"Aw," teriak Aleysa karena terkejut.
"Nyonya ga apa-apa Nyonya?" tanya asisten rumah tangganya.
"Engga. Saya ga apa-apa kok. Di lanjut aja masaknya. Saya mau obati luka saya dulu ya."
"Iya Nyonya, siap. Silahkan."
Aleysa pergi meninggalkan pekerjaannya untuk memasak. Aleysa ingin mengobati lukanya terlebih dahulu supaya tidak infeksi nantinya.
"Kenapa perasaan aku jadi ga enak seperti ini ya? Kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran Hans? Atau ada sesuatu yang terjadi sama Hans? Ya Tuhan. Dimana pun Hans berada sekarang, tolong jaga dan lindungi lah dia," pikir Aleysa di dalam hatinya.
Ketika Aleysa sedang mengobati luka yang ada di tangannya sendiri, tidak lama kemudian Neneknya Hans datang menghampiri Aleysa.
"Aleysa. Ya ampun. Itu tangan kamu kenapa sayang? Kenapa bisa luka seperti itu?"
"Eh, Nenek. Engga Nek. Aku ga kenapa-kenapa. Tadi cuma ga hati-hati aja waktu masak. Makanya kena pisau."
"Astaga Aleysa. Kamu itu harus hati-hati sayang."
"Iya Nek."
"Oh iya. Catline kemana? Kenapa dia ga kelihatan dari kemarin?"
Neneknya Hans sudah menyadari kehilangan Catline dari rumah itu. Aleysa bingung harus menjawab apa. Karena Aleysa tidak mungkin bicara jika Catline pergi karena sikap Hans yang sudah kasar dengan Catline. Sehingga Catline memutuskan untuk pergi dari rumah itu.
"Aku harus jawab apa ya ke Nenek? Ga mungkin kalo aku ceritakan semuanya ke Nenek," pikir Aleysa di dalam hatinya.
"Aleysa. Kamu kenapa? Kenapa kamu jadi melamun seperti ini? Dimana Catline?" tanya Neneknya Hans kembali.
"Catline kabur dari rumah ini Nek."
"Apa? Catline kabur? Kok bisa si? Kenapa? Apa Nenek ada salah ya sama dia?"
"Engga. Bukan gitu kok Nek. Catline itu kan emang anaknya manja banget. Jadi dia masih belum bisa terima aja kalo Ayahnya udah meninggal dunia. Emosinya juga kan masih naik turun. Jadinya seperti itu deh Nek."
"Ya ampun. Terus sekarang dia dimana? Kamu udah coba cari? Kasihan kan dia di luaran sana."
"Tadi Aleysa udah coba cari Nek, tapi Aleysa belum bisa menemukannya. Tapi sekarang udah ada orang yang bantu Aleysa untuk cari Catline. Semoga aja Catline bisa cepat ketemu Nek."
"Iya deh. Semoga aja."
******
Di luaran sana sudah ada Ershad yang membantu Aleysa untuk mencari keberadaan Catline. Ershad mencari ke seluruh tempat yang menurutnya tempat-tempat itu biasa di datangi oleh wanita yang sedang sedih. Dan semua perkiraan Ershad itu benar. Ershad menemukan Catline di salah satu taman yang berada di kota.
"Itu mirip Catline. Adiknya Aleysa. Iya. Aku yakin banget kalo dia itu Catline," pikir Ershad.
Ershad langsung menghampiri Catline yang sedang duduk di kursi yang berada di taman itu.
"Catline," panggil Ershad.
Catline langsung menengok ke arahnya. Catline yang tidak kenal dengan Ershad langsung berpikiran jika Ershad adalah laki-laki jahat yang akan mengganggunya. Bahkan Catline berpikir jika Ershad akan menyakitinya. Tetapi Catline juga bingung kenapa Ershad bisa mengetahui nama Catline.
"Kamu siapa?" tanya Catline.
"Akhirnya aku bisa temui kamu juga di sini. Ayo sekarang kita pulang," jawab Ershad smabil menarik tangan Catline. Tetapi Catline langsung menepis tangan Ershad.
"Ga mau. Kamu siapa? Kenapa kamu tau nama aku?"
"Aku Ershad. Aku di tugaskan untuk mencari kamu dari kakak kamu. Aleysa."
"Di tugaskan? Emang kamu siapanya kak Aleysa? Kenapa bisa saling kenal?"
