Leo tidak melepaskan tangan Renee hingga wanita itu merasakan lengannya diremas dengan kuat oleh sang Marquis.
Renee tanpa pikir panjang menepis tangan laki-laki itu.
"Maaf," ucap Leo terburu-buru.
Seakan telah tersadar akan sesuatu, laki-laki itu langsung menarik tangannya dari lengan Renee, raut wajahnya yang aneh itu langsung berubah, ia berjalan ke rak anggur dan membuka tutup botolnya, menyerahkan pada Renee.
"Kau ingin ... aku minum?"
Laki-laki itu tidak bicara, sulit bagi Renee untuk memahami maksudnya dalam sekali lihat, ia butuh waktu beberapa detik sebelum memahami apa yang dimaksud oleh Leo.
"Kau ingin menghilangkan aroma tubuhmu padaku?"
Renee meraih anggur itu dan menemukan kalau aromanya jauh lebih kuat daripada yang pernah ia rasakan selama ini, tanpa menunggu jawaban Leo, Renee bisa menyimpulkan kalau tebakannya benar.
Leo tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan Renee menumpahkan anggur itu ke tubuhnya dengan berantakan.
"Oke ... au akan keluar dan kembali dalam waktu lima belas menit."
Renee melangkah dengan pelan, Leo tidak menatapnya, sikapnya kembali menjadi acuh lagi, seakan-akan apa yang terjadi tadi tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Renee membenarkan apa yang dikatakan Hugo saat ia datang kemari, temperamen Leo benar-benar buruk dan berubah-ubah.
Ketika Renee melangkahkan kakinya ke atas, ia melihat Leo mengikutinya dengan jubah hitam yang menutupi kepala dan tubuhnya, laki-laki itu sepertinya tidak mau membiarkan dirinya pergi begitu saja.
"Kau pasti akan bertemu Ivana." Leo berkata dengan dingin, ia berjalan lebih dulu dan membuka pintu yang menutupi tangga, tampak ada tetesan air yang merembes ke bawah. "Aku akan mengawasimu."
Tampaknya mengawasi yang dimaksud Leo itu adalah menjaga dirinya agar tidak bertemu Ivana, Renee berdehem canggung, mencoba untuk berpikir secara rasional.
"Kau tidak takut tubuhmu akan terbakar terkena sinar matahari?" Renee bertanya lagi, tapi Leo terlihat enggan untuk menjawab, ia melangkah keluar.
"Kamarmu terlalu jauh, pergi ke kamar terdekat."
Renee naik ke atas dan melihat jika situasi di dalam Mansion saat ini benar-benar kacau, semua barang berserakan di atas lantai, beberapa kursi patah dan lentera yang tergantung di setiap sudut telah padam, sebagian lagi jatuh ke atas karpet, menumpahkan minyak yang menimbulkan aroma yang menyengat.
Untungnya tidak ada api, tidak ada kebakaran.
Leo membawa Renee ke salah satu kamar terdekat tanpa mengatakan satu patah kata pun.
Renee menahan napasnya saat melihat ada mayat dari para Pelayan yang bergelimpangan di atas karpet dengan luka akibat sabetan pedang. Mata mereka melotot, seolah-olah tengah menampilkan betapa tersiksanya keadaan mereka sebelum ajal menjemput.
Menyedihkan, Renee tidak tahu apakah setelah ini mereka akan dikuburkan dengan layak atau tidak.
Jelas mereka kemarin adalah monster, sekarang mereka telah berubah menjadi manusia, tapi mereka telah mati.
Pantas saja kalau Dylan mengatakan semuanya sangat sulit dihadapi, mereka bukan monster, mereka adalah orang-orang yang telah melayani Leo dalam waktu yang lama, ini tidak adil bagi Leo.
"Pakailah kamar mandi di dalam."
Leo membuka pintu lebar dan Renee melihat keadaan di dalam sana sangat gelap, ia langsung menyalakan korek api.
Leo ikut masuk ke dalam kamar, duduk di kursi sambil memandangi lemari yang kosong, entah apa yang ia pikirkan, tidak ada yang tahu. Tangannya memegang pedang dengan erat.
