝗅𝖺𝗀𝗂𝗉𝗎𝗇 𝗄𝖺𝗍 𝖽𝖺𝗅𝖺𝗆 𝗍𝗎 𝗍𝖺𝗄𝖽𝖾 𝖺𝗉𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗇𝖺𝗄 𝖽𝗂 𝖻𝗎𝖺𝗍" . Balas Humaira yang sedikit mendongak melihat wajah kacak Nik . "𝖲𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗁𝖺𝗉𝗉𝗒 𝗍𝖺𝗄 𝗄𝖺𝗐𝗂𝗇 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 ?" . Tanya Nik sambil mencium kepala Humaira sekilas yang berlapik tudung shawl berwarna hitam . "𝖬𝖾𝗌𝗍𝗂𝗅𝖺 𝗁𝖺𝗉𝗉𝗒 , 𝗐𝖺𝗅𝖺𝗎𝗉𝗎𝗇 𝗌𝗂𝗄𝖺𝗉 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖽𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 , 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝗋𝗈𝗆𝖺𝗇𝗍𝗂𝗄 . 𝖣𝖺𝗇 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝗁𝖺𝗉𝗉𝗒 , 𝖺𝖻𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅-𝖻𝖾𝗍𝗎𝗅 𝗌𝖺𝗒𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝖬𝖺𝗂𝗋𝖺𝗁" . Balas Humaira sambil tersnyum . Nik terus tersenyum lebar mendengar balasan dari Humaira , hatinya berasa lega apabila dapat mendengar pujian dari Humaira . Sungguh suasana pada pagi itu dapat menyemaikan sebuah pasangan suami isteri yang sangat sedondon .


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C46
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login