"Iya hallo Nek. Ada apa Nek?"
"Kamu udah sampai kantor sayang?"
"Iya udah kok Nek. Ini baru aja Aleysa sampai di kantor."
"Yaudah kalo gitu coba kamu siapin Hans pakai makanan yang kamu bawa sekarang. Nenek tuh pingin banget liat kalian berdua romantis-romantisan."
Hans langsung memasang wajah juteknya kepada Aleysa. Membuat Aleysa takut dengannya.
"Tapi Nek. Hans masih sibuk kerja. Nanti juga di makan sendiri sama Hans nya. Aku mau langsung pulang Nek. Soalnya aku mau belanja bulanan untuk rumah."
"Sudah lah kamu jangan kebanyakan alasan. Pasti Hans kab yang suruh kamu cepat keluar dari sana. Mana sini handphonenya berikan kepada Hans."
"I... Iya, Nek."
Aleysa langsung memberikan handphonenya kepada Hans. Mau tidak mau Hans menerimanya. Kali ini sudah tidak ada lagi alasan untuk Hans mengelak dari Neneknya.
"Halo Nek. I... Iya Nek. Ada apa ya Nek?"
"Kamu itu sibuk kenapa si? Kamu jangan pura-pura sibuk. Kamu makan makanan yang dibawakan Aleysa sekarang juga. Dan Aleysa harus menyuapini kamu. Nenek mau liat sekarang juga. Jangan banyak alasan kamu sama Nenek."
Akhirnya Hans tidak bisa berkutik lagi. Hans hanya diam dan menuruti semua permintaan Neneknya.
"I... Iya Nek. Hans mau makan di suapini sama Aleysa."
"Nah gitu dong. Ayo Aleysa, kamu siapin Hans."
"I... Iya Nek."
Aleysa mulai menyuapini Hans dengan sangat lembutnya. Hans merasa sangat tertekan ketika harus di suapini oleh Aleysa. Wanita yang tidak dia cintai. Apalagi saat ini Neneknya sedang memantaunya melalui video call. Sedangkan Aleysa merasa sangat bahagia karena bisa sedekat itu dengan suaminya. Karena selama ini Aleysa tidak pernah sedekat ini dengan suaminya sendiri. Bagaimana Aleysa mau dekat dengan suaminya jika di pikiran Hans hanya ada Emily seorang.
Sedangkan dari luar pintu ruang kerja Hans sudah ada Emily yang sedang melihat mereka berdua.
"Kurang ajar banget Aleysa. Berani-beraninya dia dekat-dekat sama Hans. Mentang-mentang Neneknya Hans dukung hubungan dia sama Hans. Lagian kenapa Hans mau aja si di suruh-suruh kaya gitu."
Emily terus mendengarkan semua pembicaraan antara Aleysa dan Hans di dalam.
"Nah gitu dong. Nenek kan senang liatnya kalo kalian berdua seperti ini terus."
"Iya Nek," jawab Aleysa. Sedangkan Hans hanya terdiam saja.
"Yaudah kalo gitu dilanjut ya makan siangnya. Awas kalo sampai kalian berdua jauh-jauhan lagi. Nenek mau istirahat dulu."
"Iya Nek. Nenek istirahat aja. Bye Nek."
"Bye sayang."
Sambungan telepon di matikan. Akhirnya Hans merasa lega karena sudah tidak di awasi lagi oleh Neneknya. Hans langsung menjauhi tangan Aleysa yang hendak menyuapininya. Tetapi ternyata Aleysa sudah mulai berani dengan Hans. Aleysa menjawabi semua perkataan Hans mulai saat ini.
"Nenek kan udah ga telepon lagi. Jadi lebih baik kamu stop suapini aku kaya gini. Aku ga suka di suapini sama kamu."
"Emangnya kamu mau kalo aku bilang ke Nenek kalo kamu ga mau di suapin sama aku?"
"Kamu udah berani ya jawabin aku kaya gini? Ngancam juga."
"Aku ga ngancam Hans. Aku hanya mengingatkan kamu aja. Kan kasihan juga Nenek kalo kamu bohongi kaya gini."
"Terserah. Yaudah makan cepat. Aku mau cepat-cepat selesai makan sama kamu."
