Baixar aplicativo
45% Selingkuh Romantic Gay / Chapter 9: RG 9

Capítulo 9: RG 9

Sekarang Nizar bersama Novi sedang duduk bersandingan mengobrol di Sofa Panjang yang berada di depan kasir.

"Beib, katanya hari ini ada pameran baju distro murah loh. Kesana yuk?" Ajak Novi.

"Lo pasti gak mau ya beib, kalau gw ajak kesitu?" Ucap Novi kembali.

"Ah lo Vi, bisa-bisanya lu ngomong kayak gitu ke gw? Gw juga masih kangen jalan ke Pasar Malem sama ke tempat Bazar yang kayak begituan." Ucap Nizar.

"Ya kali, semenjak lo sama Dimas ini gw perhatiin lu jarang beli baju Distro." Ucap Novi.

"Apaan sih beib, kebetulan saja Dimas emang suka belanjanya di Depstore, ya gw ikutan lah." Ucap Nizar.

"Aslinya mah gw tuh selalu kangen jalan ke Pasar Malem sama liat-liat yang kayak begituan. Gw juga pengen makan cilok sama otak-otak. Sayangnya Dimas tidak pernah mau kalau di ajak ke Pasar Malem beib." Ucap Nizar.

"Ada acara Band kerennya loh beib disitu. Jadi gimana beib, mau ikut gak nanti malem? Gw sama Apri sih, mau kesitu sekedar iseng buat nyari cemilan. Kalo Apri, gak tahu deh dia mau cari apaan." Ucap Novi.

"Palingan mau cari laki beib." Ucap Nizar.

"Ssst, jangan kenceng-kenceng beib ngomongnya? Nanti Apri marah kalo lu ngomong kayak gitu." Ucap Novi.

"Lupa gw beib. Hahaha.." Ucap Nizar.

Somel sedang membeberkan uang puluhan jutaannya kembali sambil membuka-buka Box Ponsel Apel terbarunya.

"Vi.." Somel memanggil Novi.

"Iya nyonya.." Ucap Novi memanggil Somel dengan sebutan Nyonya.

"Sini deh Vi.." Ucap Somel dengan nada suara melambainya.

"Beib, bentar ya gw di panggil sama kakak lu?" Ucap Novi sambil memegang Pahanya Nizar.

"Kakak gw? Kakak lu itu mah Vi. Ya udah sono." Ucap Nizar.

Sejenak Novi berdiri lalu membenahi dress ketatnya, setelah itu Novi berjalan menyilang menghampiri Somel.

"Kenapa Nyonya?" Ucap Novi sambil memegang pundaknya Somel yang sedang duduk menghadap cermin salon dari belakang.

"Duduk Vi, badan gw pegel-pegel, pijitin Vi?" Ucap Somel.

Novi mengambil kursi bulat lalu duduk di belakangnya Somel. Novi memijat pundaknya Somel sambil mengobrol.

"Liat duit gw banyak gak?" Ucap Somel.

"Banyak banget nyonya." Ucap Novi memuji Somel sambil memijat pundaknya Somel.

"Lu bisa ngaktifin Apel gw gak Vi?" Pinta Somel.

"Ah, gw gak bisa nyonya. Nizar tuh bisa." Ucap Novi.

"Nizar anak baru itu?" Ucap Somel sambil melirikkan matanya menatap Nizar yang sedang duduk kalem dari cermin.

"Sudah sebulan dia disini nyonya. Lu aja yang gak pernah masuk, makanya baru ngeliat." Ucap Novi.

"Ya itulah. Mau sebulan dua bulan tetep aja anak baru. Tengil pula." Ucap Somel.

"Baik koq nyonya anaknya. Lu aja belum kenal. Dia itu temen lama gw nyonya." Ucap Novi.

"Oh gitu, ya sudah coba lu yang panggil Vi. Waktu siang dia habis ngerjain gw, suruh mijitin badan gw, gak mau dia. Belum tahu apa siapa gw disini. " Ucap Somel.

"Oke, gw panggil ya Nyonya?" Ucap Novi.

"Iya." Ucap Somel.

"Beib.." Seru Novi memanggil Nizar sambil duduk di belakang Somel.

"Kenapa beib?" Ucap Nizar sambil duduk di Sofa panjang.

"Sini deh?" Pinta Novi.

"Duh, pasti Novi di suruh Somel untuk memanggil gw." Ucap Nizar di dalam hatinya.

"Oke beib." Ucap Nizar sambil mendirikan badannya.

