Sedangkan di desa.
Kini pagi-pagi sari sudah bangun, di saat sari sedang menyiapkan sarapan ia di kagetkan Dengan seseorang yang sedang menatapnya tanpa kedip.
"Heh, nanti itu mata bisa copot, ngapain natal aku seperti itu sih, jadi risih tau aku?" Sari melambaikan tangan di depan orang itu.
"Abisnya, aneh, ko kamu gak ada tanda-tanda nya ya?" Sinta mengerutkan keningnya.
"Tanda-tanda apa sih Sinta, jangan ngaco deh, ini masih pagi, dan ini juga sarapan juga belum selesai, tapi kamu sudah ngaco." Sari mengorek-ngorek wajan yang berisi nasi goreng
"Iya loh, tanda-tanda malam pertama gitu, gak ada tanda merah atau rambut basah gitu loh." Sontak saja sari membalikan tubuhnya dan memukul kepala Sinta.
Plak,
"Kalo ngomong ya, ya ampun, mentang-mentang udah pernah ya, astaga Sinta." Sari menggeleng.
Sinta tertawa lepas mendengar ucapan sari, ia tak habis akal untuk menjahili sari.
"Iyaa loh, kan semalam malam pertama kamu, terus si botak gimana, kepala botaknya besar gak?"