Baixar aplicativo
97.61% Edgar's Prisoner / Chapter 82: Bad Feeling

Capítulo 82: Bad Feeling

Malam telah tiba, semua orang yang di apartemen Odilio tengah bersiap untuk pergi makan malam bersama. Hanna masih berdandan di depan kaca.

"Kenapa belakangan ini aku bermimpi buruk dan aku selalu melihat diriku sendiri menangis di hadapan Edgar? Apa maksudnya? Apa ini ada sangkut paut dengan masa lalu kami? Aku juga bermimpi tadi saat aku istirahat sejenak, tapi di sana ada suara seorang ibu yang memanggil aku untuk pulang. Ada apa dengan otakku ini?" gumam Hanna.

Tiba-tiba suara ketokan pintu dan Edgar yang memanggilnya membuyarkan lamunan Hanna.

"Hanna, kamu sudah selesai?" tanya Edgar di balik pintu.

Pikiran Hanna buyar. Dia berusaha tenang dan mengambil tasnya di meja rias lalu membuka pintu yang terus diketok Edgar dari luar.

"Sayang, maaf aku baru selesai," kata Hanna menatap kekasihnya.

Edgar menangkup wajah Hanna. "Kamu kenapa? Apa gara-gara mimpi tadi sore pas kamu ketiduran?" tanya Edgar menghapus sudut mata Hanna yang mengeluarkan air mata.

"Tidak, Sayang. Aku tidak memikirkan hal itu, aku cuma lagi kepikiran tugas kuliah saja," jawab Hanna.

"Jangan berbohong padaku, Sayang," tegur Edgar.

"Ayo kita jalan. Kalian berdua kok masih di sini? Suah ditunggu papa, nanti dia mengoceh," kata Agatha.

"Iya, Ma. Maaf," balas Hanna tersenyum manis.

"Sayang, kamu cantik sekali. Tidak apa-apa, santai," kata Agatha.

"Makasih. Mama juga cantik," puji Hanna.

"Sini jalan samping Mama, biar Edgar sama papanya aja," perintah Agatha terkikik.

"Mama, aku mau sama kekasih aku. Masa dipisahkan," rengek Edgar.

"Kalian ini jadi pergi tidak?" tanya Oscar yang tiba-tiba muncul.

"Papa bikin kaget saja," tegur Agatha.

"Kalian tungguin apa? Papa sudah lapar, kalian lama sekali," kata Oscar.

"Kasihan suamiku lapar," ejek Agatha menghampiri suaminya dan memeluk lengan Oscar manja.

Pinggang Hanna ditarik oleh Edgar. Hanna tersenyum menatap kekasihnya.

"Peluk aku dong," pinta Edgar.

"Iya ini aku peluk," balas Hanna.

Mereka saling merangkul, berjalan bersama keluar dari apartemen menuju restoran. Beberapa pengawal mengikuti dari belakang. Mereka sampai di mobil. Hanna duduk bersama Edgar dan orang tuanya juga duduk bersama di dalam mobil. Mereka berbincang-bincang.

"Mama tadi lihat Hanna sedih, kenapa?" tanya Agatha.

"Dia habis bermimpi buruk, Ma, makanya sedih. Entah apa yang dimimpikan, tidak mau cerita," jawab Edgar.

"Cuma kembang tidur, Sayang. Soalnya masa mimpi aja aku harus cerita," jelas Hanna.

"Biar Edgar tahu, takutnya mimpi itu mengganggu pikiran kamu," balas Agatha lembut.

"Iya nanti aku cerita, Ma," kata Hanna.

"Oke, jangan kamu pendam sendiri," balas Agatha.

"Iya," kata Hanna.

Edgar dan Oscar masih membahas bisnis mereka. Hanna menatap ponselnya, teman-teman kampus dia membahas mengenai kerja kelompok besok. Hanna melirik ke arah Edgar sambil membalas pesan teman-temannya di grup.

"Iya besok aku gabung kok, tapi tidak bisa terlalu lama," kata Hanna.

"Cherry, masa kerja kelompok aja susah banget. Bicara saja sama kekasih kamu, jangan terlalu posesif. Nanti ribet kamu kalau mau skripsi dan lain-lain," balas Via.

"Iya besok aku ikut," balas Hanna.

"Asyik, Cherry ikut," kata Darko.

Hanna menahan senyumnya melihat ucapan Darko.

"Kita sudah sampai,: kata Rex.

Hanna menyimpan ponselnya begitu Rex memberitahu mereka sudah sampai. Mereka turun dari mobil dan dikawal oleh pengawal mereka.

