Baixar aplicativo
14.89% A CEO WIFE NOTE (Bahasa Indonesia) / Chapter 7: Hidup Bersama

Capítulo 7: Hidup Bersama

"Yaudah kalo gitu sekarang kita kembali ke sana yuk," ajak Hans.

"Iya, ayo."

Hans dan Emily kembali ke makam Ayahnya Aleysa dan Catline. Ternyata ketika mereka berdua kembali, semua orang yang ada di sana melihat kedekatan Hans dan Emily. Bagaimana tidak, sekarang ini Hans menggandeng tangan Emily dengan sangat romantis.

"Hans. Kamu itu apa-apaan si. Kenapa kamu justru gandengan tangan seperti itu sama Emily? Kamu sekarang ini udah punya istri. Kamu harus bisa jaga hati istri kamu dong," bentak Neneknya Hans.

"Tapi Nek. Emily ini kan kekasih hati aku. Nenek tau sendiri kan?" jawab Hans dengan sangat emosi. Padahal sekarang itu dirinya sedang berbicara dengan Neneknya sendiri.

"Berani kamu bantah Nenek? Kamu itu udah punya istri. Dan kamu harus jaga hati istri kamu itu. Sekarang juga kita pulang semuanya. Pulang. Kamu juga Emily. Kamu pulang."

Emily hanya terdiam ketika di usir oleh Neneknya Hans. Karena jika Emily berontak, yang ada Emily semakin di benci oleh Neneknya Hans. Setelah itu Emily pergi dari makam itu. Begitupun dengan yang lainnya. Aleysa dan Catline pun ikut pulang ke rumah Hans.

******

"Bi... Bibi...," teriak Neneknya Hans.

Sekarang ini mereka semua sudah tiba di rumah. Begitu juga dengan Aleysa dan Catline. Walaupun sebelumnya Aleysa dan Catline sempat bertengkar sedikit karena kepindahan mereka berdua ke rumah Hans itu, tetapi kini akhirnya mereka berdua tetap pindah ke rumah Hans. Tetapi di dalam hati Catline masih terdapat perasaan emosi dengan Hans dan keluarganya.

Bukan asisten rumah tangganya yang datang, tetapi justru malah adik dari Hans yang datang menghampiri mereka semua. Adik dari Hans sampai saat ini belum mengetahui tentang masalah Hans yang menabrak Ayah Aleysa dan Catline. Karena dia adalah orang yang tidak peduli dengan masalah keluarganya sendiri.

"Loh, ini siapa Nek, Mah? Kok mereka bisa ada di rumah kita?"

"Iya. Dia ini Aleysa, dan ini adiknya, Catline. Aleysa itu adalah istri Hans."

"What? Istrinya kak Hans? Kok bisa? Kak Hans kapan nikahnya? Kok aku ga di undang si?"

"Gimana mau di undang? Ini aja nikahannya dadakan," jawab Hans dengan sangat cepatnya.

"Dadakan? Kok bisa si? Ini ada apa si sebenarnya?"

"Udah kamu ga usah banyak tanya. Mana itu Bibi? Bi... Bibi....," teriak Neneknya Hans kembali. Dan kali ini dia datang ke hadapan mereka semua.

"Iya, Nek. Ada yang bisa saya lakukan?"

"Iya tolong kamu siapkan satu kamar untuk Catline ya. Dan kamu Aleysa, kamu tidur dengan Hans."

"Apa?" jawab Hans dan Aleysa secara bersamaan.

"Kenapa kalian kaget seperti ini? Sudah seharusnya kalian berdua tidur satu kamar kan. Kan kalian berdua udah suami istri."

"Iya, Nek. Tapi aku belum siap. Aku juga tidak mencintai Aleysa. Jadi mana mungkin aku dan Aleysa tidur satu kamar."

Dengan teganya Hans berbicara soal perasannya di depan Aleysa tanpa memikirkan perasaan Aleysa. Aleysa hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Justru Catline lah yang angkat bicara.

"Kak Hans pikir, kak Aleysa cinta gitu sama kakak? Ya engga lah. Mana mungkin kakak aku cinta sama seorang pembunuh seperti kamu."

"Jaga ucapan kamu."

"Apa? Emang benar kan."

