Baixar aplicativo
54.54% DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 24: BAB 24

Capítulo 24: BAB 24

"Kamu jangan sekali-kali memfitnahku, Haris!" ucapku penuh penekanan dengan telunjuk tepat di depan wajahnya. Aku berusaha mengelak dari tuduhannya dengan mengancamnya.

"Kamu pikir aku tidak tahu. Apa perlu aku bilang ke Reyhan, kalau anak yang pernah kamu kandung itu bukan anaknya?" ucap Haris membuat dadaku semakin bergemuruh menahan amarah.

"Haris, cukup! Jangan pernah kamu ikut campur dengan urusan pribadiku," aku menggertaknya yang mulai kurang ajar.

Haris berjalan mendekat ke arahku. Sorot matanya tajam, tanpa berkedip memandangiku. Senyum sinisnya selalu menghiasi bibirnya. Bagaimana Haris bisa tahu kalau anak yang aku kandung adalah anaknya David? Jangan-jangan waktu ketemu di kontrakan di hari itu, David menceritakan semuanya pada Haris dan Keyla. Tapi, rasanya tidak mungkin. Atau Haris hanya mengarang cerita saja, untuk membuatku takut.

"Cepat atau lambat, aku pastikan kedok kamu akan terbongkar, Reyna." ujar Haris yang hanya dengan jarak satu jengkal dari wajahku. Laki-laki ini makin lama makin kurang ajar. Ingin sekali aku cakar-cakar wajahnya itu.

"Kamu mengancamku?" tanyaku menahan amarah yang bergejolak. "Dengar Haris, aku sama sekali tidak takut akan ancamanmu itu."

"Aku tidak mengancammu, Keyla. Dengar! Kamu sudah membuat Reyna ditalak oleh Reyhan dan ditendang dari rumahnya. Aku pun bisa membuatmu ditendang ke jalanan oleh suamimu."

"Apa maksudmu, Haris?" ucapku berusaha bersikap setenang mungkin. Meski ada ketakutan yang merasukiku.

"Dengar Keyla, rahasia besarmu yang lain ada padaku. Jadi, jangan pernah menganggap aku remeh." ujar Haris membuat nyaliku semakin menciut. Kemudian laki-laki itu meninggalkan ruangan ini.

Rahasia apa lagi yang ia tahu tentangku? Apa dia tau tentang petualangan cintaku? Ah, mungkin dia hanya sebatas gertak sambal saja.

*******

POV REYNA

Sudah memasuki hari kelima Mas Reyhan dirawat di rumah sakit, aku dan Haris kembali membesuknya. Di dalam rupanya sudah ada Keyla yang menjaganya.

"Permisi!" ucapku ketika hendak memasuki ruangannya Mas Reyhan. Keyla menoleh menatapku dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.

"Untuk apa kamu kesini?" ketus Keyla. Ia berdiri dan berjalan ke arahku dan haris. Sementara Mas Reyhan hanya diam dan memandang ke arah kami. "Cepat, kamu pergi dari sini!" usir Keyla kemudian.

"Keyla, biarkan mereka masuk." ucap Mas Reyhan. Terlihat raut wajah Keyla yang menunjukkan rasa dongkol. Karena ternyata Mas Reyhan mengizinkan kami masuk.

"Keyla, Haris! Silahkan masuk!" panggil Mas Reyhan menyuruh aku dan Haris masuk. Kami pun berjalan mendekat ke arahnya.

"Gimana, Mas? Apa sudah membaik?" tanyaku. Mas Reyhan tersenyum.

"Alhamdulillah! Terimakasih kalian sudah mau menjenguk aku," ujar Mas Reyhan. Sementara Haris hanya diam. Terlihat dia enggan berbicara dengan Mas Reyhan.

Keyla berjalan mendekat ke arah Mas Reyhan dan menatapku nanar. "Reyna, kamu senang kan? Melihat Mas Reyhan seperti ini?" ketus Keyla lagi. Sementara aku tak menghiraukan pertanyaannya.

"Untung golongan darahku sama dengan Mas Reyhan. Coba kalau tidak. Apa kamu mau mendonorkan darah kamu buat Mas Reyhan?" ucap Keyla yang membuatku membeliakkan mata. Begitupun juga dengan Haris.

"Terimakasih, sayang!" ucap Haris kepada Keyla. Reyhan yang melihat ini semua, nampak dari wajahnya ada emosi yang ia tahan.

"Keyla!" panggil Haris menatap Keyla tajam. Tangannya mengepal dengan sorot mata memerah.

"Ada apa dengan kamu, Haris?" sinis Keyla. Membuat Haris seakan tak mampu mengendalikan emosinya. Aku menggenggam tangan Haris, mencoba untuk meredakan emosinya.

