Baixar aplicativo
1.47% Jika Takdir Berkehendak / Chapter 4: Takut

Capítulo 4: Takut

Acara penyambutan mahasiswa dan mahasiswi baru pun tiba, semua orang sudah berkumpul di halaman sekolah dengan pakaian bebas namun sopan. Terutama untuk para wanita, mengingat universitas itu berbasis islam tentu mereka di wajibkan memakai hijab.

Fatimah melangkah memasuki pintu masuk, lalu beberapa senior yang berjaga meminta tiket masuk Fatimah. Setelah melihat tiketnya, Fatimah pun di perbolehkan masuk. Tidak lama setelah Fatimah masuk, Putri pun datang lalu ia menghampiri Fatimah.

"Assalamualaikum Ima." Salam Putri.

Fatimah menoleh ke belakang, ternyata itu Putri temannya. Fatimah pun tersenyum, lalu ia menjawab salam yang Putri ucapkan untuknya.

"Waalaikum sallam, Putri." Jawab Fatimah dengan senyumnya.

"Wah, Ima cantik sekali ya. Pakai mahkota juga, keren." Puji Putri pada Fatimah.

"Alhamdulillah, kamu juga cantik kok." Balas Fatimah dengan tenang.

"Ya sudah, ayo kita masuk ke dalam." Ajak Putri pada Fatimah.

Fatimah mengangguk setuju, lalu mereka melangkah masuk ke dalam acara. Semua orang juga sudah berkumpul di sana, dan acara pun dimulai.Seperti biasa senior Ali yang membuka acara, lalu beberapa penampilan hadir menemani. Hingga akhirnya, tiba di penghujung acara. Para senior, dan juga dosen yang hadir menyambut kedatangan para mahasiswa dan mahasiswi baru. Acara malam itu berlalu cukup meriah, lalu acara di tutup dengan makan-makan bersama.

Tapi tiba-tiba Fatimah pamit pada Putri, karna ada panggilan alam yang harus ia tuntaskan.

"Ri, aku ke toilet sebentar ya? Kamu tunggu di sini saja, nanti aku kembali." Pamit Fatimah pada Putri.

"Oh ya udah, hati-hati ya?" Balas Putri mengingatkan.

"Iya, Assalamualaikum." Salam Fatimah.

"Waalaikum sallam" jawab Putri.

Fatimah melangkah ke toilet kampus tanpa ragu, setelah beberapa saat ia keluar dari toilet namun entah kenapa ia merasa suasana di sana jadi begitu hening dan sepi. Fatimah berkali-kali menoleh ke sekitarnya yang memang tidak ada orang, karna rasa takut yang mulai merasuk ke dalam hatinya Fatimah pun berjalan dengan cepat. Ia bahkan tidak memperhatikan jalan di depannya, hingga akhirnya tubuhnya menabrak seseorang.

Seketika Fatimah enggan untuk membuka matanya, ia takut jika yang ia tabrak itu bukan orang. Tapi nyatanya tubuh itu begitu hangat dan harum, nafas memburu Fatimah pun perlahan menjadi tenang. Hingga akhirnya suara seorang pria yang cukup familiar menyapa pendengaran Fatimah, hal itu membuat Fatimah terkejut.

"Bukan mahram loh, mau sampai kapan peluk aku terus?" Bisik pria itu pada Fatimah.

Seketika Fatima menjauhkan dirinya dari orang yang tabraknya, lalu ia melihat siapa orang itu. Ternyata benar dugaannya, dia adalah Senior Ali.

"Aku tidak sengaja, maaf." Ucap Fatimah merasa malu.

Ali tersenyum melihat Fatimah memakai hadiah yang ia berikan sore tadi, lalu ia membenarkan posisi mahkota bunga yang sedikit miring karna Fatimah menabraknya tadi. Sedangkan Fatimah terdiam membeku, ia benar-benar tidak tau harus berbuat apa di situasi itu.

"Terima kasih kak." Ucap Fatimah karna Ali sudah membenarkan posisi mahkotanya.

"Kamu kenapa berjalan secepat itu? Tidak memperhatikan jalan di depan lagi, untung bukan tembok yang kamu tabrak." Tanya Ali dengan heran.

"Ah iya maaf, tadi aku takut saja karna sendirian." Jawab Fatimah apa adanya.

"Takut, takut apa?" Tanya Ali lagi dengan senyuman gelinya.

