Baixar aplicativo
80% Dilahirkan untuk kematian / Chapter 8: REKA KEJADIAN

Capítulo 8: REKA KEJADIAN

REKA KEJADIAN

Isum belum menyadari sepenuhnya bahwa dia sudah mati. Bahkan, ketika belum seutuhnya menjadi arwah, Isum masih belum mengerti kenapa tubuhnya terbaring di rumah sakit. Isum berteriak memanggil. Tidak didengar. Berkali-kali tangannya mencoba untuk meraih Ibu yang meratap. Isum hendak menyadarkan bahwa keberadaannya di tempat yang sama. Semua sia-sia.

Hingga menjadi arwah seutuhnya, Isum masih belum sadar kenapa dirinya meninggal. Bagaimana ia bisa mencari tahu. Kenapa semua itu bisa terjadi? Pertanyaan itu benar-benar memutar otak dan membuat semuanya buntu. Tidak menemukan atas segala tanya.

Ia hanya menyadari, rohnya keluar saat di rumah sakit ini. Ia berusaha untuk meyakini keberadaan tempat dan bertanya-tanya kepada Perawat dan Dokter. Namun, mereka manusia. Bukan tidak menggubris. Isum sudah tak kasatmata lagi di pandangan Perawat dan Dokter yang sedang mengurusi dan mengecek kondisi terakhir tubuhnya. Setengah badannya masih melayang-layang ke sana kemari. Hingga sosok Ibu datang.

Suhu tubuhnya sudah dingin. Di saat Ibu berbisik atas kerelaan melepas kepergian anaknya, Isum seutuhnya keluar dari raga. Langkahnya terus mengikuti arah sang Ibu ke manapun wanita itu melangkah.

Aksi lempar-lemparan botol semakin membuat gaduh suasana rumah sakit. Isum berseru agar berhenti. Percuma. Teman-temannya tak mendengar. Rupanya aksi kedua kubu masih belum tuntas dan terjadi saling menyalahkan. Namun, Isum masih belum menyadari dengan apa yang terjadi di antara kedua kubu itu. Ingatannya seolah tak merekam apapun kejadian di saat detik-detik terakhir kematiannya.

Isum hanya mengingat bahwa hari ini harusnya ia berada di arena balap dan bertanding dengan Sugeng. Kubu yang sekarang ia lihat sedang berseteru dengan teman-temannya.

Isum memukul-mukul kepalanya persis seperti ketika Ibu mengetuk-ngetuk remote TV supaya bisa berfungsi seperti sediakala. Tetap saja tidak ada perubahan. Hanya bayang-bayang hitam dan samar.

Ambulance sudah bersiap mengantarkan jenasah untuk dibawa pulang. Isum mengambil bagian duduk dekat bersama dengan tubuhnya yang terbaring kaku. Ia melihat sosok dirinya sendiri seperti sedang tertidur pulas. Hatinya gamang. Ia hanya berharap jika ini semua hanya mimpi. Tidak nyata. Siapa juga yang ingin mati muda. Begitulah ia berpikir.

Sesampainya di perkampungan, semakin tidak yakin jika yang dialami Isum adalah mimpi semata.

"Masak iya satu RT dan teman-temanku masuk semua ke dalam mimpi?"

Tubuh kaku itu diangkat dan dibaringkan di atas ranjang tempat pemandian. Keponakan Isum benar-benar menangis di malam itu.

"Benar jika ini semua tidak mimpi. Aku benar-benar sudah mati."

Isum merasa lemas. Ia benar-benar masih tidak terima. Bahkan, ketika matanya menangkap sosok sang Ayah, ia enggan untuk melihat yang dianggapnya hanyalah tampilan dari sebuah kepalsuan yang sedang dibuat-buat.

Ia melangkah masuk ke dalam rumah. Tidak ada satu benda pun yang bisa ia sentuh. Ia melihat juga bekas pakaiannya yang masih banyak sisa bekas darah. Tengah malam begini, masih banyak orang-orang berlalu-lalang. Ketika pemandian selesai, tubuhnya diangkat dan hendak dikafani di ruang tamu. Di sebuah anak tangga Isum terduduk. Mengamati bagaimana proses pakaian terakhirnya dikenakan.

