"Ada apa ini ribut-ribut? Aleysa, Emily. Ada apa ini?"
"Ini Hans. Emily sengaja buat aku jatuh kaya gini."
"Engga Hans. Bohong. Aku aja ga tau kalo yang jatuh itu Aleysa."
"Udah, udah stop. Berisik tau ga. Ganggu saya kerja. Aleysa, lebih baik kamu pulang sekarang. Dan Emily, kamu masuk ke ruangan saya."
"Baik Pak."
Emily merasa menang dari Aleysa karena dia di suruh masuk ke ruang kerja Hans sedangkan Aleysa di suruh pulang oleh Hans. Emily memberikan senyuman dunianya kepada Aleysa. Emily dan Hans juga langsung masuk ke ruang kerja begitu saja tanpa memperdulikan Aleysa. Aleysa hanya bisa terdiam dan segera pergi meninggalkan kantor Hans.
"Tega-teganya Hans lebih membela Emily daripada aku. Tapi aku juga sadar diri karena cuma Emily yang Hans cintai. Bukan aku. Kalo gitu lebih baik aku pulang aja ke rumah," ucap Aleysa di dalam hatinya dan tanpa di sadari dia meneteskan air matanya di atas kedua pipinya. Aleysa langsung mengusap air matanya dan pergi meninggalkan kantor Hans dengan menggunakan taksi sambil menyimpan rasa kecewa dengan Hans.
*******
Dalam perjalanan Aleysa terus melamun. Tetapi Aleysa tetap ingin mampir di salah satu swalayan untuk membeli kebutuhan di dapur. Karena sayuran, daging dan yang lainnya sudah habis. Setelah rusa keluar dari swalayan itu, Aleysa hendak menunggu taksi yang sudah dia pesan. Tetapi Aleysa masih saja melamun. Hingga akhirnya hampir saja Aleysa tertabrak mobil. Untung saja ada seseorang yang langsung menyelamatkan dirinya.
"Aleysa awas," teriak orang itu. Kini Aleysa dan orang yang menyelamatkannya terjatuh ke pinggir jalanan. Aleysa dan orang itu hanya luka ringan saja.
"Kamu ga apa-apa?" tanya Ershad.
Ya, yang menyelamatkan Aleysa kali ini adalah Ershad. Aleysa tidak menyangka jika orang yang menyelamatkannya kali ini adalah orang yang sempat ingin mengambil tas miliknya.
"Engga, aku ga apa-apa. Kamu ga apa-apa?"
"Aku ga apa-apa Aleysa. Lagian kamu lagi mikirin apa si sampai ga sadar ada mobil lewat kaya gitu?"
"Engga. Aku ga mikirin apa-apa."
"Yaudah kalo gitu biar aku antar kamu pulang ke rumah ya? Aku ga mau kalo sampai kamu kenapa-kenapa lagi di jalan."
"Ga usah. Aku bisa sendiri. Terima kasih."
"Tapi Aleysa. Udah lah, aku antar kamu aja ya. Ini semua juga anggap aja sebagai rasa terima kasih aku ke kamu."
"I... Iya boleh kalo kamu maksa."
"Yaudah, ayo. Kamu mau pulang kan?"
"Iya aku mau pulang."
Akhirnya Aleysa pulang diantar oleh Ershad sampai ke rumah. Sebenarnya Aleysa merasa tidak enak jika pulang bersama dengan Ershad. Karena dia takut jika sampai Hans tahu kalo dirinya pulang bersama dengan laki-laki lain. Walaupun Aleysa juga tidak yakin jika Hans akan memarahinya karena masalah ini. Karena yang dia tahu Hans tidak mencintainya sama sekali. Sehingga Hans tidak akan cemburu dengannya.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan, kini akhirnya Aleysa tiba di rumah Hans. Ershad membantu membawakan belanjaan Aleysa sampai ke dalam rumah. Karena kaki Aleysa sedikit terluka. Sehingga untuk berjalan saja dia sepertinya sedikit kesulitan. Di ruang tamu kebetulan sekali ada Neneknya Hans dan Catline yang sedang menemninya.
"Aleysa. Ya ampun kamu kenapa?" tanya Neneknya.
"Kak Aleysa. Kakak kenapa? Dan kenapa kakak bisa sama kak Ershad?" tanya Catline.
"Kamu kenal laki-laki itu? Memangnya dia siapa?" tanya Neneknya kembali.
