"Sa, Lo nggak salah tuh ngajakin si Alfa," ucap Riko ketika mereka saat ini sedang berada di kantin.
"Lah emang nya kenapa?" Apa ada yang salah kalau gue ngajakin si Alfa?" Tanya Aksa.
"Nggak, nggak ada yang salah sih sebenarnya, siapapun yang mau Lo ajak Its ok, but Kenapa harus Alfa?" Jawab Gilang pula sambil memasukkan satu buah bakso ke dalam mulutnya.
"Bener banget, diantara banyaknya wanita yang ada di kampus ini kenapa harus Alfa?" Timpal Leon, laki-laki itu nampak sibuk meracik mie ayam pesanan nya itu.
"Karena Alfa teman Lisa." Jawab Aksa yang kemudian langsung memasukkan satu suap nasi goreng ke dalam mulutnya. Ekspresi nya terlihat begitu datar sekali.
"Ha?" Ucap ketiga temannya itu, mereka benar-benar tak habis pikir dengan jawaban yang diberikan oleh Aksa barusan itu.
Hanya karena Alfa teman Lisa doang? Ck! Apa yang terjadi pada saraf otak Aksa saat ini.
"Sa, seharusnya Lo nggak boleh gitu dong." Ucap Gilang yang kini sudah bisa mengendalikan dirinya dari rasa terkejut.
"So? Apa yang harus gue lakukan? Nggak usah peduliin gue Lang, gue tahu kok apa yang harus gue lakukan." Jawab Aksa, ia hanya ingin bermain-main sebentar dengan Alfa.
"Nggak! Nggak gitu konsepnya Bambang. Lo tahu nggak sih kalau selama ini ada yang aneh dengan Alfa." Timpal Leon yang kini ikut bicara. Sepertinya pembahasan mereka sedikit seru hari ini.
Aksa menaikkan alisnya, "apa yang aneh? Selama ini gue merasa bahwa Alfa baik-baik aja kok, nggak ada yang aneh."
"Lo salah Sa, apa cuma kita bertiga aja yang merasa kalau Alfa sedikit beda kalau sama Lo di bandingkan kita? Gue akui emang Alfa itu teman baik Lisa, tapi sorot matanya selalu saja tajam jika melihat Lo dan Lisa berdekatan. Gue rasa, Alfa memang menyukai Lo." Jawab Riko pula yang langsung di anggukan oleh Leon dan Gilang.
"Bener banget, hanya sama Lo aja dia beda. Sementara sama kita dia ketus, gue rasa juga ini ada hati yang sulit untuk dijelaskan." Kembali Gilang berucap.
Namun sama sekali hal itu tak ditanggapi serius dengan Aksa, laki-laki itu hanya memakan nasi goreng yang ada di piringnya itu.
"Terserah sih apa yang kalian bilang, toh gue dan Alfa cuma Teman aja kok. Nggak ada maksud apa-apa, lagian gue juga ngundang Lisa kan ke acara nanti malam. Jadi apa yang salah lagi HM?"
"Nggak ada yang salah Bambang, cuma kita takut bahwa ini adalah hal yang di salah artikan dengan Alfa. Dia menyukai Lo Sa, kenapa sih Lo nggak sadar huh?"
Aksa menghabiskan nasi yang ada di dalam mulut nya itu dan kemudian menyeduh air asam.
"Dengar geng, semua orang memiliki hak untuk menyukai orang lain, seperti Alfa yang berhak menyukai gue, tapi Semuanya kan itu kembali pada gue juga mau atau nggak terima. Gue bersyukur loh Karena banyak yang suka gue, itu artinya gue diterima dengan baik kan di lingkungan masyarakat." Jawab Aksa memberikan pengertian lebih pada ketiga sahabatnya itu.
"Baiklah jika seperti itu, kita sudah mengingatkan Lo ya Sa, jadi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya jangan minta bantuan kita. Lo sendiri yang menghidupkan api itu." Tukas Riko dan kemudian mereka Kembali melahap habis pesanan mereka itu.