Nizar berjalan mendekati Somel dan Novi. Novi kembali memijat punggungnya.

"Kenapa beib?" Ucap Nizar sambil berdiri di sebelahnya mereka berdua.

Somel langsung menatapnya.

"Lu bisa ngaktifin Apel gak?" Pinta Somel.

"Gak bisa kak." Ucap Nizar.

"Beib?" Novi menegur Nizar.

"Kalo bisa emangnya kenapa kak?" Ucap Nizar.

"Aktifin tuh Apel gw." Pinta Somel dengan nada ketusnya.

"Gak ah." Ucap Nizar sambil beranjak berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Heh!" Ucap Somel sambil memegang tangannya Nizar sedikit keras.

"Kenapa lagi kak?" Ucap Nizar.

"Aktifin Apel gw!" Ucap Somel.

"Oke gw akan aktifin Apel lu? Tapi bukan kayak gitu caranya lu meminta ke gw untuk aktifin itu Apel." Ucap Nizar.

"Terus gw harus kayak gimana?" Ucap Somel.

"Jangan lupa dalam dialog permintaan lu? Lu harus ada kata "Tolong" dan satu lagi? Lu harus berkata dengan kata-kata yang sopan? Baru gw mau bantuin lu." Ucap Nizar.

"Terus gw harus ngulangi lagi?" Ucap Somel.

"Iya lah, lu harus ngulangi lagi dengan cara berbicara meminta tolong ke gw? Baru gw akan bantuin lu. Kalo gak? Gw gak mau bantuin lu." Ucap Nizar.

"Rese lu ah!" Ucap Somel mendadak harga dirinya Somel di cemooh oleh anak baru yang usianya setengah muda dari Somel.

"Mau atau gak? Kalo gak mau, gw pergi?" Ancam Nizar.

"Iya-iya ah gw ulangi lagi. Rese lu?" Ucap Somel.

"Good." Ucap Nizar.

"Zar, tolongin gw untuk aktifini ponsel gw ya?" Ucap Somel dengan nada keramahannya.

"Itu bisa ngomong dengan lembut? Kan lu jadi terlihat tampan kalo berbicara lembut kayak begitu." Ucap Nizar memuji Somel.

"Ya udah, gw ambil kursi bulet dulu." Ucap Nizar.

Nizar segera mengambil kursi bulet lalu duduk di sebelahnya Somel.

"Sini kak?" Nizar meminta ponselnya.

"Ini." Ucap Somel sambil memberikan Ponsel barunya.

Nizar segera mengaktifkan ponsel barunya Somel yang masih mati.

"Lu kenapa sih, gak langsung aktifin di gerainya saja kak?" Ucap Nizar sambil mengotak-ngatik ponselnya Somel.

"Itu gw dapet di kasih dari orang." Ucap Somel.

"Ooh.." Ucap Nizar sambil mengotak-ngatik ponselnya Somel.

"Bagus gak Zar itu Ponsel?" Ucap Somel.

"Bagus kak, ini kan ponsel yang terbaru." Ucap Nizar.

"Duit gw banyak gak Zar? Tuh liat?" Ucap Somel memamerkan uang puluhan Juta yang di beber di depan matanya Nizar.

"Banyak sih, tapi kalo duit orang, gw malu untuk memamerkannya." Ucap Nizar sambil terus mengotak-ngatik ponselnya Somel.

"Deg! Sakiiiitnya hati ini di permalukan sama brondong." Ucap Somel di dalam hatinya yang seketika darahnya membeku tidak dapat membalas kata-katanya Nizar.

"Sialan ini bocah tahu aja kalau duit ini bukan duit gw." Ucap Somel kembali di dalam hatinya.

"Dari mana lu tahu ini bukan duit gw?" Tanya Somel.

"Dari ponsel mahal ini yang berbicara." Ucap Nizar.

"Emangnya itu duit, punya siapa kak?" Tanya Nizar.

"Duit temen gw." Ucap Somel yang langsung terbuka dan hatinya seketika tidak berani untuk berkata kasar kepada Nizar.

"Ooh, hati-hati kak kalo duit orang jangan suka di Pamerin. Takut ada kejahatan yang memantau." Ucap Nizar.

"Oh iya, ini sudah aktif ya kak?" Ucap Nizar kembali sambil memberikan ponselnya Somel.

"Thanks ya Zar?" Ucap Somel.

"Oke." Ucap Nizar sambil berjalan kearah Sofa panjang untuk duduk kembali.

Sementara Novi masih meneruskan memijat badannya Somel.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C9
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login