Baixar aplicativo
21.79% Tetanggaku Yang Seram / Chapter 17: Mencurigai Sea

Capítulo 17: Mencurigai Sea

Tok! Tok!

"Permisi!"

Tok! Tok!

"Iya, sebentar!" Sea segera membukakan pintu rumahnya.

Ceklek!

"Selamat malam dengan, Nona Sea?" tanya seorang pria dengan mengenakan seragam aparat kepolisian.

Pria itu berjumlah dua orang, Sea masih memandangi mereka dengan waspada.

"Benar saya adalah Sea, ada yang bisa saya bantu?" tanya Sea.

"Boleh, kami masuk dan berbicara sebentar dengan, Nona?" tanya salah satu dari pria itu.

Sea pun menganggukkan kepalanya, walaupun dari raut wajahnya terlihat ragu-ragu.

"Silakan, Tuan,"

Lalu dua pria masuk ke dalam rumah Sea.

Mereka duduk dan mulai menginterogasi Sea.

"Ehm! Begini, Nona Sea, sebenarnya kedatangan kami kemari, sedang menyelidiki tentang hilangnya seorang gadis yang bernama Livy Jones, dan seorang pria bernama Archer," jelas salah seorang pria.

"Oww, tapi apa hubungannya dengan saya?" tanya Sea.

Pria yang satunya juga langsung angkat bicara.

"Begini, Nona. Menurut seseorang yang melapor kepada kami, dia melihat dua orang itu terakhir bertemu dengan, Nona," jelasnya.

'Ah, sial! Siapa yang melaporkanku? Apa itu, Alice?' tutuk Sea di dalam hati.

"Nona, bisa jelaskan bagiaman kronologi kejadiannya?"

"Ah ...," Sea segera memasang senyuman palsu, "tentu saja, Pak," jawab Sea, dia bertingkah biasa saja.

"Baik, silakan ceritakan Nona. Kami akan merekamnya,"

Sea terdiam sesaat, untuk mengarang cerita agar dua pria ini tidak mencurigainya.

"Sebelum Livy, dikabarkan menghilang saya memang pernah bertemu denganya, Pak, bahkan saya sempat memberinya makan, dan saya juga sempat mengobati luka-lukanya, tapi ...." Sea mulai tampak gelisah.

"Tapi apa, Nona? Bisa dilanjutkan?"

"Ah, tentu saja, Pak! Tapi setelah saya mengobati lukanya, dia malah pergi begitu saja, saya tidak tahu lagi," jelas Sea.

"Tapi, menurut ibunda dari Livy, saat keluar dari rumah, Livy, itu tidak dalam keadaan luka-luka, apakah Anda tahu siapa yang sudah menganiaya, Livy?" 

"Ah, saya tidak tahu, Pak! Saya hanya menolongnya, bukan pelakunya," jawab Sea.

Pria itu saling memandang dengan rekan kerjanya, karena ada yang terlihat aneh dari ucapkan Sea.

Dan dua pria yang satunya juga melontarkan pertanyaan kepada Sea.

"Lalu bagiamana dengan, Archer? Anda juga bertemu dengannya, 'kan?"

"Iya!" jawab  Sea tegas.

"Bisa, Anda, menceritakannya kepada kami?"

"Tentu saja, aku akan menceritakannya, jadi sore itu Archer datang menitipkan kue kepadaku untuk diberikan kepada, Alice," jelas Sea.

"Lalu, bagaimana dengan surat yang ada di saku Tuan Archer, apakah Anda yang menulisnya?"

Mendengar pertanyaan itu, membuat Sea merasa kesal. Tapi dia harus menahannya, karena kalau dia merah maka mereka malah akan semakin curiga.

"Kenapa, Anda, bertanya begitu? Apa kalian menuduhku?" sindir Sea sambil tersenyum.

"Ah, bukan begitu, Nona, kami hanya ingin memastikan, karena menurut rekannya, sebelum menghilang, Archer sempat membaca surat dari seseorang yang mengaku sebagai Alice, dan setelah itu dia menghilang sampai sekarang," jelas pria yang kedua.

"Ah, kalau soal itu saya tidak tahu, Pak, karena saya tidak merasa menuliskan surat untuknya, lagi pula apa tujuan saya melakukan itu?" Sea memasang wajah polosnya seakan-akan dia tak tahu apa pun.

Polisi masih terus melontarkan pertanyaan untuk Sea, tapi tiba-tiba terdengar samar seseorang yang sedang meminta tolong.

"Tolong!" teriak Archer dari ruang bawah tanah, suara itu sampai ke ruang tamu. Hanya saja tidak terlalu jelas.