Semantra Aksa ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi menatap satu persatu sahabatnya yang sedang makan. Entahlah, ia juga tak ingin berpikir yang tidak-tidak pada sosok Alfa yang merupakan sahabat baik Lisa itu.
Lagian selama ini Alfa cukup mengerti bagaimana perasaan ia dan juga Lisa yang terhalang oleh kata Mantan dan ketakutan menjadi Asing lagi.
Tangan Aksa berselayar di atas tombol keyboard nya.
Ia memilih satu fotonya yang menurutnya bagus.
Tapi tangannya berhenti untuk menekan foto itu yang menjadi pilihan nya. Matanya melihat ke arah foto di samping foto itu.
Tak sengaja ia mengelus dengan lembut bingkai wajah yang saat ini di rindukan oleh hatinya, tapi karena keadaan yang memang ingin mereka seperti ini maka tak ada kata yang bisa untuk membuat semuanya seperti biasa lagi.
Mereka hanya bisa untuk saling mengontrol rasa rindu ketika rasa itu datang dan juga rasa cemburu ketika melihat salah satu bersama dengan yang lain.
Memang menyakitkan tapi ini adalah pilihan dari Lisa. Jika memang rasa takut itu masih ada maka selamanya mereka tak akan pernah bisa untuk melangkah maju ke depan. Dan mungkin seperti ini lah akhir yang bagus untuk mereka berdua.
Aksa menggelengkan kepalanya untuk menarik dirinya agar keluar dari pemikiran yang tidak-tidak itu.
Ia kembali pada niat awalnya, senyumnya menyeringai ketika sudah mengetikkan caption pada foto nya yang sedang berada di cafe.
Foto itu diambil satu Minggu yang lalu ketika ia jalan malam Minggu dengan Lisa.
Pada postingan itu Aksa menuliskan caption, "Jika memang puncak mencintai paling tinggi itu adalah melepaskan maka aku telah melakukan itu untuk kisah cinta kita berdua. Selebihnya aku serahkan padamu dan juga takdir kita."
Tak tanggung-tanggung ketika ia meng-upload foto itu, baru beberapa menit berlalu foto nya sudah banyak sekali mendapatkan like dan juga komentar. Namun Aksa tak ingin melihat itu semuanya. Ia memilih untuk keluar dari Instagram nya dan kemudian kembali menyeduh air asam miliknya.
Riko yang baru saja selesai makan itu langsung mengambil ponselnya ketika melihat satu buah motif bahwa Aksa baru saja menambahkan sebuah foto baru.
Tangannya bergerak lincah untuk membuka foto yang di unggah oleh Aksa. Jiwa keponya memuncak dan ingin dengan cepat mendapatkan pelepasan.
Bukan apa-apa, hanya saja ia takut wajahnya yang ganteng ini berada di unggahan Aksa itu.
Tapi ketika itu Riko langsung menatap ke arah aksa yang sedang asik dengan minuman nya.
"Kok Lo alay banget sih Sa? Kalau emang belum bisa move on kenapa sok-sok mau melepaskan!" Rutuk Riko.
Tapi Aksa sama sekali tak peduli akan hal itu, ia memilih untuk pura-pura tak mendengar kan apa yang dikatakan oleh Riko barusan itu.
"Apaan sih Rik?" Tanya Gilang.
"Cek aja ponsel kalian masing-masing itu mah. Aksa jiwa alaynya udah kembali kambuh. Dan Disini lah kadang gue malu berada di geng Aksa."
Mendengar itu, baik Leon maupun Gilang langsung mengecek ponsel mereka masing-masing.
Tapi detik kemudian mereka terkekeh bersamaan Setelah mengirim sebuah komentar disana.
"Alay njirr, efek makan nasi goreng nggak cukup satu piring ini." Begitulah komentar dari Riko yang langsung di iyakan oleh Gilang.
Beginilah mereka terkadang yang suka membully teman di sosial media.