pagi ini terasa cerah sekali, mentari bahkan tak malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Menyelusup dibalik gorden, hingga menusuk ke dalam retina. Seorang gadis masih tertidur pulas, dengan balutan selimut berwarna putih polkadot. Ia enggan membuka mata, padahal sedari tadi cahaya mentari mengayun meminta gadis itu untuk terjaga.
"Ngghh," Irona mengerang, ketika gorden benar-benar di sibakkan oleh sang Mama.
"Bangun, Rona," Mama Selvia, ibunda dari Irona. Mama yang super hebat, karena ia menghidupi Irona seorang diri. Ayahnya telah lama meninggal karena sakot, dan sejak itu Mama Selvi mulai mandiri untuk membiayain Irona.
"Jam berapa, Ma?," masih enggan untuk bangun, Irona justru berguling-guling dan kembali menutupi wajahnya.
"Jam 05.30, cepet bangun supaya ngga telat," sang Mama benar-benar menyibakkan selimut Irona sehingga sang empu duduk tegap dari tidurnya.
"Cepet mandi, Mama siapin sarapan"