Lantunan ayat-ayat suci dibacakan. Berharap agar arwah Isum tenang. Diterima dengan baik. Itu membuatnya seketika tenang. Ada banyaknya orang yang mendoakan. Ia beranjak dan berpaling untuk menaiki anak tangga selanjutnya.Namun, tiba-tiba saja hal aneh terjadi. Isum merasa sudah berada di tempat lain yang begitu gelap.

____

Ardi dan yang lainnya tentu tahu jika kecelakaan itu sedari awal memang hanya sebuah rekayasa. Namun, atas tujuan apa, ia masih mereka-reka. Sebab, begitu insiden itu terjadi, seketika itu juga Sugeng langsung menghilang. Keberadaannya tidak ditemukan.

Beberapa orang juga mengejar mobil yang sempat bersenggolan. Sayangnya tidak terkejar. Jaya tidak berhasil mendapatkan mobil itu dengan beberapa orang temannya. Padahal, tidak sedikit yang mengikuti dia, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mendapati jejak mobil tersebut. Bahkan, plat nomor polisinya pun tidak ada yang berinisiatif untuk mengingat saat pengejaran dilakukan.

Mobil yang tiba-tiba keluar dari gang pun juga terlihat aneh. Padahal, jelas-jelas saat di cek keberadaannya, mobil itu sedang dalam keadaan terparkir. Lalu bisa tiba-tiba muncul dan mengagetkan Isum yang sedang melaju sangat kencang.

Spekulasi itu terus memicu pertanyaan. Meski tak dipungkiri jika kecurangan-kecurangan itu sudah sewajarnya terjadi di arena balap liar. Namun, tidak ada satu pun yang mengira jika sampai menimbulkan korban nyawa. Takdir bukan manusia yang menuliskan. Namun, sebuah keyakinan untuk mengungkap siapa orang yang sudah merencanakan aksi kotor ini memang seharusnya dilakukan.

Setelah proses pemakaman selesai, beberapa pihak yang sewaktu insiden terjadi ada di tempat, bergegas menelusuri dan mengecek di mana saja keberadaan lokasi CCTV. Mereka tidak sabar ingin segera mengetahui plat polisi dari minibus itu. Didapati pula ternyata ada lima eh titik CCTV yang sekiranya bisa melihat dengan jelas kejadian di malam itu. Perkiraan inilah nantinya yang akan dipakai untuk merunut segala kejadian yang terlihat ganjil.

"Kita berkumpul besok dan meminta para pemilik CCTV untuk memutar ulang kejadian di malam minggu."

_____

Pukul delapan pagi mereka sudah berkumpul. Hari pertama orang-orang mulai melakukan rutinitas. Jika kemarin mereka hanya memantau titik keberadaan CCTV. Di hari inilah mereka akan segera mengetahui nanti.

Tak seperti yang dibayangkan. Usaha mereka tidak membuahkan hasil. Pihak dari PT. Universe juga pertokoan-pertokoan yang memasang CCTV di area itu, semua beralibi sama dan menolak untuk memutar rekamannya.

"Tidak bisa. Yang berhak dan memiliki kewenangan hanya petugas untuk melakukan sebuah penyelidikan."

Tidak ada titik terang. Hanya sekadar analisa saja tidak cukup membuktikan untuk dijadikan alasan bahwa ada orang dibalik layar atas tragedi itu.

Meski pihak keluarga telah pasrah. Menerima kepergian anaknya, akan tetapi tidak untuk orang-orang yang di malam itu menyaksikan secara langsung tragedi berdarah yang merenggut nyawa sahabatnya.

Atau memang membiarkan alam saja yang membuahkan hukum dari sebuah karma atas perilaku buruk orang itu seperti yang diucapkan oleh Ibu dari mendiang Isum?

