"Tapi kau berkata kepadaku kalau tak pernah memeriksakan diri ke rumah sakit akibat kesibukan dan penolakan dari orang tuamu, dengan kata lain tak sekalipun kau melangkahkan kaki ke rumah sakit. Jadi, bagaimana kau bisa tahu kalau kau mengalami gangguan itu dan menjalani psikoterapi?" tanyanya. Aku terdiam. Memang benar aku tak pernah ke rumah sakit, lalu bagaimana bisa aku tahu tentang gangguan itu?
"Kau merasa aneh, bukan? Apakah kau tak pernah berpikir kalau semua itu hanya delusi semata?" Aku membelalakkan mataku.
"Tidak. Aku merasa pernah datang ke rumah sakit, tapi …," bantahku tertahan. Aku langsung terdiam karena mungkin saja Dokter Nohara benar.
"Ya, bisa saja kau mengalami delusi. Kau menganggap kalau sesuatu yang kau lakukan itu nyata, dan sulit menyangkalnya, padahal apa yang selama ini kau anggap nyata itu, sama sekali tidak pernah terjadi," ucap dokter. Aku mengernyitkan dahiku. Benarkah itu? Jadi, selama ini aku hanya berbicara dengan asal?