"Sudah, sudah. Kalian berdua jangan bertengkar. Maafkan sikap Hans ke kalian berdua ya Aleysa, Catline. Dan kamu Hans, jangan pernah kamu bicara seperti itu lagi dengan Aleysa. Lama kelamaan pasti kamu akan cinta dengan Aleysa. Udah semuanya bubar. Masuk ke dalam kamar kalian masing-masing. Nenek juga mau istrinya ini. Cape."

"Kalo gitu marih Nona, biar saya antar."

"Iya, Bi. Permisi semuanya."

Aleysa dan Catline pergi ke kamar mereka masing-masing di antar oleh asisten rumah tangga Hans. Sedangkan Hans dan Mamahnya masih berada di ruang tengah rumahnya.

"Mah. Mamah kenapa diam aja si? Kenapa Mamah ga belain aku si? Kenapa Mamah izinin Aleysa dan Catline tinggal di sini?"

Saat ini Hans sedang protes kepada Mamahnya tentang Aleysa dan Catline yang tinggal di rumah mereka mulai hari ini.

"Ya terus Mamah harus apa Hans? Mamah juga ga bisa apa-apa. Kamu tau sendiri kan kalo Nenek udah bilang A, ya harus dilakuin. Ga bisa di bantah lagi."

"Iya aku paham, Mah. Tapi masa aku harus satu kamar sama Aleysa si. Aku ga ada perasaan apa-apa sama dia, Mah."

"Yaudah lah kamu jalanin aja. Dia itu kan sekarang istri kamu. Daripada kita ketahuan sama orang lain kalo keluarga kita terkena kasus seperti ini. Udah ah, Mamah juga mau ke kamar."

Ternyata Mamahnya pun tidak bisa membantu dirinya dari peraturan Neneknya itu. Dia justru malah pergi meninggalkan Hans sendiri.

"Semua orang yang ada di sini cuma bikin aku emosi aja. Lebih baik aku pergi dari sini."

Bukannya menemani istrinya yang baru saja kebilangabt Ayahnya karena perbuatan dirinya, Hans justru malah pergi begitu saja meninggalkan Aleysa. Kemana lagi Hans kalau bukan pergi ke Apartemen tempat Emily tinggal di sana.

******

- Pesan masuk di terima -

Hans Sayang

[Aku ke Apartemen kamu sekarang juga.]

"Aduh. Hans mau ke sini lagi. Kenapa mendadak kaya gini si? Aku harus bilang ke Hans kalo aku ga bisa ketemu sekarang."

Emily langsung menelepon Hans supaya Hans tidak datang ke Apartemennya sekarang. Tetapi sayangnya Hans sedang di jalan dan batre handphonenya low. Sehingga Hans tidak bisa menerima telepon atau pesan sekalipun dari Emily.

"Aduh handphonenya Hans ga aktif lagi. Gimana dong?"

Emily terlihat sangat kebingungan. Ketika dia sedang kebingungan dan emosi, anak kecil itu justru malah datang menghampirinya.

"Mamah," panggil anak kecil itu.

Salah satu rahasia Emily yang dia tutup-tutupi dari Hans adalah tentang masalah kecil ini. Anak kecil ini sebenarnya adalah anak kandung dari Emily. Karena sebelumnya Emily memang sudah pernah menikah dengan laki-laki lain dan mempunyai anak perempuan yang sekarang sudah berusia 10 tahun. Emily sengaja tidak pernah menceritakan semuanya kepada Hans. Karena jika Hans tahu, sudah pasti Hans dan keluarganya tidak akan menerimanya lagi. Dan sekarang Hans akan datang ke Apartemennya secara mendadak. Ketika anaknya sedang berada di Apartemen itu juga.

"Kenapa lagi ini. Kamu kenapa nak?"

"Kita main yuk, Mah."

"Aduh ini dia malah ngajak main lagi. Sedangkan Hans malah mau ke sini. Aku harus umpatin Maira sekarang juga," pikir Emily di dalam hatinya.

"Yaudah sekarang kita main yuk. Mamah tutup mata Mamah, nanti kamu mengumpat. Tapi kamu jangan keluar dulu sebelum Mamah panggil kamu. Gimana? Mau ga? Mau kan ya?"

-TBC-


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C7
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login