"Sudah, Haris! Biarin saja dia," lirihku. Haris masih menatap Keyla tajam. Begitu juga dengan Keyla. Aku yang merasa keadaan semakin tegang, segera pamit untuk pulang. Tak ada gunanya adu mulut dengan teman sontoloyo seperti Keyla.

********

POV REYHAN

Sudah satu Minggu aku dirawat di rumah sakit ini. Aku sudah tak sabar untuk kembali pulang ke rumah dan bekerja seperti sebelumnya. Namun, nampaknya aku tak bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Karena aku mengalami patah tulang di bagian kaki kananku. Ah, sial. Kenapa nasibku menjadi seperti ini? Aku yang saat itu melajukan mobilku dengan cukup tinggi, berusaha menyalip mobil yang ada di depanku. Tak menyadari kalau dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang, hingga terjadilah kecelakaan yang tak bisa dihindarkan.

Hari ini aku sudah dibolehkan pulang, setelah dokter memeriksaku lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi, tapi Dokter belum juga memeriksaku.

Klek!

Pintu ruangan ini dibuka. Terlihat ada seorang laki-laki berseragam serba putih dan berkepala plontos masuk ke dalam ruangan ini.

"Bagaimana, Pak Reyhan? Apa kondisi anda sudah betul-betul membaik?" tanya Dokter itu ramah. Kemudian memeriksaku dibagikan tubuh dan kakiku.

"Badan sudah terasa fit, Dok. Tinggal kakiku saja." ujarku.

"Kalau begitu hari ini, Bapak Reyhan sudah boleh pulang!" ujar Dokter itu sambil melepas alat yang ada yang baru dipasang untuk memeriksaku.

"Owh iya, Dok! Kapan kakiku bisa dioperasi?" tanyaku yang sudah tak sabar ingin segera bisa berjalan seperti sediakala.

"Maaf, Pak Reyhan! Kami harus menunggu tiga bulan. Baru akan kami lakukan operasi," jawab Dokter itu.

Kenapa juga harus menunggu tiga bulan? Itu bukan waktu yang singkat, untuk orang lumpuh seperti aku. Dan tiga bulan aku harus berada di kursi roda ini? Ah, sial. Kenapa jadi sial seperti ini hidupku?

"Beruntung nyawa Bapak masih bisa tertolong, mengingat Bapak sudah banyak kehabisan darah. Alhamdulillah Ibu Reyna, istri Pak Reyhan mempunyai golongan darah yang sama dengan Bapak. Karena persediaan darah di rumah sakit ini waktu itu sedang habis." ucap Dokter itu membuatku terperangah, kaget bercampur rasa tak percaya.

"Apa, Dok? Dokter bilang istri saya Reyna yang mendonorkan darah untukku?" tanyaku mencoba memastikan kalau Dokter itu tak salah menyebut nama istriku.

"Iya, Pak. Istri Bapak bernama Ibu Reyna, kan?" tanya Dokter itu yang merasa heran oleh pertanyaanku.

"I-iya, Dok!" jawabku terbata. Ada rasa bingung pada diriku. Bukankah kemarin Keyla bilang di depanku dan Reyna, kalau yang mendonorkan darah untukku adalah Keyla. Tapi kenapa Dokter bilang kalau yang mendonorkan darah untukku adalah Reyna. Tapi kenapa kemarin Reyna juga diam saja, waktu mendengar pengakuan Keyla? Tapi juga tidak mungkin Dokter itu salah menyebut nama. Atau Keyla berbohong padaku? Kurang ajar sekali kalau dia sampai membohongiku.

Dokter sudah selesai memeriksaku. Tapi Keyla belum juga datang menjemputku. Kemana saja dia? Emangnya sibuk apa dia? Bikin emosiku naik turun.

Tak berapa lama kemudian, Keyla datang. Ada senyum sumringah ia menatapku. Tapi tidak denganku. Rasanya aku kesal dengannya.

"Jadi kita pulang hari ini, Mas?" tanyanya yang melihatku sudah duduk di tepi brankar dengan baju yang sudah ganti.

"Kenapa? Kamu tak suka kalau aku pulang hari ini?" tanyaku menatap tajam ke arahnya. Keyla yang mendapat pertanyaan seperti itu, kedua matanya mendelik menatapku heran. Tapi aku hanya tersenyum sinis.

"Mas Reyhan, kok tanyanya seperti itu?" jawabnya mulai meninggikan nada suaranya.

"Kamu jangan berlagak sok menjadi pahlawan di depanku, Keyla." ketusku. Membuat ia terperangah kaget mendengarnya. Wajahnya menjadi kemerah-merahan seperti kepiting rebus.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C24
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login