"Nggak gitu, Bu .... " Arsena melepas sepatu dan menyimpannya di bawah kursi. "Lagian aku sama Rangga udah putus kok."
"Apa? Putus?" Amira menipiskan bibir dan mendekati sang putri, lalu memeluk kedua bahunya dengan lembut. "Nggak papa. Namanya cinta dan pacaran pasti ada putusnya. Itu hal biasa. Apalagi kamu baru pertama kali pacaran," ucap Amira. "Tapi, kenapa kamu nggak cerita sama Ibu?"
Arsena ikut melingkarkan kedua tangan di pinggang Amira dan bersandar di atas dada sang ibu. "Aku malu, Bu. Tapi aku udah nggak papa kok. Awalnya emang sakit, tapi sekarang udah terbiasa. Bener kata Ibu, kalau cinta nggak harus memiliki."
Syukurlah. Amira sangat senang mendengarnya. Dia mengusap rambut Arsena dengan begitu tulus. Ternyata putrinya telah menginjak usia dewasa dan baru saja terluka karena cinta.
Tidak apa. Semua anak pasti akan melalui fase tersebut. Amira hanya harus berada di samping Arsena, agar sang putri tidak merasa kesepian dan merasa jika dunia tidak berpihak kepadanya.