"I... Iya Nek. Kenalin, ini namanya Ershad. Dia yang waktu itu aku ceritain supaya bisa bekerja menjaga aku. Dia yang udah bantu aku cari Catline. Dan sekarang dia yang udah tolongin aku karena aku hampir aja ketabrak mobil, Nek," jelas Aleysa.
"Apa? Kamu hampir ketabrak mobil? Kok bisa si?"
"Ada yang luka ga? Yang mana kak? Biar Catline obatin ya."
"Nenek, Catline. Kalian berdua ga usah khawatir ya. Aku baik-baik aja kok. Cuma kaki aku kekilir sedikit. Nanti di kompres juga lukanya langsung sembuh."
"Yasudah kalo gitu. Ershad, Nenek berterima kasih banget ya sama kamu karena kamu udah tolongin cucu menantu Nenek. Kalo ga ada kamu, Nenek ga tau deh Aleysa sekarang bagaimana keadaannya."
"Sama-sama Nek. Kebetulan tadi saya lagi di tempat kejadian."
"Yaudah kalo gitu mulai hari ini kamu kerja untuk menjaga Aleysa ya. Nenek ga mau kal sampai dia kenapa-kenapa lagi. Apalagi sepertinya akhir-akhir ini ada yang sedang sengaja untuk menyakiti Aleysa."
"Iya. Aku setuju sama Nenek," sambung Catline.
"Bagaimana Ershad? Kamu mau kan?" tanya Neneknya kembali.
"Dengan senang hati Nek. Dengan senang hati saya mau bekerja menjadi penjaga untuk Aleysa."
"Syukurlah kalo gitu. Kamu bisa tinggal juga di paviliun belakang kalo kamu mau. Sekarang kamu boleh pulang untuk siapkan segala keperluan kamu dan kembali lagi besok pagi ya."
"Siap Nek. Kalo gitu saya pulang dulu ya Nek, Aleysa. Nanti kalo ada apa-apa langsung kabarin saya aja."
"Pasti. Sekali lagi makasih banyak ya Ershad," jawab Aleysa.
"Iya, sama-sama. Permisi semuanya."
Tanpa persetujuan Hans akhirnya Ershad bisa bekerja menjadi penjaga untuk Aleysa. Kali ini yang mengangkat Ershad untuk bekerja adalah Neneknya sendiri. Sudah pasti tidak akan ada yang bisa menggangu gugat semua keputusan Neneknya Hans itu.
"Yaudah kak Aleysa diam aja istirahat di kamar ya. Biar makan malam kali ini Catline aja yang masak. Kakak obatin aja luka kakak. Aku bisa masak kok."
"Yakin kamu bisa masak?" ledek Aleysa.
"Bisa dong. Siapa dulu kakaknya, hehe."
"Bisa aja. Yaudah kalo gitu aku pamit ke kamar dulu ga Nek. Aku mau obatin luka aku dulu sebentar."
"Iya, iya, kamu obati aja dulu luka kamu. Aduh, jangan sampai deh luka kamu menjadi parah."
"Iya Nek."
Aleysa masuk ke dalam kamarnya untuk mengobati lukanya dan juga sedikit beristirahat. Karena apa yang sudah menimpanya kali ini membuat Aleysa sedikit merasa trauma dan takut. Walaupun begitu Aleysa masih saja terus memikirkan perasaan Hans yang jelas-jelas Hans saja tidak pernah memikirkan perasaannya.
"Mulai besok Ershad udah bisa kerja menjadi penjaga aku atas izin Nenek. Tapi apa Hans setuju ya sama semua ini? Kemarin kan Hans bilang kalo dia ga setuju kalo Ershad jadi penjaga pribadi aku. Kalo dia masih ga setuju gimana? Kasihan Hans. Pendapatnya jarang sekali didengar oleh orang di rumah ini. Termasuk Neneknya sedniri," pikir Aleysa.
******
Hari telah berganti. Pagi ini terasa begitu tenang karena tidak ada kerinduan di atas meja makan. Hans dan Aleysa terlihat tenang walaupun sebenarnya Aleysa masih banyak menyimpan kesedihan akibat perbuatan Hans selama ini kepadanya. Ketika mereka semua sedang sarapan bersama, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang ke rumah Hans dan menghampiri mereka semua yang sedang sarapan bersama.
"Selamat pagi semuanya. Maaf saya sudah menganggu sarapan kalian semua," ucapnya.
-TBC-