"Kal, oper ke gue!"
Arsena membaca pergerakan Arkala sebelum lelaki itu melempar bola pada Matteo. Dengan kemampuan berlari cepat yang dia miliki, gadis itu langsung merebut bola dari tangan Arkala dan menembaknya ke ring tanpa ragu.
"Yes!"
Gavin dan yang lainnya memukul dahi, sembari melongo di tempat mereka berpijak. Dia tidak menyangka, jika seorang gadis seperti Arsena memiliki ketangkasan yang tidak bisa ditebak.
"Gimana? Belum mau nyerah?" tanya Arsena, sembari merangkul bahu Aileen menghadap Arkala.
"Lo licik, dan ini baru permulaan."
"Oke. Kita liat aja nanti."
Kedua gadis itu menyebar dan menempati posisi masing-masing. Permainan kembali dimulai. Seperti biasa, bola selalu berada dalam kekuasaan Arkala. Awalnya lelaki itu sungkan karena melawan segerombolan gadis. Namun, setelah melihat kemampuan Arsena, dia tidak akan main-main lagi.
Anggap saja ini pertarungan sungguhan.
"Baal, ambil!"