Baixar aplicativo
3.01% The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 12: Dia Akan Menjadi Musuh Mereka

Capítulo 12: Dia Akan Menjadi Musuh Mereka

Semuanya sudah usai, hanya kobaran api dengan lumuran darah yang, berceceran di tanah. Arzlan secara perlahan mendekati Lesley, gadis itu melotot di saat terakhirnya.

"Earrrgh!" Arzlan melengking berteriak, hingga terdengar seperti suara monster.

Suara tersebut, bisa di dengar oleh keempat pahlawan yang dulu pernah menjadi rekannya.

"Uh… perasaan apa ini? Kenapa aku, merasakan ada monster besar yang sedang meraung?" Adred, terasa sesak di dadanya.

"Ya, ini sangat mengerikan! Ternyata, para monster ada yang lebih menjijikkan daripada mereka ini!" ucap Amiru, sembari menatap mayat monster yang sudah tergeletak.

Mereka baru saja, menyelesaikan tugas menangani para monster yang mengamuk di bagian, selatan kerajaan.

Dan peristiwa aneh, mereka rasakan meski tidak bisa mendengar teriakan Arzlan, namun sudah cukup untuk membuat hati mereka menjadi ketakutan.

Tidak hanya keempat pahlawan namun Raja Iblis juga merasakan hal yang sama. "Hooh… ternyata sudah muncul makhluk yang akan menandingi diriku! Menarik sekali! Aku tidak akan sabar, menunggunya seperti apa rupanya makhluk tersebut."

Arzlan berteriak histeris, dengan air mata yang mengalir deras. "Apakah ini, semua adalah takdir? Jika memang sang pemilik takdir ingin, membuatku menderita maka akan aku buat dunia yang dia ciptakan, menjadi jauh lebih baik! Aku tidak peduli, siapapun musuhku yang menghalangi setiap langkahku akan aku tebas, tidak peduli malaikat, dewa, iblis, manusia, ataupun makhluk lainnya akan aku bunuh mereka semua!"

Benih kebencian yang tertanam dalam tubuh Arzlan, sejak bertemu dengan perempuan berjubah itu terus berkembang hingga menjadikannya seperti sekarang. Kebencian sudah, merasuk terlalu dalam hingga menghapus seluruh, rasa kemanusiaan yang ada di dalam tubuh Arzlan.

***

Setelah, peristiwa itu Arzlan menguburkan seluruh penduduk di tempat yang layak di dekat tebing yang sering menjadi tempatnya untuk istirahat.

Arzlan bertelungkup, sembari berkata, "Lesley, aku berterima kasih. Berkat dirimu, aku bisa berhasil sampai ke sini! Aku akan membuat negeri di mana, peristiwa seperti ini tidak akan terjadi lagi! Aku harap kau, tenang di sana!"

Matahari, menyinari tubuh Arzlan seolah, sedang memberikan dukungan terhadap ucapannya. Arzlan lalu memulai perjalanannya.

Tujuan awalnya, adalah menghancurkan kerajaan yang telah menghabisi seluruh penduduk desa. Dan kerajaan itu merupakan, tempat dari pertama Arzlan merasakan penderitaan di dunia itu.

Dengan jubah berwarna hijau tua, Arzlan melakukan perjalanan. Dia terus berjalan hingga, melintasi sebuah gubuk kecil.

Di dalam gubuk itu, terdengar suara gaduh.

Brack!!!

Tepat ketika melintas di dekatnya, seorang perempuan dengan wajah cemas keluar dari pintu gubuk.

Wanita itu berteriak, meminta tolong. Awalnya Arzlan hanya mengabaikannya, namun teriakan histeris itu menarik perhatiannya.

Segera dia berjalan ke arah gubuk tersebut, seorang pria menyadari kehadirannya.

"Uh? Mau apa kau!" Dengan, pedang di tangannya, dia segera mengayunkan kepada Arzlan yang dianggap sudah, mengganggu kesenangannya.

Arzlan membuka telapak tangannya, energi hitam menyebar di sekitar tangannya. "Eater!" Langsung energi tersebut, mulai mendekati pria tersebut dan menyerangnya.

Tubuh pria tersebut, dicabik-cabik oleh energi Arzlan yang berubah menjadi seperti monster ganas.

Arzlan, melihat ke dalam gubuk tepat di depan matanya ada seorang pria lain, yang sedang melakukan hal keji terhadap perempuan yang tadi berteriak histeris, perempuan itu dipukul di bagian wajah, hingga meninggalkan bekas lebam merah, lalu pria itu menikmati tubuhnya.

Arzlan mengepalkan giginya.

