"Tentu saja!" Mia mengerutkan bibir dan menjawab dengan senyum kecil. Matanya yang bundar berbinar cerah menatap mata Petra yang dalam. Petra menatapnya dengan tatapan yang tampak seperti diterpa badai. Kemudian, Petra berpaling begitu saja dan berjalan ke ruang kerjanya.
Ketika Petra masuk ke ruang kerjanya dan menutup pintu, semua pretensi Mia seketika runtuh.
Melihat genangan cairan semerah darah di lantai, perlahan, sebuah senyum mencela merekah di wajah Mia dan terpancar dari matanya.
Bagaimana kalau dia tidak bisa sadar diri?
Apa dia mau membiarkan dirinya sendiri jatuh dalam rasa cinta yang mengacaukannya?
Mia merasa letih dan lemas, dan dengan perlahan, dia berjongkok dan bersandar pada meja makan. Mia menguburkan kepalanya di antara kedua lutut yang dipeluknya, hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk jarum.
Clio sudah muncul... jadi kita tidak bisa tinggal di sini lagi. Begitu?