Baixar aplicativo
4.53% Noktah Merah Muda Pernikahan / Chapter 18: Mabuk

Capítulo 18: Mabuk

Yoona berjalan menuju cafe langganannya. Di sana dia biasa membuang penat dan kegelisahan hatinya. Ditemani segelas wine dia menikmati pemandangan kota yang luar biasa padat.

"Jam pulang kantor memang menyebalkan," lirihnya.

Dia meneguk winenya dan menikmati sepotong cake keju yang ia pesan. Suasana hatinya sedang sangat buruk, bukan tanpa alasan. Semua karena dia tak bisa menghubungi Fabio yang tengah berada di luar dengan Amanda.

Seorang pria berperawakan tinggi dan tampan menghampiri wanita yang tengah duduk terpaku itu. Dia tiba-tiba saja duduk tanpa permisi dan menyapa Yoona dengan lembut.

"Kau sendiri?" tanyanya.

"Ah, kau. Benar, aku sendirian. Kau datang dengan siapa?" tanya Yoona.

"Aku? Aku selalu sendiri," balas pria itu.

Yoona tak ingin memulai pembicaraan. Dia hanya terdiam dan terpaku tanpa kata.

"Suamimu sudah berlebihan," katanya.

"Apa maksudmu?" tanya Yoona.

"Dia mengatakan pada orang tuanya jika gadis jalang itu adalah adikku. Dia memintaku agar bersandiwara sebagai kakak Amanda," jelas Louis.

Yoona mematung. Dia tak menyangka Fabio melakukan semua itu demi melindungi Amanda.

"Aku yang merencanakan pernikahan mereka, hanya saja aku tak berpikir sejauh itu," jelas Yoona.

"Tentu saja. Aku tahu benar," jawab Louis membela Yoona.

Suasana tampak sangat canggung. Yoona tak bergeming, hanya saja dia sedikit bingung dengan rencana Fabio yang mengatakan jika Amanda adalah adik Louis.

"Kau kesepian? Ingin jalan-jalan keluar sebentar?" ajak Louis.

Yoona menatap tajam mata biru pria yang menawarinya penghiburan itu. Karena merasa membutuhkan suasana baru, Yoona setuju ikut. Louis membawanya ke sebuah bar yang sedang mengadakan pesta. Ada beberapa teman Fabio di sana.

Suasana bar sangat ramai, musik yang berdentum keras membuat telinga Yoona yang tak akrab dengan hal seperti itu begitu tersiksa.

"Ini terlalu berisik," protes Yoona.

Louis menarik tangan Yoona menuju kerumunan orang yang tengah bersenang-senang. Hari belum terlalu gelap hanya saja karena sengaja ada pesta tempat itu sudah ramai.

"Kau hanya belum biasa saja, ayo ambil gelasmu dan menari," ajak Louis dan menarik tangan Yoona.

Louis tampak tersenyum gembira melihat istri sahabatnya itu canggung. Yoona tampak kaku saat itu. Hanya saja lama kelamaan dia merasa hatinya terhibur. Jiwa bebasnya terbawa dentuman musik keras dan dengan spontan tubuhnya bergerak meniru orang-orang di sekitarnya.

"Kau pandai sekali, Sayang," bisik Louis.

Panggilan sayang itu membuat Yoona merasa kaget. Bagaimana bisa pria yang sudah lama dia kenal sebagai sahabat suaminya itu memanggil dia dengan sebutan sayang.

"Apa ini? Mengapa dia memanggilku sayang," batin Yoona.

Tegukan wine terakhir Yoona membuatnya limbung dan mabuk. Dia seperti orang gila yang tak tahu arah. Dia menari tanpa ragu. Bahkan dia meliukkan tubuhnya dengan seksi.

"Aish, mengapa dia begitu menggoda," batin Louis yang mulai bernapsu melihat Yoona.

Dia tak sepenuhnya mabuk, sehingga dia bisa mengendalikan dirinya. Malam semakin larut tapi berkali-kali Louis mengajak Yoona pulang dia masih menolak.

"Aku merasa senang di sini, mengapa kau memintaku untuk pulang?" oceh Yoona tak karuan.

Melihat mata Louis yang sudah dipenuhi napsu, Tommy mendekat. Biasanya dia yang paling tak bisa menyembunyikan napsu primitifnya itu, tapi kali ini tidak.

Saat bibir Louis mengincar bibir Yoona, Tommy segera datang dan menarik istri sahabatnya itu dari bangkunya.