Pria tersebut menoleh ke belakang, matanya langsung melotot ketika melihat sesuatu hal yang mengerikan dari tubuh Arzlan.

"Makan dia!"

Segera energi tersebut, menggigit dengan brutal tubuh pria bajingan itu. Darah terciprat ke seluruh ruangan, wanita yang tidak berdaya itu menjadi sangat kaget.

Setelah semuanya, selesai Arzlan kembali melanjutkan langkah kakinya. Sebelum itu dia melihat, satu pedang yang tergeletak di tanah, pedang itu merupakan senjata pria yang tadi hendak menyerangnya.

Arzlan mengambilnya, lalu mulai melangkah kembali. "Benar-benar bangsat, dunia ini! Memang, sepertinya moral di sini sudah hilang! Akan aku, ubah dunia ini dan menciptakan dunia tanpa diskriminasi!"

***

Desa Otza…

Desa itu, sedang dilanda berita buruk. Mereka menjadi ketakutan tentang, invasi Kerajaan Scaevola. Kerajaan itu menjadi sangat agresif setelah tiga tahun, mendapatkan kekuatan dari para pahlawan yang dipanggil mereka.

Invasi terus dilakukan, mencangkup wilayah barat, dan utara. Scaevola terdapat di bagian selatan, di bagian timur, adalah wilayah Raja Iblis, sementara barat dan utara, merupakan wilayah dari Elf, Beast Human, dan Dwarf.

Akan tetapi, Beast Human tidak memiliki kerajaan mereka hanya bersembunyi di wilayah yang jauh dari kediaman manusia maupun ras lain. Akan tetapi, manusia adalah makhluk yang tamak, terus memperluas wilayah mereka tidak mempedulikan nasib dari makhluk lain.

Arzlan tiba di desa kecil yang dihuni, oleh para Beast Human. Dia menyembunyikan identitasnya dari baik kain yang digunakan sebagai hoodie.

Hanya sekilas dirinya, pendengaran dari para penduduk. Tidak ada waktu untuk dirinya, berdiam diri tujuannya masih tetap, sama yaitu menghancurkan kerajaan manusia.

Crash!!!

Tiba-tiba dari arah jam dua, terdengar suara tebasan pedang yang begitu nyaring di telinga Arzlan, ketika dia menoleh seorang manusia dengan armor dan pedangnya telah menebas pria Beast Human.

"Ayah…!" Seorang perempuan muda, ditahan di tangan pria tersebut.

Arzlan tidak bisa tinggal diam, dia segera menghampiri pria itu. Ketika pria itu hendak memasukan gadis tersebut, ke dalam pedati kuda.

Arzlan berkata, "Oi…."

"Hmm?" Dia menoleh ke arah belakang, dan mendorong gadis itu masuk ke dalam pedati. "Siapa kau!" Dengan kasar, dia berkata dengan nada arogan.

"Lepaskan makhluk yang kau tahan itu!" Arzlan menggeram, membalas ucapan pria tersebut.

"Heheheahah… apakah kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah seorang petualang, yang sudah diberikan hak untuk menjual, para gadis muda ke para bangsawan!"

"Bangsawan!" Arzlan benar-benar marah, mendengar kalimat itu. "Kau berarti, dari kerajaan bajingan itu!"

"Berani sekali kau, mengatakan hal seperti itu! Akan aku penggal kepalamu, sehingga semua orang yang ada di sini, akan belajar bahwa melawan pihak kerajaan adalah sebuah kesalahan."

Pria itu mulai, menyerang Arzlan dengan pedangnya. Tubuhnya yang besar, memberikan keuntungan dalam mengayunkan pedang.

Arzlan menyipitkan matanya.

Things!!!

Dengan gerakan, super cepat Arzlan menangkis serangan pria tersebut, hingga menyentak pedangnya.

"Uh! Bagaimana bisa, dia menahan seranganku! Aku ini level 50, tidak akan mungkin kalah melawan orang yang berpakaian lusuh seperti dirimu!" Pria itu kembali melayangkan serangan.

Arzlan mengeratkan genggaman tangannya, lalu dia melajukan pedangnya. Sekali lagi benturan terjadi, akan tetapi dalam beberapa saat kemudian pedang pria itu patah, kemudian Arzlan memutar pergelangan tangannya, dan menebas badan besar pria itu.

Darah mengucur deras, dari tubuh yang perlahan tumbang. "Tidak mungkin…."

Arzlan menatapnya dengan sangat horor. "Dasar cacing." Bahkan dia tidak mau meludahi pria tersebut.

__To Be Continued__


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login