"Sayang, restorannya indah," puji Edgar.

"Iya bagus halaman luarnya bagus. Kita di luar makannya atau bagaimana?" tanya Hanna.

"Di dalam saja, di luar anginnya kencang," jawab Oscar.

"Iya anginnya kencang, Pa," balas Agatha.

"Sayang, nanti aja kita di luarnya. Sekarang sudah malam," ajak Edgar yang melihat Hanna ingin sekali makan di luar.

"Baiklah. Kalau siang, di sini sepertinya bagus. Ada pemandangan ke arah laut?" tanya hanna.

"Iya ada," jawab Edgar.

"Bunyi suara perut papa kamu nih pasti," kata Agatha mendengar suara perut seseorang.

"Suara perutku tidak bunyi kok," balas Oscar.

"Hanna nih yang keluar bunyi perutnya," goda Edgar pada kekasihnya.

"Kamu bikin malu," balas Hanna.

"Tuh, calon menantuku yang cantik jadi kelaparan. Kamu kelamaan mengajak mengobrol," kata Agatha.

Mereka masuk kedalam restoran disambut pelayan dan manajer restoran yang membawa mereka ke ruangan VIP. Hanna melihat sekitar tempat itu yang ramai, dia pikirannya berkelana mengingat sesuatu sambil berjalan mengikuti manajer restoran yang menunjukkan tempat mereka.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Edgar terkejut Hanna menabrak tubuh bidangnya.

"Tidak apa-apa," jawab Hanna canggung.

Edgar menatap kekasihnya yang seperti memikirkan sesuatu, tapi belum cerita sama dia.

"Oke," kata Edgar singkat.

Mereka masuk ke dalam ruangan VIP. Hanna duduk dikursi yang sudah ditarik kekasihnya.

"Silakan, tuan. Ini menunya," kata manajer restoran yang memberikan buku menu.

"Kalian mau apa?" tanya Oscar.

"Wagyu beef, boleh? Aku sama Hanna," jawab Edgar.

"Kamu tidak bertanya pada kekasih kamu mau makan apa?" tanya Oscar.

"Sayang, kamu ada yang mau dipilih?" tanya Edgar lembut pada Hanna.

"Sama kayak kamu aja, Sayang," jawab Hanna.

"Sayang, kamu tidak mau pilih makanan penutup dan minumannya?" tanya Edgar.

"Mau yang ada cokelatnya," jawab Hanna.

"Ada yang ada cokelatnya? Kasih kekasih saya yang paling rekomendasi di sini," perintah Edgar.

"Baik, Tuan," balas manajer restoran.

"Minumannya sparkling water sama wine," kata Oscar.

Manager dan para pelayan yang sudah mencatat pesanan keluarga Odilio meninggalkan ruangan itu.

"Kamu baik-baik saja? Kenapa banyak melamun?" tanya Agatha heran.

"Iya gara-gara mimpi buruk dia jadinya begini," jawab Edgar.

"Enggak, Sayang. Aku cuma lagi tidak enak badan aja," balas Hanna.

"Kamu sakit, kenapa tidak bilang? Kita bisa makan di rumah aja," kats Agatha.

"Tidak, Ma. Pikiran aku aja maksudnya yang kalut mikirin tugas kuliah," balas Hanna.

"Jangan dibikin pusing, kamu lupa kekasih kamu otaknya otak dewa? Dia bisa bantu kamu mengerjakan tugas. Jurusan kamu sama kayak dia," kata Agatha tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Sudah, tidak apa-apa. Kekasihku hanya kelelahan saja," balas Edgar.

"Iya kelelahan akibat ulah kamu. Sudah harus mengerjakan tugas, tapi melayani kamu juga," ejek Agatha.

Wajah Hanna memerah mendengar ucapan frontal Agatha.

"Mama," rengek Hanna.

"Sudah, tidak usah malu. Mama sama papa dulu juga sama dengan kalian kalau kasmaran," balas Agatha terbahak.

"Iya dulu kami hampir mirip seperti kalian. Jadi kalau ada masalah apa pun, terutama kamu, Hanna, bisa cerita ke kami daripada kamu pendam sendiri. Kamu bisa sakit," kata Oscar.

"Dengarkan kata papa dan mama, jangan suka memendam sendiri. Kita cari solusinya bersama," timpal Edgar lembut.

"Iya, Sayang," balas Hanna mencengkram gaun yang dia gunakan.

"Jangan percaya pada kekasihmu, Hanna. Dia bukan kekasih yang kamu harapkan," gumam Hanna.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C82
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login