Baixar aplicativo
7.03% Harem milik Suamiku / Chapter 9: Bab 10 : Restoran Perancis

Capítulo 9: Bab 10 : Restoran Perancis

Pukul 19.00. Restoran Perancis.

Maximilian bersama Martin masuk ke sebuah restoran Perancis, untuk makan malam bisnis bersama salah satu kolega bisnis, yaitu seorang ahli pembibitan parfum dari Perancis. Jalanan macet karena adanya penutupan beberapa ruas jalan utama menjelang akhir tahun, akibatnya Max terpaksa datang terlambat. Dan sebelumnya Martin, asisten pribadinya sudah mengabarkan keterlambatannya pada koleganya ini, sehingga laki-laki yang berkumis lebat ini bisa memahami alasan keterlambatan Max.

"Dia? Sedang apa dia disini?" gumam Max lirih ketika sudut matanya menemukan sosok yang familiar. Ck, apanya yang familiar. Dirinya baru bertemu satu kali, yaitu saat menyelamatkannya dari penjambret, beberapa hari yang lalu. Tanpa sadar, kaki Max berhenti melangkah. "Sungguh pertanyaan bodoh. Di restoran, tentu saja sedang makan malam," monolognya, merutuki dirinya sendiri.

"Siapa?" tanya Martin bingung. Asisten pribadi Max yang berjalan di sisinya, yang juga ikut berhenti saat menuju meja yang ditempati oleh kolega bisnis.

"Tidak. Bukan siapa-siapa," elak Max datar sambil meneruskan langkahnya menuju meja koleganya. Sedangkan Martin memindai seluruh sudut restoran dengan cepat, untuk melihat siapa yang menarik perhatian dari seorang Maximilian Alexander, milyader yang terkenal dingin dan acuh. Martin tidak menemukan seseorang yang diketahuinya.

Di meja lain, di restoran Perancis.

"Marigold, tolong wajahmu jangan cemberut terus dong," tegur Adam kalem sambil menyuapkan ke dalam mulutnya, sesendok sup bawang dengan nilai gizi yang tinggi khas Perancis, yang diberi nama soupe a l'oignon. Kuah kaldu sapi ini direbus dengan potongan bawang putih yang kemudian disajikan dengan daging ayam yang disuir serta parutan keju di atasnya. Sup dengan tekstur kental ini terasa gurih dan lezat, sangat lezat.

"Maaf ya, wajah asliku memang sudah begini dari sononya. Kalau kamu tidak suka, tidak perlu lihat," balas Marigold sewot sambil menyeruput daging dari bekicot yang sudah diberi campuran bawang putih dan mentega, dengan semangat empat lima. Marigold melakukannya dengan sengaja, karena jengkel dipaksa dinner dengan orang yang dibencinya. Mama tercinta menyuruhnya melakukan apa yang diminta Adam, agar papanya yang bekerja sebagai manajer di perusahaan keluarga Adam, tidak mendapatkan masalah.

"Marigold, sikap makanmu seperti tidak berpendidikan saja," tegur Adam ketus sambil menggelengkan kepala saat mendengar suara seruput dari Marigold. "Lagipula, kenapa sih harus memilih menu escargot? Ribet cara makannya."

"Sengaja," sahut Marigold yang mengambil lagi escargot atau bekicot miliknya yang terakhir, lalu menyesapnya hingga ludes. "Aku terkena sariawan. Daging bekicot terkenal memiliki nilai kandungan vitamin C yang sangat tinggi, sehingga bisa meredakan panas dalam."

Adam hanya bisa memutar matanya, kesal. Pernyataan wanita yang sedang menikmati bekicot ini entah benar atau hanya ingin membuatnya kesal. Lalu Adam berdehem dan mencoba menanyakan hal yang wajar, seperti... "Apa kegiatanmu akhir-akhir ini?"

"Pecahin kayu."

"Astaga, Marigold.. jangan ketus terus dong jawabnya. Aku seperti sedang berbicara dengan anak esde yang sedang ngambek saja," gerutu Adam sambil membanting sendok. Adam memelototi Marigold yang dengan santainya menyingkirkan piring berisi bekicot yang sudah ludes, lalu mengambil piring lain yang berisi menu berikutnya. Yaitu Foie Gras.

"Aku bicara sejujurnya, Adam. Aku adalah guru karate. Pecahin kayu adalah bagian dari pekerjaanku," tukas Marigold sambil menusuk-nusuk menu makanannya yang berupa hati angsa yang dibakar, kemudian disajikan bersama saus khas Perancis yang lezat. Andai yang dibakar adalah hati Adam, Marigold akan lebih bersemangat lagi memakannya. Kejam? Biar saja.

"Apa kamu tidak bisa mencari jenis pekerjaan yang lebih feminim?" tanya Adam mulai jengkel sambil meraih piringnya yang berisi menu daging bebek dengan bumbu rempah-rempah khas Perancis. Yaitu Confit de Canard.