Tidak adil rasanya. Begitulah pekik suara dari hati mereka. Itu semua terjadi bukan murni kecelakaan. Namun, adanya unsur kesengajaan. Mereka sangat meyakini. Keganjilan yang benar-benar mengusik benak mereka.

Hingga keesokan hari. Apa yang mereka sangkakan selama ini benar adanya.

Siang itu sepasang suami istri mendatangi kediaman Isum bersama dengan dua orang petugas dan satu orang dari Dinas perhubungan.

Tentu heran. Mengingat suaminya bekerja, Ibu kebingungan. Karena ia merasa bahwa kejadian yang dialami oleh anaknya di malam itu, ia tidak membuat laporan apapun. Bagaimana para aparat bisa menyambangi kediaman Isum? Lalu siapa kedua orang tua tersebut? Berkecamuk perasaan Ibu.

"Bisa kita bicara berbicara sebentar?" Seorang paruh baya berambut putih bertanya.

Sosok yang berada di samping pria paruh baya tentu adalah istrinya. Wanita itu mengenakan jilbab berwarna hijau dongker. Alisnya tebal. Matanya bulat. Keduanya sama bertubuh gemuk.

"Ada keperluan apa ya, Pak?" Sebelum Ibu mempersilakan tamu asing itu masuk ke dalam rumahnya.

"Ada hal penting yang ingin kami sampaikan perihal kecelakaan yang dialami oleh anakmu."

Tak menunggu lama, Ibu membukakan pintunya lebar dan menyuruh mereka untuk berbicara di dalam.

Suasana rumah masih tampak senggang. Sofa-sofa di ruang tamu masih berada di luar. Beralaskan tikar, mereka duduk lesehan. Ibu menuangkan minuman ke dalam gelas dan mempersilakan mereka untuk menjelaskan tujuan dari kedatangan para tamu tersebut.

"Saya Tari, Ibu dari Isum." Ibu memperkenalkan dirinya setelah mengenal masing-masing nama dari para tamu.

Pak Zaenal orang yang memakai seragam dinas Perhubungan. Sedang kedua orang yang berseragam bebas namun perawakannya terlihat layaknya Polisi adalah Pak Rei dan Pak Sam. Mereka adalah dua orang yang bertugas di Bareskrim. Yang membuat terkejut Tari, ketika mengetahui bahwa kedua pasang suami istri tersebut adalah orang tua Sugeng, yang ternyata rival balap dari Isum di malam itu.

Kedatangan mereka jelas pada intinya menanyakan perihal motor yang dibawa salah satu dari teman Isum. Juga berniat membantu jika Tari berkenan ingin mengklaim asuransi yang bisa dicairkan karena anaknya meninggal posisinya tepat di jalan raya umum.

Kedua orang tua itu juga menjanjikan uang duka yang cukup lumayan. Dengan satu catatan meminta kasus ini ditutup dan tidak dilaporkan kepada pihak berwenang.

"Sebelum Bapak dan Ibu meminta untuk tidak melaporkan. Saya sendiri sudah berniat untuk tidak melaporkan kejadian tersebut. Soal bantuannya terima kasih, tapi saya menolak. Soal kejadian anak saya, jika memang ada unsur kesengajaan. Percayalah, jika Tuhan tidak tidur. Tidak mungkin hal itu tidak menuai balasan. Karena kejadian itu sudah menghilangkan nyawa anak saya."

Kali ini Tari tidak lagi gugup dan bingung seperti ketika melihat kedatangan mereka. Dengan lancarnya ia mengucapkan itu. Sebelum akhirnya ia melanjutkan lagi, "Soal asuransi. Saya tidak terlalu memikirkan itu. Dan saya juga tidak ingin repot-repot. Karena saya sudah benar-benar ikhlas dengan kepergian anak saya."

Meski mengiming-imingi Tari untuk duduk diam dan petugas itu nanti yang akan mengurusnya, asalkan ada pembagian separuh dari asuransi yang cair. Dengan tegas Tari tetap menolak tawaran itu. Baginya, seberapa banyak uang diberikan, tidak akan cukup bisa mengembalikan anaknya yang hilang.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login