"Papa kamu apa menawarkan diri juga, bergantian denganmu?" tambah Melzy.
Aku Begitu deg-degan saat detik-detik terakhir bersamanya. Tunggu! Apa benar ini adalah detik terakhir aku bisa melihat dia? Bisa bersamanya? Bisa jalan dengannya? Bahkan jangan-jangan ini terakhir melihatnya? Setelah itu tidak akan mungkin lagi? Entah mengapa angin yang menyapu pipiku yang tidak kemerahan ini terasa begitu dingin hingga menusuk ke lapisan kulit yang paling dalam. Air mata yang sedari tadi aku bendung sekuat yang aku bisa, pada akhirnya tumpah juga. Tidak! Aku tidak boleh menitikkan air mata. Pada akhirnya aku harus bahagia, begitu juga dia dengan alur hidupnya kelak. Tangisan ini semoga menjadi yang terakhirku.
"Bresssssss!!!" Suara hujan tetiba saja mengguyur semesta, tak terkecuali kami yang sedang berada di jalur jalan raya hendak menuntaskan sesuatu.