Pagi itu Sophia tengah bersiap mendapat pelajaran sejarah dari Mr Anthony. Selama berada di Werewolf Academy, pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran kesukaan Sophia. Salah satu alasannya adalah kehadiran Mr Anthony yang selalu bersikap baik layaknya seorang ayah kepadanya. Sophia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah sehingga kehadiran Mr Anthony menjadi sesuatu yang berbeda untuknya.
Sophia yang masih mendapatkan pandangan aneh dari rekan-rekan di kelas berusaha bersikap acuh menghadapi mereka. Dia menganggap kejadian yang kemarin hanya sebagai kecelakaan ketika sedang praktek di sekolah. Sesungguhnya Sophia tidak punya niat untuk menakuti semuanya.
Helen merupakan pihak yang paling pertama memusuhi Sophia di sekolah.Bahkan karena provokasinya akhirnya Sophia menjadi kesal dan berubah menjadi seekor serigala.
"Hei, bagaimana kabarmu?" sapa Bianca yang baru hadir di kelas. Gadis yang merupakan sahabat dekat Sophia itu tidak biasanya datang terlambat ke kelas tetapi hari ini dia berbeda. Ada bulatan hitam di sekitar bola matanya sebagai pertanda semalam dia begadang atau tidur terlalu larut.
"Hai juga, aku baik. Bagaimana denganmu? Mengapa kantung matamu terlihat hitam?" balas Sophia sembari memberikan tempat yang lebih luang untuk duduk sahabatnya. Keduanya memang kerap satu bangku ketika melaksanakan pembelajaran.
"Oh ya, benarkah semua terlihat jelas?" tanya Bianca sembari memegang sekitar matanya yang menghitam.
"Semalam aku belajar hingga larut malam. Aku sama sekali tidak sadar ketika pagi menjelang," imbuh Bianca.
Sophia tersenyum mendengarkan cerita sahabatnya yang begitu rajin belajar. Bianca merupakan putri seorang tetua werewolf sehingga dia berusaha menjadi yang terbaik diantara yang lainnya. Demi menjaga nama baik sang ayah, Bianca telah berusaha dengan sangat keras.
"Apakah kamu tahu, pelajaran apa yang membuatku hanyut dalam bacaan?" tanya Bianca. Sophia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan dari Bianca. Gadis itu memang tidak pandai menebak apa yang disukai oleh sahabatnya.
"Aku meminjam buku mengenai sejarah Vampir dan werewolf. Beberapa hari lalu aku melihatnya di perpustakaan dan tertarik untuk membacanya. Ternyata isinya begitu seru," ungkap Bianca dengan ceria. Sophia hanya bisa mengangguk untuk membuat sahabatnya senang.
"Apa saja yang ada di dalamnya?" tanya Sophia.
"Apakah kamu tahu kalau salah satu ciri seorang vampir itu takut terkena cahaya matahari. Mengapa? Karea kulit mereka seputih porselen dan akan semakin mengkilat jika terkena cahaya matahari. Oleh karena itulah mereka selalu tinggal di kawasan yang redup dan jarang terkena matahari," jelas Bianca.
Sophia langsung menegang ketika mendengarkan penjelasan Bianca mengenai kulit seorang vampir yang bersinar kala terkena sinar matahari. Dia langsung teringat pada dirinya sendiri yang kulitnya bersinar ketika terkena sinar matahari. Sophia lebih kerap mengenakan pakaian berlengan panjang supaya kulitnya tidak bersinar.
"Apakah kamu serius?" tanya Sophia.
"Tentu saja aku serius dong," sahut Bianca dengan penuh kepercayaan diri.
Sophia semakin gelisah membayangkan jika dirinya memang seorang vampir. Dia pernah merasa begitu haus pada darah manusia, bahkan dia juga memiliki kulit yang bersinar. Sophia panik jika seandainya dirinya memang seorang vampir.
"Kamu kenapa melamun?" tanya Bianca sembari menepuk bahu Sophia dan membuat gadis itu terbangun dari lamunanya. Sophia langsung tersenyum mendapati sahabatnya yang sedang melihatnya dengan penuh tanya.
"Ah tidak. Aku hanya sedang berpikir mengenai sosok vampir di dalam ceritamu. Kira-kira apakah mungkin mereka bertumbuh dari kecil menjadi besar?" tanya Sophia.
Bianca langsung menertawakan wajah polos Sophia ketika memikirkan mengenai pertumbuhan seorang vampir. Siapapun pasti mengetahui bahwa Vampir merupakan makhluk abadi yang tidak mengenal kata tua dan pertambahan usia. Wajah dan tubuh mereka akan selalu nampak muda meski usia sudah ratusan tahun.
"Kamu begitu lucu, Sophia. Mana ada vampir yang tumbuh. Mereka akan selalu bertubuh di usia muda meskipun sudah tua. Mereka adalah makhluk abadi yang selamanya tidak mengenal tua dan keriput," jelas Bianca yang membuat Sophia sedikit merasa lebih baik. Salah satu buktinya adalah tumbuh. Sophia masih bisa mengingat bagaimana masa kecilnya yang indah dan perubahan tubuhnya menjadi tinggi. Sekarang dia lega karena dirinya bukan seoang vampir.