"Ceritanya panjang. Nanti aku ceritain ke kamu semuanya. Sekarang lebih baik kita pulang dulu."
"Ga mau. Aku ga mah pulangs."
"Kamu itu kenapa si? Batu banget di bilanginnya. Emangnya kamu ga kasihan sama kakak kamu yang udah cariin kamu seharian ini?"
"Aku tuh kesal sama kak Hans. Kak Hans itu udah seiring banget nyakitin aku dan juga kak Aleysa. Tapi kak Aleysa justru selalu aja belain kak Hans. Aku juga kesal sama kak Aleysa. Biarin aku di sini. Kamu jangan bilang ke kak Aleysa atau siapapun itu kalo aku ada di sini."
Ershad terdiam. Dia memikirkan sesuatu.
"Hans selalu berbuat jahat ke Aleysa dan Catline? Kenapa? Apa karena Hans sebenarnya ga mencintai Aleysa? Karena selama ini Hans itu kan emang hanya mencintai Emily. Hans emang ga bersyukur banget dapat istri seperti Aleysa. Dia itu udah cantik, baik lagi," pikir Ersha di dalam hatinya.
Ershad langsung menepis semua pikirannya. Kemudian Ershad kembali membujuk Catline supaya dia mau segera pulang ke rumah.
"Oke kalo kamu emang ga mau pulang karena masalah itu. Tapi apa kamu ga kasihan sama kakak kamu? Kakak kamu itu udah cariin kamu seharian tapi ga ketemu. Kakak kamu juga tadi kelihatannya pucat karena kecapekan cari kamu. Emangnya kamu mau kalo kakak kamu sampai kenapa-kenapa karena kamu?"
Catline langsung terdiam mendengar ucapan Ershad barusan. Hingga akhirnya Catline mau kembali pulang ke rumah.
"Jadi gimana? Kamu mau pulang kan?" tanya Ershad kembali.
"Iya, iya aku pulang."
"Nah gitu dong. Ayo aku antar."
Akhirnya Catline mau juga kembali ke rumah Hans. Walaupun sebenarnya Catline masih sangat kesal dengan Hans. Catline juga masih kesal dengan kakaknya sendiri yang selalu membela Hans. Padahal jelas-jelas Hans sudah salah. Catline pulang ke rumah dengan diantar oleh Ershad sampai ke dalam rumah.
******
Hans dan Emily baru terbangun dari tidur mereka. Mereka terbangun dengan kondisi yang sama-sama saling terkejut dengan apa yang sudah mereka lakukan. Apalagi Emily berpura-pura sedang menangis demi mendapatkan simpati lebih dari Hans. Hans terbangun dari tidurnya dan langsung melihat ke arah Emily.
"Emily. Kamu kenapa nangis? Dan kita. Apa kita sudah melakukan hal yang tidak-tidak?"
"Kamu pikir? Kamu pikir aku itu menangis karena apa? Ya karena itu. Aku merasa udah ternodai Hans. Aku udah gagal menjaga kehormatan aku sebagai wanita."
Hans sangat terkejut dengan pernyataan Emily. Hans memang sadar jika dia sudah berduaan di dalam Apartement dengan Emily, tetapi Hans juga tidak percaya jika dirinya sudah melakukan hal sedalam itu.
"A... Aku minta maaf sama kamu. Aku juga ga sadar kalo kita udah melakukan hal itu."
"Jadi kamu ga mau mengakui semua ini? Kamu pikir kalo semua ini terjadi karena aku yang udah salah? Aku yang udah menggoda kamu? Gitu. Aku kecewa sama kamu Hans."
Kemudian setelah itu Emily langsung terbangun dari tempat tidur dan pergi meninggalkan Hans.
"Emily, Emily."
Hans memanggil nama Emily tetapi diabaikan oleh Emily begitu saja. Kini Hans sangat marah dengan dirinya sendiri.
"Ahhh... Kenapa gua sebodoh ini si? Kenapa aku sampai melakukan hal sedalam ini sama Emily? Kalo Nenek dan Mamah tau tentang ini semua, pasti mereka marah banget sama aku," pikir Hans.
Setelah itu Hans memutuskan untuk pulang ke rumah. Hans mau menenangkan dirinya sendiri. Karena keberadaan Hans di sana juga tidak bisa mengubah apapun. Apalagi saat ini Emily juga sedang marah dengan Hans.
-TBC-