Baixar aplicativo
55.93% Lady Renee / Chapter 66: Menanggung Dosa 1 

Capítulo 66: Menanggung Dosa 1 

Sudah semalaman penuh Joy memeras handuk basah dan Renee belum juga kembali, gadis kecil itu merasa cemas dan bingung harus melakukan apa.

Keadaan Dylan sudah lebih baik daripada beberapa jam yang lalu, demamnya sudah turun dan ia tidak mengeluarkan keringat lagi, Joy mungkin harus menunggu selama beberapa saat sampai laki-laki itu terbangun, barulah ia berani bergerak membuka pintu.

Satu hal yang membuat Joy merasa sedikit beruntung, cahaya jingga masih ada dan ada orang dewasa di sekitarnya.

Malam tadi, meski perhatian para monster telah teralih pada Renee, masih ada beberapa yang mencoba menerobos masuk ke dalam rumah, jika tidak ada cahaya jingga yang mengelilingi, Joy dan Dylan mungkin tidak akan bisa bernapas pagi ini, membayangkan para monster mendobrak kamar ini saja sudah membuat Joy menggigil tanpa henti.

"Uh …."

Dylan tiba-tiba mengerang, gadis kecil itu tersentak dan handuk yang ingin ia peras jatuh kembali ke dalam baskom.

Akhirnya Tuan Dylan bangun, akhirnya ia bisa menarik napas lega!

Mata gadis kecil itu berbinar penuh kegembiraan, mengabaikan handuk yang jatuh ke lantai, ia menggeser duduknya mendekat.

"Tuan Dylan … apakah anda baik-baik saja?" Joy langsung bertanya, antara gugup dan terlalu bersemangat, tangan kecilnya mencoba membantu laki-laki itu untuk duduk.

Dylan mengerjapkan matanya, mencoba untuk fokus ke sekitar, samar-samar ia melihat anak kecil duduk di depannya dan menggumamkan beberapa kata dengan nada bertanya.

Dylan bersandar di tempat tidur dengan bantuan anak kecil itu, memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut, rasanya seperti ada gada yang telah dihantamkan ke kepalanya.

Apa yang ia lakukan terakhir kali?

Apa ia bertemu Ivana?

"Tuan, minum air dulu." Joy langsung menyerahkan secangkir air putih dingin pada Dylan, tangan laki-laki itu gemetar dan meneguk sampai kosong. "Ini dingin jadi perlahan."

Dylan merasa lebih baik setelah ia minum dan pandangannya menjadi lebih jelas, ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya terakhir kali. Namun yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit kepala yang amat kuat.

Seakan-akan, ada sesuatu yang mencegah dirinya mengingat apa yang terjadi.

"Ah ... Renee? Leo? Di mana mereka?" Dylan tersentak, ia berusaha bangkit dan hampir terjatuh dari tempat tidur. "Apa … apa yang terjadi?"

Joy menelan ludah, ia sendiri bisa ikut panik kalau melihat orang lain panik.

"Renee pergi melawan para monster ke Mansion ... seharusnya ia sudah kembali pagi ini. Tapi aku tidak tahu apa yang terjadi dan kenapa ia belum kembali."

Joy tidak tahu apa yang terjadi di luar, tapi ia yakin pasti sangat buruk, sepanjang malam ia mendengar erangan para monster dan ledakan dari cahaya jingga.

Ia tidak berani mengintip keluar, takut kalau para monster melihatnya. Joy hanya bisa berdoa semoga Renee tidak mengalami sesuatu yang buruk.

Dylan terdiam, ia mencoba mencerna apa yang terjadi, sepertinya selama ia tidak sadar, keadaan menjadi lebih buruk.

"Apa yang terjadi padaku saat aku tidak sadar?"

Joy berkata dengan terbata-bata, meski ia tinggal di kota yang sama dengan Dylan, ia tidak pernah bertemu dan berbicara secara langsung. Paling-paling hanya melihatnya dari kejauhan.

Joy menceritakan semuanya, mulai dari pertemuannya dengan Renee dan yang terakhir bagaimana Renee mengubah Dylan kembali menjadi manusia dengan cahaya jingga, tidak lupa ia juga mengatakan kata-kata terakhir Renee sebelum ia pergi.