Renee pikir, Leo akan baik-baik saja untuk sementara. Ia masuk ke dalam kamar dan berniat melepas pakaiannya.
KLEK!
Pintu kamar mandi terbuka, Leo muncul dengan wajah dinginnya.
"Apa yang kau lakukan?" Renee mulai tidak nyaman dengan keberadaan Leo di sekitarnya. "Aku akan mandi."
"Tidak aman ada di ruang yang tertutup sendirian," kata laki-laki itu dengan nada datar, mata hitamnya itu melihat ke sekitar kamar mandi. "Ivana bisa muncul di mana saja."
Renee terdiam, hawa dingin dari air yang ada di dalam bak terasa lebih kuat dan Renee bisa merasakan kalau kakinya sedikit gemetar.
"Dia tidak mungkin bisa ...."
Leo mendengkus, ia masuk dan memeriksa air dengan tangannya, sensasi dingin itu tidak raut wajahnya berubah.
"Oke, tapi bisakah kau ... keluar, Ivana mungkin bisa muncul kapan saja ... tapi aku yakin ia tidak akan punya banyak waktu."
Renee mengerutkan keningnya, ia tidak mungkin melepas pakaiannya di depan seorang laki-laki.
"Kau cukup tunggu di luar, aku hanya akan membasuh tubuhku lima menit."
Renee mendorong Leo untuk keluar, tangan laki-laki itu terulur dan menahannya. "Kau bisa melakukannya sekarang."
"Apa kau tidak punya otak?" Renee mendengkus pelan, ia menarik tangannya dengan kasar. "Aku bukan wanita rendahan yang bisa kau lakukan sesuka hati!"
Wajah Renee merah, antara murka dan malu. Ia akui kalau Leo memiliki wajah yang tampan, ia yakin kalau Leo bisa mendapatkan puluhan wanita hanya dalam satu kedipan mata.
Tapi sayangnya Leo tidak bisa menyadari potensi itu dan ia terlalu terjebak dalam kehidupan yang suram ini.
"Aku tidak menganggapmu seperti itu, cepatlah mandi."
Renee menggertakkan gigi, ia tidak tahu kalau sebenarnya Leo ini keras kepala atau pandai berpura-pura, alhasil ia memutuskan untuk mencuci muka, tangan dan kakinya saja.
Leo tidak bergerak, ia tetap ada di sisi Renee dari awal sampai akhir, seakan kalau ia bergerak menjauh sedikit saja, wanita itu akan menghilang dari hadapannya.
"Apa kau tidak akan membersihkan wajahmu?"
Renee menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan handuk kering, ia melihat laki-laki itu masih menggenggam erat pedang di tangannya.
"Kemarilah, aku akan membantumu."
Renee mengangkat tangannya yang memegang handuk lain yang telah ia basahi air ke arah Leo.
"Tidak perlu."
Leo mundur, menjauhi tangan Renee dengan wajah yang berkerut, Renee mendengkus, laki-laki yang ada di hadapannya ini membantah permintaannya maka ia juga akan melakukan hal yang sebaliknya.
"Jangan bergerak."
Renee menyentuh wajah Leo dengan handuk basahnya, mengusap wajah laki-laki itu dengan pelan.
Leo berusaha menghindar sebelum Renee mengusap lebih banyak wajahnya, pedang yang Leo pegang terjatuh ke lantai, tangan Renee dipegang dengan erat dan sepasang mata hitam pekat itu menatap dengan tajam.
"Jangan menyentuh seseorang sembarangan."
Renee terkekeh pelan, ia tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja atau Leo yang ia
lihat ini terlihat pemalu?
Leo membuang muka dan mundur lagi hingga wajahnya tidak terlihat karena gelap, seakan sengaja untuk menyembunyikan seperti apa wajahnya sekarang.
Renee diam-diam tersenyum, merasa terhibur dengan Leo, ternyata laki-laki itu hanya dingin di luar tapi lucu di dalam.
"Oke, aku tidak akan menyentuhmu, bersihkan sendiri."
Renee berbalik ke sisi lain kamar mandi, ia seakan mendapatkan ilusi bahwa Leo yang ada di belakangnya itu tengah menghela nafas lega.