"Hay, kau dengar teriakan seseorang tidak?" tanya salah satu pria kepada rekan kerjanya.

"Iya, aku dengar tapi kurang jelas, dan sepertinya itu adalah suara orang yang sedang meminta tolong,"

"Jangan-jangan...."

Dua pria itu mula mencurigai jika pria itu adalah Archer.

"Nona, apa Anda menyembunyikan orang di rumah ini?"

Sea segera menyangkalnya.

"Tentu saja tidak, Pak! Untuk apa saya menyembunyikan orang?" ujar Sea.

"Tapi, suara tadi seperti seseorang yang sedang di sembunyikan di suatu tempat?"

"Ah, itu perasaan Anda saja, Pak! Saya tinggal sendirian di rumah ini, dan saya juga tidak menyembunyikan siapa pun!"

Sea terus menyangkal, tapi para anggota kepolisian itu tak percaya begitu saja.

Salah satu dari mereka berjalan mendekat kearah Sea.

"Katakan kepada kami, Nona. Apa di rumah ini ada ruang rahasia? Ruang, bawah tanah, mungkin?" tanya si pria dengan nada bicara yang memaksa.

Dengan santainya, dan tanpa sedikit pun rasa takut, Sea kembali menyangkal.

"Begini, Pak Polisi, yang terhormat. Rumah ini memang bisa mendengar suara-suara dari luar, terkadang orang yang berteriak dari luar saja, terdengar sampai sini, Pak! Artinya suara samar yang Anda dengar tadi, bisa saja berasal dari luar, Pak," jelas Sea.

Akhirnya salah satu dari pria itu memutuskan untuk keluar dari dalam rumah, memeriksa keadaan luar rumah Sea, sedangkan yang satunya lagi memeriksa keadaan dalam rumah Sea.

Awalannya Sea, tidak memberikan izin tapi karena mereka terus memaksa akhirnya Sea pun terpaksa mengizinkannya.

Saat satu pria mulai memasukki rumahnya lebih dalam, dan memeriksa ruangan satu-persatu, Sea mengikutinya dari belakang.

Dia tampak was-was karena takut kalau sampai si pria ini akan menemukan pintu menuju ruang bawah tanah.

Tapi pada akhirnya pria itu menemukan juga ruangan yang sangat dirahasiakan oleh Sea.

"Ini pintu menuju ruang apa, Nona?" tanya si pria.

"Ah, itu hanya pintu menuju gudang saja, Pak," jawab Sea.

"Anda, yakin?"

Sea mengangguk, "Ya,"

"Boleh, saya masuk?"

"Masuk?"

"Iya, karena saya harus memeriksanya,"

"Maaf jangan, Pak!"

"Loh, kenapa?"

"Emm ...."

"Dengar, Nona, semakin Anda melarang saya untuk memasukinya, maka hal itu membuat saya semakin curiga,"

"Bukan, begitu, Pak! Hanya saja ...."

"Hanya apa, Nona?! Apa Anda, menyimpan seduatu?"

"Tidak, tapi—"

Ceklek!

Pria itu malah sudah membuka pintu tanpa menunggu persetujuan dari Sea.

"Astaga! Ini, 'kan ruang bawah tanah!" Pria itu melirik tajam kearah Sea.

"Anda, benar-benar sudah membohongi kami, Nona!"

"Maaf, Pak! Tapi Saran Saya Anda, jangan masuk!"

"Kenapa?"

"Yah, karena berbahaya!"

Ketika Sea sedang berusaha untuk mencegah pria itu masuk, dan tepat di saat itu lah, Archer malah berteriak-teriak lagi.

"Tolong! Tolong! Tolong selamatkan aku!" teriaknya.

Pintu ruang bawah tanah itu sudah terbuka sehingga suara Archer terdengar sangat jelas.

"Itu suara orang yang tadi, dan ternyata benar berasal dari ruang bawah tanah ini!" ucap si pria.

Sea sudah tak bisa berkutik lagi.

"Pak, apa-kah An-da ... akan masuk ke dalam ...?" tanya Sea dengan suara yang terbata-bata.

"Tentu saja!" jawab tegas si pria sambil menyingkirkan tubuh Sea, dan dia bergegas masuk ke dalam.

"Baik, kalau begitu tidak ada pilihan lain!" hardik Sea.

Bruak!

Sea mendorong tubuh si pria hingga tergelincir dari tangga.

Lalu Sea mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

"Akh! Kenapa kau mendorongku Nona?"

"Maaf, Pak! Tapi saya tadi sudah memeperingatkan, Anda!" Sea menyeringai sambil membawa pisau mendekati si Pria yang sedang terkulai di atas lantai.

To be continued


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login