"Hyak, kau sudah gila? Dia istri sahabatmu. Apa yang akan kau lakukan?" bentak Tommy.

Menyadari apa yang akan terjadi Louis menjadi sangat malu. Dia benar-benar tak menyangka jika hatinya sudah dipenuhi napsu.

"Bawa dia pulang, aku masih ingin di sini," kata Louis sengaja tak ingin membuat napsunya berlanjut.

"Aku tahu, akan bahaya jika kau yang membawanya kembali," umpat Tommy.

Louis memandang Tommy yang memapah wanita cantik itu ke mobil. Dia menyadarkan dirinya jika Yoona adalah istri sahabatnya.

Di sisi lain, Fabio masih berada di luar hotel. Sebelum masuk hotel dia bermaksud menghubungi istrinya itu karena tak mungkin menghubungi Yoona saat sedang bersama Amanda.

"Aish, siapa yang memblokir kontak Yoona," keluh Fabio melihat nomor telepon istri pertamanya itu terblokir.

Dia segera membuka blokir dan mencoba menghubungi Yoona. Dalam sela panggilan terhubung Fabio memikirkan bagaimana bisa kontak itu terblokir.

"Apa Amanda yang melakukan ini?" batin Fabio.

Hingga habis nada tunggu panggilan itu, Yoona tak menjawab panggilannya.

"Kemana dia?" lirih Fabio berkali-kali.

Tak biasanya Yoona mengabaikan panggilan darinya. Batin Fabio menjadi gelisah. Bagaimana juga Yoona tetap wanita yang dia cintai sampai detik ini. Fabio berinisiatif mengubungi nomor rumah untuk menanyakan keberadaan istrinya.

"Tak mungkin dia keluar saat tubuhnya sedang tak enak badan," kata Fabio.

Sembari menyetir mobil kembali ke hotel dia menghubungi telepon rumah dan menanyakan istrinya itu.

"Tuan, Nyonya mabuk berat. Tuan Tommy membawanya kembali dan saat ini Nyonya sedang istirahat," jawab pembantu.

"Mabuk? Apa dia baik-baik saja?" tanya Fabio.

"Saya sudah buatkan penawar mabuk, Tuan. Hanya saja Nyonya Besar belum bangun," jawab pembantu itu.

"Awasi dia, jangan sampai dia terluka. Kebiasaan mabuknya sangat buruk," titah Fabio.

Pembantu mengiyakan keinginan bosnya itu. Dia terjaga sepanjang malam untuk menjaga Yoona yang terlelap di ranjang. Sesekali wanita itu mengoceh tentang Amanda.

"Apa Nyonya depresi karena Nyonya Muda jauh lebih baik darinya? Aish, menyebalkan," umpat pembantu itu.

Fabio segera masuk. Dia pulang terlambat. Meeting yang sejatinya hanya akan berlangsung tiga jam menjadi sangat panjang karena koleganya memutuskan untuk menteken kontrak hari itu juga dan membuat rencana proyek besar keduanya.

Saat Fabio masuk kamar Amanda sudah terlelap. Dengan baju hotel warna putih gadis itu tertidur pulas dengan berbantal lengannya. Fabio tersenyum manis melihat istri keduanya itu terlelap.

"Kau begitu cantik, Sayang. Kau bisa membuat hidupku berubah. Kau benar-benar membuatku mengenali siapa diriku saat ini," lirih Fabio.

Dia berjalan menuju ranjang dan membenarkan selimut istrinya. Kecupan manis mendarat sempurna di kening Amanda. Kecupan penuh cinta itu tak membuat istrinya itu terusik. Dia hanya sedikit bergerak dan kembali terlelap.

"Kau lucu sekali saat tidur, maaf aku pulang terlambat, Sayang," bisik Fabio.

Tak ada kehidupan lagi selain napas Fabio. Dia melangkah ke kamar mandi dan membersihkan dirinya setelah aktifitas panjang sehari ini. Dia memikirkan banyak hal saat mulai menyandarkan dirinya ke ranjang.

Mabuknya Yoona mencuri perhatiannya lebih dari pada wanita yang akan dia tagih segelnya malam ini. Dia tak habis pikir ada apa dengan istri pertamanya hingga dia mabuk berat seperti itu.

"Apa karena aku meninggalkan dia sendiri dan pergi dengan Amanda? Apa dia cemburu? Mengapa sampai seperti ini?" batin Fabio terus saja bertanya tak ada habisnya.

Kegelisahan hatinya menjadi masalah baru bagi pria dari keluarga Rezer itu.

* * *


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login