"Yaudah kalo gitu. Nih."
Akhirnya Hans lanjut makan siang bersama dengan Aleysa. Emily yang melihatnya dari jauh hanya bisa diam. Karena Emily juga tidak mau jika dirinya di pandang lemah lagi oleh Neneknya Hans. Apalagi Emily tahu jika Aleysa sudah mulai berani mengancam Hans.
"Ih nyebelin banget. Lebih baik gua ngalah dulu untuk kali ini. Tapi awas aja ya Aleysa, gua akan kasih pelajaran buat lu supaya lu ga berani dekat-dekat lagi sama Hans," ucap Emily di dalam hatinya.
*****
10 menit kemudian Hans selesai makan siang.
"Syukurlah udah selesai makan siangnya. Kalo perut kamu terisi kaya gini kan kamu bisa fokus kerjanya."
"Udah deh kamu ga usah banyak bicara. Aku kan udah selesai makannya. Lebih baik kamu pergi aja dari sini."
"Iya, iya. Ini aku mau pergi dari sini. Aku pamit dulu ya Hans. Semangat kerjanya."
"Iya. Ga usah banyak bicara."
"Iya, iya."
Aleysa keluar dari ruang kerja Hans. Aleysa akan kembali ke rumah. Karena tugas Aleysa untuk memberikan makan siang kepada Hans sudah selesai. Ketika Aleysa keluar dari ruang kerja Hans, tiba-tiba saja Aleysa terjatuh. Sebenarnya bukan tanpa sebab Aleysa bisa terjatuh seperti itu. Tetapi karena kaki Aleysa di hadang oleh kaki Emily membuat Aleysa terjatuh.
"Aduh," lirih Aleysa.
"Eh ya ampun makanya hati-hati kalo jalan. Sini biar saya bantu. Eh, Aleysa?"
Emily berpura-pura tidak tahu jika yang jatuh itu adalah Aleysa. Supaya Aleysa tidak tahu jika yang membuatnya terjatuh adalah Emily. Aleysa langsung terbangun dan menatap Emily dengan sangat dalam.
"Emily. Pasti kamu sengaja kan buat saya jatuh kaya gini?"
"Sengaja? Kamu jangan asal nuduh deh Aleysa. Aku aja ga tau kalo yang jatuh itu kamu. Lagian kurang kerjaan banget si aku buat kamu jatuh."
"Kurang kerjaan? Bukannya selama ini kamu emang kurang kerjaan ya? Karena selama ini kamu udah ganggu hubungan aku dan Hans."
"Hahaha. Apa? Aku ganggu hubungan kamu dan Hans? Kamu ga ngaca kalo kamu yang udah rusak hubungan aku dan Hans?"
Ternyata pertengkaran mereka berdua terdengar sampai ke dalam ruang kerja Hans. Hans yang merasa terganggu dengan suara mereka berdua langsung keluar menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut? Aleysa, Emily. Ada apa ini?"
"Ini Hans. Emily sengaja buat aku jatuh kaya gini."
"Engga Hans. Bohong. Aku aja ga tau kalo yang jatuh itu Aleysa."
"Udah, udah stop. Berisik tau ga. Ganggu saya kerja. Aleysa, lebih baik kamu pulang sekarang. Dan Emily, kamu masuk ke ruangan saya."
"Baik Pak."
Emily merasa menang dari Aleysa karena dia di suruh masuk ke ruang kerja Hans sedangkan Aleysa di suruh pulang oleh Hans. Emily memberikan senyuman dunianya kepada Aleysa. Emily dan Hans juga langsung masuk ke ruang kerja begitu saja tanpa memperdulikan Aleysa. Aleysa hanya bisa terdiam dan segera pergi meninggalkan kantor Hans.
"Tega-teganya Hans lebih membela Emily daripada aku. Tapi aku juga sadar diri karena cuma Emily yang Hans cintai. Bukan aku. Kalo gitu lebih baik aku pulang aja ke rumah," ucap Aleysa di dalam hatinya dan tanpa di sadari dia meneteskan air matanya di atas kedua pipinya. Aleysa langsung mengusap air matanya dan pergi meninggalkan kantor Hans dengan menggunakan taksi sambil menyimpan rasa kecewa dengan Hans.
-TBC-