"Apa kamu tidak bisa mencari menu makanan yang sehat? Menu bebek memiliki kandungan kolesterol dan lemaknya yang sangat tinggi, juga berisiko meningkatkan darah tinggi hingga diabetes," papar Marigold dengan tersenyum polos sambil menudingkan garpunya ke arah piring Adam. Marigold bersorak dalam hati, melihat wajah Adam yang merah padam karena jengkel. Lalu tanpa merasa bersalah, Marigold kembali menyuapkan hati angsa yang ditusuk dengan garpu, ke dalam mulutnya dengan nikmat.

"Uhuk-uhuk.. Sialan kamu, Marigold! Jangan membicarakan perihal penyakit saat makan malam, bikin hilang nafsu makan saja," sembur Adam marah karena tersedak. Kemudian Adam meraih wine putih dan menegaknya langsung. Sindiran Marigold benar-benar membuatnya naik pitam. "Kenapa bicara denganmu selalu bersitegang sih?"

"Karena kita bukan TEMAN apalagi KEKASIH. Kita adalah MUSUH," jawab Marigold lembut namun penuh penekanan. "Camkan itu! Untuk apa aku harus menjaga sikap dan berbicara baik-baik pada orang yang sudah mencemooh dan menyakiti diriku?"

Adam berdecak sebal. "Ck, tidak bisakah kamu menurunkan ego mu dan mulai melihatku sebagai laki-laki yang berbeda dari masa lalu?"

Dengan garpu tetap dimulutnya, Marigold memiringkan kepalanya mengamati sosok Adam. Kemudian menggeleng, katanya, "Maaf, sekali musuh selamanya tetap musuh."

Marigold hanya mengangkat bahu, acuh tak acuh saat mendengar Adam menggeram kesal mendengar jawabannya. "Ck, memangnya siapa yang akan peduli, jika dia akan merasa kesal, jengkel, marah, bahkan murka? Aku?! No way," monolog Marigold yang kembali menikmati menu hati angsa miliknya.

Sementara itu, di sudut yang lain di restoran Perancis.

Maximilian sedang menikmati menu pilihannya yaitu Coq au Vin. Sebuah olahan paha ayam yang dimasak dengan anggur merah serta aneka rempah-rempah, sehingga menawarkan rasa yang sangat kaya dan lezat. Dan selama menikmati makan malam, Max sama sekali tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh Martin dan koleganya. Pandangan dan fokusnya terus tertuju pada seorang wanita yang sedang makan malam bersama seorang laki-laki jelek.

"Hmm, dia terlihat baik dan sehat," monolog Max yang mengacu pada penjambretan beberapa hari yang lalu. Kemudian Max menarik garis bibirnya saat mengunyah daging ayam itu. "Aku belum pernah melihat seorang gadis yang berwajah cemberut seperti dia. Manis juga," tambahnya dalam hati. Karena biasanya, Max selalu melihat wajah wanita yang berbinar-binar dan ceria disertai dengan tatapan memuja. Karena itu, Max terpesona melihat wajah yang sedang ditekuk yang ditujukan pada kekasihnya.

"Tunggu.. Kekasihnya?! Sial! Jadi dia sudah memiliki kekasih?" gerutu Max geram. Tiba-tiba saja hatinya dikuasai perasaan posesif yang besar. Lalu tanpa sadar, Max membanting garpu dan pisau diatas meja, membuat dua orang yang semeja dengannya menjadi terkejut dan menatap dirinya dengan heran.

"Ada yang salah, Tuan Max?" tanya Martin mengerutkan kening, memperhatikan ekspresi Max dan peralatan makan yang terbanting diatas meja, bergantian.

"Tidak. Tidak ada. Aku hanya tidak sengaja menggigit tulang kecil dan itu membuatku terkejut," dalih Max dengan nada datar, sambil meraih serbet putih di meja untuk menyeka bibirnya. "Silakan dilanjutkan lagi," lanjut Max sambil meraih gelas berisi anggur merah lalu menyesapnya perlahan. Max tidak peduli pada Martin yang menaikkan alisnya, yang bingung dan penasaran dengan sikapnya.

Obrolan Martin dan kolega itu pun kembali dilanjutkan. Sambil menggoyangkan gelas anggur, mata Max pun kembali memperhatikan gadis yang sedang menyesap bekicot dengan penuh semangat empat lima. Max tergelak geli melihat sikap gadis itu yang sungguh menikmati makanannya.

Tidak lama kemudian, Max memiringkan kepalanya, melihat gadis itu tiba-tiba berdiri dan berlari ke arah pintu masuk restoran. Ada apa gerangan?

Max terus memperhatikan gadis itu. Ternyata dia menyapa seorang pria berambut sedikit panjang hingga menyentuh kerah kemejanya. Namun sepertinya, gadis itu telah salah mengenali orang, karena dia kemudian menunduk dan meminta maaf pada pria yang terlihat bingung itu.

"Tuan Max? Tuan Max?"

"Ah ya, apakah anda kurang sehat? Saya perhatikan, sejak tadi anda terus melamun dan banyak pikiran."

"Hmm, mungkin saya hanya sedikit lelah," jawab Max singkat dan padat.

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C9
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login