"Aku sangat ingin bertemu vampir. Menurut cerita, mereka semua tampan dan cantik. Mereka adalah titisan dewa dewi khayangan yang indah dan tidak akan pernah bisa terlupa oleh siapapun yang pernah melihat mereka semua," bisik Bianca karena takut bila ada yang mendengar percakapan dirinya.
Sophia merasa heran dengan keinginan dari sahabatnya itu. Rasanya keinginan Bianca sudah melampaui batasan. Tidak ada yang berkeinginan bertemu vampir apalagi bagi kaum werewolf yang terlahir untuk menjadi pembasmi kehadiran vampir.
"Astaga, keinginanmu terlalu aneh!" balas Sophia berbisik karena Mr Anthony telah masuk ke dalam ruangan.
"Selamat pagi, kalian semuanya yang berada di dalam ruangan ini! Pertama-tama aku sangat berterima kasih atas antusiasme kalian yang tergerak untuk mempelajari sejarah werewolf dan vampir. Kalian memang harus mempelajari hal tersebut supaya tidak terjadi kesalahan dalam memaknai hubungan diantara mereka," jelas Mr Anthony.
Sophia dan Bianca langsung berpandangan karena apa yang mereka bicarakan seakan dapat didengar oleh telinga Mr Anthony. Mereka merasa malu kalau sampai Mr Athony mengetahui juga perihal keinginan Bianca bertemu seorang vampir.
"Sekarang mari kita mulai pelajarannya!" jelas Mr Anthony.
Kegiatan belajar berlangsung selama hampir tiga jam lamanya. Selama itu, Sophia menahan dirinya dari rasa ingin tahu mengenai bagaimana dirinya mempunyai semua ciri yang dimiliki seorang vampir. Dia merasa takut membayangkan bagaimana jika memang benar seorang Sophia adalah seorang vampir dan bukan werewolf.
Mr Anthony melihat lamunan dari Sophia dan bergerak untuk mendatanginya.
"Bagaimana keadaanmu werewolf kecil?" sapa Mr Anthony yang membuat Sophia berhenti berjalan di dunia khayalannya. Dia langsung kaget dan fokus pada pelajaran di hadapannya.
"Aku sangat senang mendengar prestasi salah seorang siswa baruku yang sudah bisa melakukan transformasi di usai yang sangat muda. Tidak kusangka dia begitu hebat dan menyembunyikan kekuatan di dalam dirinya," jelas Mr Anthony sambil menoleh ke arah Sophia.
Semua pandangan rekan sekelas tertuju pada Sophia. Tampaknya mereka sudah mengetahui siapa yang sedang dibicarakan oleh Mr Anthony. Lagi-lagi Sophia hanya bisa tertunduk melihat pandangan semuanya.
"Mengapa harus malu? Kamu memiliki kelebihan dibandingkan kaum werewolf lainnya. seharusnya kaum werewolf merasa bangga karena mempunyai mutiara terpendam seperti dirimu.
Sophia merasa senang dengan pujian dan sikap baik dari Mr Anthony. Lelaki itu selalu sukses membuat gadis itu kembali tersenyum dan melawan perasaan rendah diri yang dimilikinya.
"Mana ada mutiara terpendam yang mau membunuh rekannya," bantah Helen yang langsung disambut tepuk tangan oleh teman-temannya. Dia sengaja hendak mempermalukan Sophia di hadapan yang lainnya.
"Sayangnya kamu belum bisa bertransformasi sehingga tidak mengetahui bagaimana rasanya kelaparan dan kehausan," imbuh Mr Anthony.
Helen langsung menciut nyalinya setelah sang guru membandingkan dirinya dengan Sophia.Dia tidak suka kalau Sophia lebih uggul darinya.
"Memangnya selapar apa mereka?" tanya salah seorang rekan yang lainnya.
Mr Anthony melihat kearah Sophia dengan perasaan kasihan. Dia merasa gadis itu telah banyak menderita akibat perbuatan yang tida dilakukan olehnya,"
"Sangat lapar bahkan kamu tidak akan mengingat apapun di hadapanmu," tegas Mr Anthony untuk mengurangi tindakan pembulian yang diterima Sophia.
"Pantas saja Sophia menyerang kami semua ternyata dia tidak mengenali siapa yang berada di belakangnya," tanggap mahasiswa yang lainnya.
"Betul. Kasihan sekali Sophia yang lapar namun tidak bisa memakan buruan yang ada di depannnya," sahut siswa lainnya.
"Kalian jangan lagi membuli rekan kalian yang berbeda karena sesungguhnya kalian tidak melihat apa yang sebenarnya berada di dalam dirinya. Bisa jadi dia merupakan anak istimewa atau seseorang yang kelak membanggakan kalian semua," ujar Mr Anthony.
"Cintai dan terima dirimu sendiri apa adanya!" imbuh Mr Anthony.