"Itu aku, aku takut hantu." Jawab Fatimah ragu-ragu.

Mendengar hal itu Ali pun tertawa, hal itu membuat Fatimah malah terpaku dengan tawa Ali yang baru pertama kali ia lihat. Dan lagi, wajah Ali yang sedang tertawa itu benar-benar menggetarkan hati Fatimah. Tidak biasanya ia seperti ini, rasanya sangat aneh.

"Masa hantu di takuti si? Seharusnya hantu yang takut sama kamu loh, kok ini malah sebaliknya." Ucap Ali dengan tawa kecilnya.

"Hah? Maksud kak Ali, aku lebih seram dari hantu gitu sampai hantu takut sama aku?" Balas Fatimah tidak terima.

Ali kembali tersenyum, lalu ia pun menjawab pertanyaan Fatimah yang sangat awam ini.

"Tunggu, aku belum tau siapa nama kamu kan? Lebih baik kita kenalan dulu, aku Ali angkatan semester 6." Tukas Ali mengingatkan.

"Emang iya? Kita belum kenalan?" Gumam Fatimah ragu.

"Memang begitu kenyataannya." Jawab Ali.

"Oh ya sudah, aku Fatimah. Angkatan semester 1, salam kenal ya kak Ali." Balas Fatimah memperkenalkan diri.

"Baiklah Fatimah, maksud aku hantu takut dengan kamu itu bukan berarti kamu lebih seram dari hantu. Tapi kenyataannya, manusia itu lebih mulia daripada jin dan sejenisnya. Jadi yang harusnya takut itu mereka, karna mereka itu derajatnya di bawah manusia. Kamu paham?" Jelas Ali pada Fatimah.

Fatimah mengangguk paham, lalu ia pun menatap Ali sesaat dan kembali menunduk.

"Oh gitu, kirain kak Ali mengejek aku." Balas Fatimah seadanya.

"Tidak kok, ya sudah ayo kita kembali ke tempat acara." Ajak Ali pada Fatimah.

Fatimah mengangguk setuju, lalu Ali jalan lebih dulu dan dua langkah di belakangnya ada Fatimah. Mereka kembali ke tempat acara, lalu bergabung dengan grup masing-masing. Fatimah dengan putri dan beberapa anak baru lain, sedangkan Ali dengan teman-teman senior. Acara kembali berlanjut, sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 10 malam dan acara pun di tutup.

.

.

.

Hari yang baru, merupakan awal dari perjalanan Fatimah di universitas impiannya. Setelah seminggu penuh menjalani masa OSPEK, kini saatnya ia memulai pelajaran di kelas yang baru. Fatimah memasuki fakultas pendidikan agama islam, tempat dimana ia menuntut ilmu kedepannya.

Fatimah tiba di depan ruang kelasnya, lalu dari dalam Putri memanggilnya dan memintanya untuk segera masuk. Lalu Fatimah melangkah masuk, dan duduk di dekat Putri.

"Assalamualaikum." Salam Fatimah.

"Waalaikum sallam." Jawab Putri dengan senyumannya.

"Kamu sudah di sini saja, kapan sampainya?" Tanya Fatimah dengan heran.

"Jam 7 tadi, aku tidak suka berangkat siang jadi aku langsung berangkat setelah sarapan." Jawab Putri apa adanya.

"Begitu, lalu bagaimana kamu menemukan kelas ini?" Balas Fatimah masih ingin tau.

"Dari kemarin aku sudah bertanya tentang ruang kelasku, jadi hari ini aku langsung masuk tanpa harus berkeliling untuk mencarinya." Jelas Putri dengan santainya.

"Pantas saja." Gumam Fatimah dengan anggukan kecilnya.

"Oh iya, kalau kamu bagaimana? Tidak tersesat kan?" Tanya Putri pada Fatimah.

"Alhamdulillah tidak, aku sudah hapal semua ruangannya. Jadi pas lihat jadwal ruang kelasku di mading, aku sudah mengerti harus kemana." Jawab Fatimah dengan tenang.

"Wah, ingatan kamu memang hebat deh. Selalu mudah hafal, apalagi tentang pelajaran." Puji Putri pada Fatimah.

"Alhamdulillah." Jawab Fatimah dengan senyumnya.

Setelah mengobrol cukup banyak, tiba-tiba bel masuk berbunyi. Lalu datang seorang dosen dan memperkenalkan dirinya di depan kelas, setelah itu pelajaran utama pun di mulai.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C4
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login