"Jadi seperti itu." Dylan mendesis pelan, ia menegakkan tubuhnya dan melihat ke sekitar lagi, barulah ia menyadari kalau ada cahaya jingga yang sinarnya telah memudar di setiap sudut ruangan. "Dia menjadi lebih kuat daripada yang aku kira. Tapi tetap saja … ia seorang diri di tempat yang asing."

Laki-laki itu tersenyum pahit, ia bangkit dari tempat tidur dan berkeliling, Joy hanya melihatnya dengan alis terangkat. "Apa yang akan kita lakukan?"

"Pada akhirnya Renee juga akan menolong Leo dan semua orang, jadi aku akan menyusul Renee." Dylan membuka lemari pakaian, meraih secara asal kemeja berwarna coklat dan memakainya. "Apa kau ingin ikut atau tinggal?"

"Aku ikut!" Joy menyahhut dengan tegas, meski tempat ini aman, tapi ia tidak tahu sampai kapan cahaya jingga bisa bertahan tanpa ada Renee, lebih baik ia ikut dan membantu walau sedikit. "Kalau Renee bisa membebaskan kota ini, maka aku juga bisa bertemu kembali dengan teman-temanku, kan?"

Dylan menghentikan gerakannya, ia menatap pantulan wajahnya yang terasa asing di depan cermin, laki-laki itu berbalik dan berjongkok di depan Joy.

"Ya, kita akan berusaha bersama-sama."

Dylan tahu kalau ia seharusnya tidak mengatakan hal seperti ini pada seorang anak kecil, apalagi keadaan kota mereka yang sudah kacau di mana-mana. Jika Joy adalah gadis kecil yang cengeng, ia tidak akan bisa berhenti menangis di situasi seperti ini.

"Ya!"

Joy mengangguk, ia memeluk tongkat yang tidak pernah ia jauhkan dari tubuhnya sejak malam tadi.

Dylan terkekeh, mengusak rambutnya dan membuka pintu.

KRIET!

Pintu ditarik dengan perlahan, Joy langsung menyipitkan matanya ketika merasakan sinar matahari bersinar menyilaukan, gadis kecil itu langsung mengangkat tangannya.

Dylan berjalan keluar, memungut pedang yang entah milik siapa tergeletak di atas tanah dan mengayunkannya sebentar. Mata abu-abunya melirik ke arah Mansion keluarga Emmanuel yang berdiri kokoh.

"Tampaknya memang semakin buruk." Dylan bergumam, ia berjalan dan Joy mengikuti di belakang.

Matahari bersinar semakin terik dan lagi-lagi hanya kekacauan yang mereka temukan, Dylan merasa sakit hati setiap kali ia melangkah.

"Tetap di belakangku. Jika terjadi sesuatu teriak keras-keras," kata Dylan memperingatkan, Joy mengangguk-angguk, kaki kecilnya itu hampir tidak bisa mengimbangi langkah panjang Dylan, tidak jarang ia harus melompat.

Joy tidak mengeluh, ia tahu dia beruntung saat ini bisa sadar dan berjalan sesuai keinginannya sendiri. Ada banyak orang yang masih menjadi monster yang mungkin tidak sadar telah kehilangan kaki dan tangan mereka karena ulah Ivana.

Dylan berharap keadaan Leo dan Bella tidak lebih buruk darinya. Bella dan Leo adalah monster, tapi belum dipengaruhi oleh Ivana sama seperti dirinya. tapi ia tahu dengan jelas kalau Leo berada di posisi terburuk daripada dirinya dan Bella.

Jika Leo telah bertemu Tuan Ivana, maka habislah sudah. Dylan mungkin tidak akan bisa bertemu laki-laki itu lagi, atau mungkin juga Dylan akan bertemu Leo yang sudah tidak bernyawa.

Semua ini adalah titik akhir, kalau ia terlambat sedikit saja, maka sudah berakhir.

Dylan menggertakkan gigi, wajahnya menjadi gelap seiring dengan langkahnya yang terus menaiki anak tangga. Jantungnya berdebar lebih kencang dan ia terus mengulang kalimat yang sama di mulutnya.

"Leo, maafkan aku ... seharusnya bukan kamu yang menanggung semua dosa ini … tapi aku."


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C66
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login